Chapter 4

4.2K 390 7
                                    

Saat ini Victor sedang memangku Alan yang sedang menonton film di TV besar ruang keluarga mereka.

Alan sedari tadi merasa tidak nyaman. Biasanya ia menonton film dengan memeluk adiknya. Tapi sekarang ia bahkan tidak tahu bagaimana keadaan adiknya di dalam kamar mandi.

Sekarang sudah hampir pukul 12 siang, sedangkan papanya mengunci adiknya sejak pukul 8 pagi. Pasti adiknya sudah menangis sangat lama di dalam sana.

Tanpa aba-aba, Alan menolehkan kepalanya ke arah papanya.

Victor yang melihat tatapan putranya mengarah padanya terlihat bingung.

"Ada apa, Alan? Apa Alan ingin sesuatu? Katakan pada papa," ucap Victor sambil mengelus rambut putranya.

"Papa, ayo keluarin adek dari kamar mandi! Adek pasti ketakutan," ucap Alan.

Victor melihat ke arah jam yang terpasang di dinding ruang keluarga mereka. Sudah hampir 4 jam ia memberikan hukuman untuk Alexis. Mungkin cukup untuk membuat anak itu merenungkan kesalahannya.

"Baiklah, ayo!"

Victor menggandeng tangan Alan menuju ke kamar si kembar.

Begitu ia membuka pintu, ia dapat melihat Akasia yang masih setia menunggu di depan pintu kamar mandi.

Victor mendekat kemudian mengeluarkan kunci kamar mandi itu. Ia memasukkan kunci itu ke gagang pintu kamar mandi dan memutarnya sekali.

Ceklek

Pintu itu terbuka.

"M-mama!"

Alexis langsung berlari keluar dan memeluk Akasia dengan erat. Matanya sembab dan tubuhnya sedikit menggigil.

Akasia menggendong Alexis dan mengambil satu set pakaian anak itu di lemari. Kemudian ia kembali masuk ke kamar mandi untuk memandikan Alexis dengan air hangat.

Victor hanya diam. Ia duduk bersama Alan di tempat tidur Alan.

Tak lama setelahnya, Akasia keluar dengan Alexis yang sudah bersih di gendongannya. Anak itu memakai baju berlengan panjang dan celana panjang dengan motif dan warna senada. Akasia juga memakaikan kaus kaki di kaki kecil putranya.

Setelah itu, ia mengeringkan rambut putranya yang masih basah. Alexis tetap memeluk tubuh mamanya. Ia takut melihat papanya yang menatap mereka dari tempat tidur Alan.

Perhatian mereka teralih ketika melihat Alan yang turun dari tempat tidur dan berlari keluar dari kamar.

"Kakak mau kemana?"

Anak itu tidak menjawab pertanyaan mamanya. Tak lama kemudian ia kembali dengan sebuah botol susu di tangannya.

"Kakak mau minum pakai botol dot? Biasanya kakak nolak kalau mama kasih," ucap Akasia dengan nada bertanya. Ia mencubit pipi anak itu pelan karena gemas.

"Bukan, mama. Ini buat Lexi," ucap Alan kemudian naik ke tempat tidur Alexis dan langsung memasukkan dot itu ke dalam mulut adiknya. Setelahnya ia mencium pipi Alexis yang sedikit menggembung karena sedang meminum susu itu.

Alan tetap memegangi botol susu yang sedang dihisap oleh adiknya. Seperti biasa, mata itu mulai sayu, tanda bahwa Alexis sudah mulai mengantuk.

Akasia yang melihatnya langsung menyudahi kegiatan mengeringkan rambut bungsunya. Surai Alexis sudah kering.

Ia mengambil alih botol susu yang digenggam Alan dan menggendong Alexis yang bersandar di dadanya dengan mata yang sesekali terpejam. Tak lama lagi anak itu pasti akan masuk ke alam mimpi.

Damario TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang