"A-apa?"
Akasia tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Apa-apaan ini. Ia bahkan tidak menghiraukan pecahan gelas kaca yang berserakan. Ia terus menatap Victor meminta penjelasan.
Victor lagi-lagi merutuki kesalahannya. Melihat bagaimana bulir-bulir air mata itu mulai membasahi pipi Akasia membuatnya sakit.
"Aku... Sungguh pikiranku kosong. Adikmu itu memintaku memilih antara kamu dan Alexis. Aku tidak bisa, Sayang. Aku akan segera mengambil Alexis kembali jika hasil tes DNA antara aku dan Alexis sudah keluar. Mengertilah," ucap Victor sambil menatap Akasia dengan raut putus asa.
"Apa maksudmu? Bukankah kita sudah membicarakan ini sebelumnya? Hiks bagaimana bisa kamu memberikan anakmu sendiri pada Louis hiks lalu kenapa kamu diam saja saat Louis membawa Alexis, Mas? Kenapa?!" teriak Akasia sembari menangis histeris.
Victor mencoba menenangkan Akasia. Ia mendekat berniat memeluk Akasia namun tangannya justru ditepis oleh istrinya itu.
"Sayang, aku terus terbayang-bayang dengan kemiripan antara Alexis dan Louis. Louis sangat kekeh mengatakan bahwa Alexis adalah anaknya. Aku menjadi ragu sejenak karena aku sedang dibawah alam sadarku. Sungguh, maafkan aku," ucap Victor dengan mata memerah.
"Lalu bagaimana denganku? Apa kau mencintaiku? Wajahku dan Louis juga mirip. Rambut pirang dengan bola mata berwarna biru. Apa kau juga membenciku?" ucap Akasia.
Victor mengacak rambutnya kasar.
"Aku mencintaimu. Aku hanya butuh waktu. Akasia, aku berjanji akan merawat Alexis dengan baik setelah aku meyakinkan diriku sendiri dengan bukti yang ada. Aku janji akan berubah. Tolong beri aku waktu," ucap Victor sembari menggenggam kedua telapak tangan Akasia.
Akasia hanya mampu menatap Victor kecewa.
Ia beranjak dari sana. Namun sebelum ia keluar, ucapannya mampu membuat Victor bagai tertusuk ribuan paku.
"Alexis anakku. Jika kamu memang tidak mau melihatnya, kamu bisa memberikannya padaku. Biar aku yang merawat anak kita sendiri. Aku akan mencari anakku sekarang."
Setelah itu, hanya ada keheningan yang mengisi ruangan itu. Victor menarik rambutnya sendiri.
"Arghhh... Bodoh kau Victor!" teriaknya diiringi dengan air mata yang menetes dari netranya yang memancarkan kesedihan, kemarahan dan penyesalan.
•
Paginya, di apartment Louis, masih belum terdengar tanda-tanda bahwa penghuninya sudah bangun.
Benar saja, Louis dan Alexis masih tertidur. Lebih tepatnya hanya Alexis.
Louis berbaring di tempat tidur sambil mengamati wajah Alexis yang masih tertidur dengan pacifier yang menyumpal mulutnya. Sesekali mengelus surai anak itu dengan lembut.
Mata anak itu sembab karena ketidaksengajaannya membentak anak itu kemarin malam.
Lingkaran hitam di matanya menggambarkan perjuangannya untuk menenangkan Alexis yang sungguh rewel di malam hari.
Tak dapat dipungkiri ia merasa menyesal tidak sengaja berbuat kasar pada anak itu.Flashback
Louis menemani Alexis yang sedang meminum susunya yang sudah ia seduh di dalam botol dot bermotif beruang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damario Twins
FanfictionTentang Victor yang membenci putra bungsunya karena kejadian di masa lalu. • • • Family Story - Protective • • • Note: Cerita ini mungkin akan lebih fokus pada Alexis a.k.a yang bungsu. • • • Selamat membaca!