"Bagaimana, dokter?"
Sang dokter yang menjadi dokter pembimbing madara pun tersenyum dengan arti yang tidak dapat dipahami saat mendengar nyonya dan tuan uchiha bertanya keadaan anaknya.
"Bagaimana jika berbicara di ruanganku saja, tuan? Kita biarkan madara beristirahat."
Dapat madara lihat ibu dan ayahnya mengangguk tanda setuju dengan perkataan sang dokter. Sebelum pergi, ibu madara mendekat dan mengecup kening madara yang membuat si empu terkejut.
Bagaimanapun juga dimasa lalu madara dan ibunya tidak memiliki ikatan yang begitu dekat, itu semua karena dulu sang ibu adalah salah satu dari korban yang gugur dalam peperangan. Mereka berpisah sebelum sempat menghabiskan banyak waktu bersama.
Setelah melihat ayah, ibu, dan izuna pergi keluar ruangan untuk membicarakan kesehatannya, madara pun menyandarkan punggu sambil menghela nafas panjang.
"Sial, ini masih terasa aneh."
Madara menutup mata sembari menenggelamkan diri dalam heningnya ruangan yang ia tempati, poninya yang panjang dibelah samping hingga menutupi salah satu matanya.
Setelah beberapa menit, madara membuka kembali matanya, mengangkat tangan dan termenung.
Dimasa lalu, tangan yang tengah ia tatap ini telah membunuh kurang lebih setengah dari populasi shinobi yang ada di dunia. Dimasa lalu, tangan ini pada akhirnya tak berhasil melindungi nyawa adik tercinta. Dimasa lalu...
Ah... terlalu banyak dosa.
Madara mengalihkan pandangannya ke arah jendela yang berada disamping ranjangnya, melihat keindahan langit biru tanpa awan dengan burung burung kecil yang terbang rendah di bawah cuaca yang sedikit terik.
Disini terasa sangat damai.
'Ini seperti dunia yang kita impikan.'
.
.
.
.
.
"Nyonya, tuan, silahkan duduk."
Di ruangan lain, nyonya dan tuan uchia sudah memasuki ruangan dan menunggu penjelasan dokter tentang kesehatan anak sulung mereka. Izuna pun kini tengah mengambil bangku tambahan agar bisa duduk dan ikut mendengar kondisi sang kakak.
"Madara adalah anak yang kuat, aku rasa setelah dua hari lagi mengikuti terapi ia bisa pulang, tapi tolong pastikan seminggu sekali ia rutin melakukan pengecekan ke rumah sakit."
Izuna dan kedua orang tuanya tersenyum lega mendengar perkataan dokter.
"Tapi... aku rasa ada yang sesuatu dengan keadaan otak madara."
Mendengar hal itu, wajah semua keluarga uchiha yang tadinya tersenyum kini kembali menegang.
"Ini adalah kondisi yang jarang aku temui, tapi izinkan aku menerangkan dengan rinci.
Seseorang yang mengalami kecelakaan dan mendapat benturan hebat di kepala sangat berkemungkinan untuk mendapat dua kondisi buruk saat ia terbangun. Pertama, ia kehilangan ingatannya, atau kedua ia akan menjadi linglung karena terjadi kerusakan di saraf otak, dalam hal ini seseorang bisa saja menjadi gila atau bodoh. Memang tidak menutup kemungkinan ada orang beruntung yang tidak mengalami dua hal itu sehabis mendapat luka berat di kepala, tapi sayangnya madara tidak termasuk dalam orang beruntung itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
second chance [hashimada]
Fanfichal terakhir yang madara ingat sebelum tiba tiba tak bisa merasakan apapun adalah hashirama yang memeluknya dan ia yang berjalan kedalam kobaran api untuk menebus segala dosa dosa yang telah diperbuat, tapi saat terbangun dengan banyak selang yang d...