Drap drap drap
Langkah kaki dengan sepatu mahal itu terdengar menggema di lorong. Jeremy berjalan dengan auranya yang berkelas menuju ruang makan.
"Selamat pagi adikku" sapa Roxanna mencium kening Jeremy.
Jeremy hanya mengangguk dan langsung duduk. Roxanna yang melihat wajah kecut Jeremy yang kembali datang itu langsung mencoba untuk peka "Silvia sedang ada pertemuan dengan penjahit kerajaan" katanya.
Jeremy memandang kakaknya itu dengan tatapan aneh. "Aku tidak mencarinya" sahutnya lalu meminum segelas air.
Sang kakak cukup kaget. "Wow? Ini Jeremy adikku atau bukan?" Katanya mengusap surai biru gelap Jeremy ke belakang. Jeremy hanya diam dengan muka cemberut saat kakaknya tertawa setelah meledeknya.
"Oh ya, semalam kau bawa oleh-oleh apa dari pasar?" Tanya Roxanna.
Jeremy mencoba mengingat-ingat apa saja yang ia beli di pasar. Lalu tak lama dirinya menggelengkan kepalanya. "Kami hanya membeli makanan dan langsung memakannya di tem-"
Ucapannya terhenti tiba-tiba. Otaknya memutar beberapa ingatan yang ia lupa. Maklumlah, dirinya terlalu lelah, bahkan semalam ia langsung tertidur tanpa berganti baju.
"Kurasa kau bohong" Dion, kakak lelaki Roxanna dan Jeremy datang dan langsung ikut serta dalam pembicaraan.
Roxanna memutar bola matanya malas dan langsung duduk di kursinya.
"Tadi ada pelayan yang membawa sebuah gelang dengan label pasar dari kamarmu" lanjut Dion.
Jeremy menatap Dion dengan tatapan menyelidik. Hingga dirinya bangkit tiba-tiba. "Tau dari mana?" Pekik Jeremy pada Dion. Rupanya dia sudah ingat.
Dion menunjukkan senyum smirk khasnya. "Heran saja seorang pelayan terpesona dengan gelang yang dibawanya hingga tak sadar orang penting dilewatinya tanpa diberi salam" jawab Dion.
Jeremy menggebrak meja. "ITU KAN TIDAK SOPAN, KENAPA TAK KAU HENTIKAN?" pekiknya menarik kerah sang kakak.
Senyum Dion luntur, ekspresinya berubah menjadi pria polos. "Urusannya denganku?" Sahutnya.
Jeremy menggeram. Segera dia tarik dengan keras kerah sang kakak, buat sebagian robekan terbawa dirinya lari menuju kamarnya. Membiarkan Dion menatap dingin ke arah bawah.
Biarkan si Dion marah kepadanya. Jeremy berlari tanpa peduli apa saja yang ia tabrak. Hingga kakinya berhenti mendadak melihat seorang gadis berjalan santai membawa sebuah kotak yang cukup besar, yang hampir menutupi setengah wajahnya.
"Lady Margarita..." Serunya pelan.
Lady Margarita dengan nama depan Zenith itu menggeser kotaknya untuk melihat lebih jelas siapa orang di depannya.
"Tuan muda Agriche, semoga keberkahan obelia selalu memberkati anda" kata Zenith memberi salam pada orang yang dikiranya lebih berkepentingan.
"Maaf, aku tidak langsung memberi salam- tuan?" Zenith memanggil Jeremy tiba-tiba karena mendapati sang pemuda terdiam menatap matanya.
Jeremy menggeleng terkejut mengembalikan fokusnya. "Ya ya pergilah" kata Jeremy lalu kembali berlari meninggalkan Zenith.
Zenith kebingungan dibuatnya. Namun untuk apa gadis itu peduli? Toh mungkin tak ada untungnya baginya.
Jeremy masih sibuk berlari. Hingga akhirnya ketakutannya terlihat di depan matanya.
Silvia tengah menerima sebuah gelang dari seorang pelayan. Disipitkannya netra biru itu untuk memperjelas pandangan didepan. Hingga kakinya melangkah lebih kencang dan langsung merampas gelang di tangan pelayan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona dan Tuan Muda
FanficZenith yang sudah melepaskan diri dari yang lampau dan mulai menjalani hidupnya dengan santai. Tapi Jeremy dengan mudahnya masuk dan mengacau hidupnya, juga hatinya. Jeremy sendiri sudah bertekad untuk setia pada pilihan sang ayah, namun Zenith data...