Tubuh Goong-min terhuyung ke belakang menabrak tembok, tepat setelah melihat hasil test. Tangannya bergetar hebat dengan selembar kertas tergenggam. Saat ini dia benar-benar kehilangan daya. Seumur hidup, kejutan ini paling dahsyat.
Mengusap wajah, dengan satu tangan menyentuh tembok, dia mencari tempat duduk.
Disini pria jahat itu berusaha menjernihkan pikiran.Kenapa tak terpikirkan kalau bisa saja Rose mengandung buah cinta mereka? Begitulah benaknya.
Tunggu!
Saat ini, bukan itu yang terpenting. Emosinya masih bergejolak. Goong-min butuh tempat tenang untuk mencerna situasi. Tidak boleh berada ditempat terbuka ini.
Kalau tetap berada disini, dia bisa saja jadi pembicaraan, bahkan kemungkinan diberitakan awak media sangat besar....
Keputusan kembali ke perusahaan sudah tepat.
Begitu tiba di ruang besar miliknya, Goong-min mengingatkan staf wanita yang berjaga didepan untuk tak mengijinkan siapapun mengganggunya. Berlaku untuk sambungan telpon. Katanya dia sedang ingin sendiri.
Di ruang ini ayah kandung Jin-ah berusaha menyusun potongan puzzle. Pastinya rencana kejam membohongi dirinya takkan terwujud kalau tanpa bantuan pihak lain. Dia tahu, sepintar-pintarnya Rose takkan bisa memasukkan putri mereka ke keluarganya kalau tak ada dukungan orang dalam.
Dia mulai memikirkan siapa orang dalam itu.
Tak butuh waktu lama, satu nama bisa disebutkan. Saudari tirinya. Kepalan tangan Goongmin tergenggam sempurna meninju meja jabatan.
Sudah benar dirinya menyingkirkan wanita itu dan suaminya. Goong-min semakin mengeluarkan aura memusuhi.
Orang pertama yang harus membayar sudah pasti Rose. Wanita itu membiarkan putri berharganya hidup bertahun sebagai anak buangan. Wanita itu benar-benar telah gila. Demi membalasnya dia tega mengorbankan putri kandungnya.
Jin-ah,
Sekarang bagaimana dia harus menghadapi gadis itu. Putrinya pasti sangat membencinya setelah semua hal yang dilalui. Emosi Goong-min kian membludak.Terpenting saat ini adalah bagaimana caranya membawa Jin-ah kembali ke rumah. Bagaimana membujuk gadis yang sama keras kepala sepertinya.
Haruskah dia meminta Ji-hyun yang membujuk? Goongmin tak yakin gadis itu mudah dibujuk. Kalau bisa, sudah pasti Jin-ah berada di rumah. Bukannya tetap tinggal serumah dengan pria yang menyelingkuhinya.
Arrgh.
Mengingatnya membuat Goongmin kesal. Anak itu berani menduakan putri berharganya. Dia pasti memandang rendah gadis tanpa orangtua seperti Jin-ah. Akan Goongmin pastikan membuat perhitungan padanya setelah selesai menghukum Rose.
_
Memandangi petunjuk jalan yang memiliki dua jalur, Jae-min menuju arah kiri.
Harusnya saat ini dia berada di perusahaan, kalau saja seseorang tak memaksanya datang.
Pria bermata besar itu, menghembuskan nafas. Entah kenapa merasa jengah.
Dalam kurun waktu kurang dari setengah jam, mobil Jae-min tiba di depan tempat yang dikelilingi tembok kokoh tinggi.
Melepas safety belt, pria berkulit bersih itu turun dari mobil sedan. Sempat menyisiri rambut yang mengenai kening dengan jari, Jae-min melenggang masuk ke tempat yang ditakuti kebanyakan orang.
Tak sulit baginya melewati tiap pintu keamanan. Kebanyakan petugas disana mengenali dirinya. Dia bahkan mendapat pelukan hangat dari tiap senior yang ditemui.
Tenang, Jae-min menunggu di tempat tersedia.
Dia bangkit,memberi bow ketika wanita berbadan besar muncul. Rose tersenyum padanya. Memandangnya cukup lama. Jae-min tahu, wanita yang duduk terhalang dinding kaca dengannya itu pasti punya hal penting untuk dibicarakan. Bisa dilihat dari tindak tanduk Rose. Yang jelas, tatapan Rose membuat Jae-min tak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfections (On Going)
FanfictionMemiliki masa lalu kelam, menjadikan Jin-ah maupun Daesung hidup terpisah dengan keluarga. Menutup diri dari keadaan sekeliling jadi pertahanan tersendiri, setidaknya begitulah pikir Daesung. Hidup seorang diri diusianya yang lebih dari setengah aba...