prolog.

438 26 1
                                    

Imajinasi visual

As Big shot / Jinah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

As Big shot / Jinah

As Big shot / Jinah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

As Daesung

As Daesung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


As Jihyun

As Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

As Jaemin

As Shinhwa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

As Shinhwa

As Goongmin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

As Goongmin

As Goongmin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

As Rose

As Rose

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.































_______________________________________

"Pergi!
Larilah sekuat tenagamu. Aku akan menahannya. Percaya padaku. Hmm."

Gadis kecil sebayanya terus menggeleng sembari menangis.
Kedua gadis kecil itu tengah berada diujung tanduk. Gadis muda berambut bob masih menggigil ketakutan. Menekuk lutut di pinggiran ruas atap dengan mata basah.

"Ji-hyun, dengarkan aku! Ini bukan saatnya menangis. Tak perlu takut. Aku akan menghalanginya. Kau percaya padaku,'kan? Jawab aku!"

Dia yang ditanyai masih menggeleng.

"Kalau bukan sekarang, kau benar-benar akan kehilangan kesempatan. Setidaknya diantara kita harus ada yang hidup. Mengerti?! Ayo! Aku akan membantumu."

Tetap saja, yang didapatnya hanya gelengan kepala. Tak mungkin rasanya keluar dari dinding tinggi dengan tubuh sekecil ini. Lagi pula, Ji-hyun tidak ingin meninggalkan saudarinya seorang diri menghadapi maut.

"Ayolah! Ku mohon." Gadis yang tak kalah kecil itu, akhirnya turut menangis. Berjalan, menghampiri, dan memeluk tubuh gentar saudarinya.

"Tunggu aku ditempat biasa! Mengerti?"

"Emm." Susah payah dibujuk, akhirnya Ji-hyun memberi respon positif.

Dengan bantuan saudarinya, satu diantara keduanya berhasil selamat.

-

Selang beberapa saat,

"Disini! Dia disini!" Sorakan dari pria bersuara bariton, terdengar nyaring.

Apa yang harus kulakukan? Begitulah pikirnya. Beberapa pria bertubuh besar bergerak kian maju.

Takut? Tentu saja dia takut. Dia hanya gadis 7 tahun. Apa yang bisa dia lakukan. Tidak apa. Meskipun harus pergi menyusul kedua orangtuanya, tak mengapa. Setidaknya dia sudah sudah menjalankan keinginan ayah dan ibunya. Melindungi saudarinya.

Imperfections (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang