1.1K 170 19
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Satu hari ini setelah keluar dari rumah sakit yang madara lakukan hanyalah menghabiskan waktu bersama keluarganya. Mengelilingi kota untuk membeli dango dan makan malam bersama, keluarganya tentu berharap dengan mengunjungi tempat yang sering madara lewati sedikit demi sedikit ingatan madara akan kembali. Hanya saja yang mereka tak tau adalah ingatan madara tidak hilang, tapi memang tak pernah ada, madara yang ada di tubuh madara kini adalah madara dari dunia lain.

Ah, sudahlah, di jelaskan dengan rinci pun madara yakin tak ada yang akan mempercayainya, jadi yang bisa ia lakukan hanyalah mengikuti alur.

Saat ini madara tengah duduk di kursi belajar kamarnya. Sehabis melihat lihat dan mempelajari berbagai hal dari dunia ini, madara kini kembali termenung memerhatikan deretan buku di meja belajarnya.

Madara akui jika ia memang pribadi yang gemar membaca, dan dilihat dari banyaknya buku yang dimiliki oleh madara dari zaman ini sepertinya hobi itu tetap ada.

Madara coba untuk membuka satu buku yang menurutnya menarik, setelah membaca beberapa paragraf madara memutuskan untuk melanjutkannya.

Buku yang madara kini tengah baca adalah buku yang ia ambil dari rak sekolah, jadi bisa dibilang ia kini tengah membaca buku pelajarannya.

Yha.. mencuri start untuk belajar bukan hal yang buruk, kan?

Setelah membaca sekitar lima belas menit madara kembali meletakkan buku itu ke tempatnya, tiba tiba ia merasa terlalu malas bahkan untuk sekedar membalikkan kertas ke halaman selanjutnya.

Madara menatap langit langit ruangan yang katanya adalah kamarnya.

Saat melamun, madara tiba tiba teringat dengan cerita izuna saat mereka di restoran ramen untuk makan siang tadi.

Saat menunggu pesanan mereka tiba, izuna sempat menceritakan hal yang terjadi pada madara yang membuatnya bisa masuk ke rumah sakit.

Saat itu seperti hari hari biasa lainnya, madara menaiki sepeda untuk pergi ke sekolah, saat itu madara duduk di kelas dua sekolah menengah atas, sedangkan izuna yang duduk di kelas tiga sekolah menengah pertama pergi ke sekolah bersama sang ayah yang juga akan bekerja. Madara dan izuna tak pergi bersama karena arah sekolah yang berbeda, madara juga menaiki sepeda karena memang jarak sekolah dan rumah mereka yang tak begitu jauh.

Awalnya semua baik baik saja sampai masuk ke pelajaran terakhir di kelas madara yang saat itu adalah pelajaran olahraga. Dikarenakan hanya tersisa dua minggu lagi sebelum ujian kenaikan kelas diadakan, sang guru memberitahukan untuk mengambil nilai praktek saat itu juga.

Madara memiliki masalah dengan jantungnya. Jantung madara lebih lemah dari jantung orang orang kebanyakan, sedari kecil madara tak diperbolehkan untuk berolahraga terlalu berat atau mengerjakan tugas yang membuatnya terlalu kelelahan, tapi tentu saja madara sering melanggar larangan itu.

Faktanya, madara sebenarnya adalah anak yang sangat berbakat di bidang semua hal, termasuk olahraga, dan madara juga menikmati waktu saat ia berolahraga.

Sang guru sudah mengatakan pada madara jika ia tidak perlu memaksakan diri untuk mengikuti pelajaran olahraga, bagaimana pun juga nilai madara sedari awal sudah aman, tapi madara tetap besikeras untuk mengikuti ujian praktek.

Hanya saja ia tak menyangka jika praktek ini akan menjadi sangat melelahkan. Berhubung jam olahraga adalah jam terakhir hari itu, madara tanpa kembali mengganti seragam pun menelpon ayahnya untuk meminta dijemput karena madara tau ia tidak akan sanggup jika harus mengayuh sepeda lagi ke rumahnya.

Ayahnya yang mendapat panggilan dari putra sulungnya benar benar menjadi sangat khawatir. Madara bukanlah anak manja yang akan meminta jemput hanya karena kelelahan. Madara mengetahui batas dalam dirinya dan selalu tepat jika mengambil keputusan, jika madara bilang ia tak sanggup maka artinya tidak.

second chance [hashimada]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang