'Dimana ini...?'
Madara dengan nafas yang terasa begitu berat berusaha sangat keras untuk membuka matanya. Saat kelopak matanya sudah sedikit terbuka, dengan kabur kabur madara melihat hal disekelilingnya.
Ini aneh, pandangannya yang memang masih belum stabil kini harus berusaha extra untuk melihat secara menerawang. Sesuatu seperti kain putih tampaknya diletakkan diatas wajah madara, membuat madara yang sudah kesulitan mengambil nafas kini merasa semakin pengap.
"Tangannya... bergerak!?"
"Apa?"
Tut.. tut... tut...
"Dokter, jantungnya berdetak! Jantungnya kembali berdetak!"
"CEPAT LAKUKAN PERTOLONGAN!"
Setelah mendengar berbagai kebisingan itu, tiba tiba kain putih yang tadinya menutupi wajah madara dibuka paksa oleh seseorang. Dapat madara rasakan sesuatu kini dipasangkan di area hidung dan mulutnya, setelah alat itu dipasang madara pun dapat mengambil nafas lebih baik.
Jika madara perhatikan disekelilingnya, ia kini tengah berada dalam ruangan serba putih dengan beberapa orang berpakaian aneh. Apa ini? Apakah ia sedang berada di lab orochimaru? Atau tubuhnya sedang di utak atik oleh bajingan tobirama senju?
Entah yang mana itu madara kini benar benar tak dapat melakukan apapun, ia hanya bisa pasrah karena tubuhnya tak dapat ia gerakan.
Tapi saat madara merasakan sesuatu yang menusuk di tangannya, tiba tiba madara kembali mendengar kegaduhan, itu seperti pintu yang dibuka paksa oleh seseorang.
"ONIISANNN!!!!"
Oniisan? Siapa?
"Tuan, tolong keluar dan biarkan dokter menangani pasien."
"MINGGRI! AKU INGIN BERTEMU KAKAKKU!"
"Izuna! Tenanglah, ayo keluar, biarkan dokter dan perawat melakukann pekerjaannya."
Izuna...? IZUNA?
Madara mencoba melirik ke arah asal suara, tapi penglihatannya benar benar tak bekerja dengan baik.
'Sial, mataku sangat berat...'
Madara akhirnya tak bisa mempertahankan kesadarannya. Ia pun kembali terlelap dengan hal terakhir yang ia lihat adalah orang orang asing disekitarnya menyuntikkan dan memakaikan alat alat aneh di badannya.
.
.
.
.
"... tadi aku juga bertemu dengan salah satu teman sekelas niisan. Dia bertanya kapan niisan kembali ke sekolah, jujur saja aku kesal mendengarnya, jika aku tau maka aku takkan bolak balik ke rumah sakit untuk menjaga dan mengkhawatirkan mu... teman teman niisan memang aneh."
Saat kesadaran madara kembali pulih, madara langsung menangkap suara seseorang dari samping ranjang yang tengah ia tiduri.
Samar samar madara melihat seorang anak laki laki muda tengah duduk dan mengoceh sambil memainkan kotak pipih berwarna hitam ditangannya. Madara terus berusaha menstabilkan penglihatannya hingga akhirnya ia bisa melihat dengan jelas remaja disebelahnya ini.
Disebelahnya kini sedang duduk adik kesayangannya. Adik yang dulu ia ikrarkan sumpah untuk melindunginya tetapi tak berhasil. Adik yang menurutnya mati karena dirinya lah yang lemah sehingga tak dapat melindungi dengan baik. Disebelahnya kini sedang duduk adik kesayangannya, izuna.
Madara tak dapat menggerakkan badan atau pun mengeluarkan suara, jadi yang ia lakukan saat ini hanya menatap adiknya sayu dan mencobca memahami semua ocehan yang izuna katakan.
"Oh? Sudah jam lima, aku akan pergi membeli makanan dulu niisan, di toko yang aku katakan tadi, banyak teman temanku yang mengatakan inarizushi disana adalah yang terbaik."
Baru beberapa langkah izuna mengambil langkah menjauh dari ranjang madara, tiba tiba badannya membeku.
Dengan perlahan izuna membalikkan badan, ia ingin memastikan hal yang dilihat oleh matanya tadi.
"Onii... san..?"
Badan izuna bergetar saat melihat madara menatap matanya.
Madara telah sadar.
Izuna dengan cepat berlari keluar ruangan itu sambil berteriak, "DOKTER! KAKAKKKU! KAKAKKU SUDAH SADAR!"
KAMU SEDANG MEMBACA
second chance [hashimada]
Fanfictionhal terakhir yang madara ingat sebelum tiba tiba tak bisa merasakan apapun adalah hashirama yang memeluknya dan ia yang berjalan kedalam kobaran api untuk menebus segala dosa dosa yang telah diperbuat, tapi saat terbangun dengan banyak selang yang d...