Chapter 10

2.9K 315 59
                                    

Selama di perjalanan pulang, Louis merasa Alexis lebih banyak diam. Anak itu duduk dengan tenang di pangkuannya, menyender pada dada bidangnya.

"Lexi," panggil Louis pelan pada putra manisnya.

Alexis mendongak dengan mata sembab.

Louis mengusap kedua mata Alexis yang tertutup ketika ia mendekatkan jarinya. Ia juga mencium pucuk kepala Alexis singkat.

"Don't cry, my baby," ucap Louis lembut.

Ia menghentikan mobilnya di depan apartment nya.

Alexis membalikkan tubuhnya menghadap papanya. Ia menubruk papanya kemudian melingkarkan tangannya di leher papanya.

"Lexi mau bobo, Papa," ucap Alexis.

Louis mencium pipi gembul Alexis kemudian keluar dari mobil dengan Alexis di gendongan koalanya. Ia masuk ke dalam lobby apartment sambil menepuk pelan punggung dan bokong anak itu agar segera tidur.

Dengan segera namun tetap berhati-hati, ia melangkahkan kakinya menuju ke apartment pribadinya agar bayinya bisa tidur dengan nyenyak di kasur.

Ceklek

Louis masuk dan segera mengunci pintu. Ia meletakkan kunci mobil ke dalam almari kerjanya kemudian berjalan ke arah kamar.

Louis mencari pacifier Alexis agar anak itu bisa masuk ke alam mimpi. Saat menemukannya, ia langsung memasukkan pacifier itu ke dalam mulut kecil bayinya.

Melihat Alexis yang mulai menghisap pacifiernya, Louis membaringkan Alexis di atas tempat tidur sambil menepuk punggung anak itu pelan.

Posisinya sekarang mereka berhadapan dengan Alexis yang memeluk Louis.

Louis mengusap kepala Alexis dengan sangat pelan.

"Bayi kecil, jangan pikirkan apapun. Kamu membuat papa khawatir. Kejadian tadi pasti membuatmu sangat lelah sampai terlelap seperti ini," ucap Louis.

Kamar itu terisi dengan keheningan setelahnya karena Alexis sudah tertidur di dalam pelukan Louis.

Tak lama kemudian, Louis juga ikut memejamkan matanya dan menyusul Alexis ke alam mimpi.

"Alan," panggil Akasia pada putranya yang sedang bermain game sambil makan disuapi oleh Lorenzo karena Alan tidak mau makan sejak tadi.

Alan yang mendengar suara mamanya segera menoleh. Ia mematikan konsol gamenya kemudian berlari menubruk Akasia.

"Ma, mama kemana saja? Oh iya, Lexi mana, ma? Alan kangen," ucap Alan langsung melontarkan beberapa pertanyaan untuk Akasia.

Akasia berusaha menenangkan Alan. "Sayang, tenang dulu, okay? Mama tadi pergi sebentar ke rumah opa," ucap Akasia sembari mengusap pelan punggung Alan.

"Lalu, Lexi dimana, ma?" tanya Alan sambil menatap Akasia.

Akasia terdiam. Ia bingung bagaimana harus menjelaskannya pada Alan karena ia juga belum mendapat kabar mengenai putra bungsunya.

"Lexi.."

Tok tok

"Maaf, Bu Akasia. Saya ingin menginfokan bahwa mobil jemputan untuk Ibu dan Tuan Muda sudah menunggu di lobby utama."

Ucapan Akasia terpotong oleh resepsionis kantor suaminya yang masih berdiri di depan pintu.

Akasia segera menjawab. "Baik, kami akan segera turun. Terima kasih atas informasinya. Kamu bisa kembali bekerja," ucapnya pada resepsionis itu.

Setelahnya ia mendengar suara langkah kaki yang menjauh.

Akasia menatap Alan yang juga sedang menatapnya. Ia bisa melihat bahwa Alan masih menunggu jawaban darinya mengenai dimana sang adik. Akasia tersenyum ke arah Alan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Damario TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang