Seperti biasa, ruang makan di keluarga Nam terasa sunyi. Hanya sesekali terdengar suara dentingan sendok garpu. Orang-orang dewasa dengan setelan jas kerja itu sibuk memasukkan santapan kedalam mulut dengan wajah datar. Tak terkecuali dengan salah seorang yang barusan memasukkan suapan terakhir lalu menyudahinya dengan seteguk susu.
"Kemarin ketua Han datang ke perusahaan." Kepala keluarga itu meletakkan sendok dan garpu disisi pinggir piring. Mengelap sudut bibir dengan kain putih dan menempatkannya diatas meja.
Jin-ah yang tadinya sudah bersiap untuk beranjak, kembali duduk. Pun dengan yang lain yang menghentikan kegiatan menyuap. Mereka menajamkan pendengaran.
"Terimakasih, Karena mu perusahaan akhirnya dapat diselamatkan. Pimpinan Han ingin aku mempertimbangkan hubunganmu dengan putra satu-satunya. Lebih tepatnya dia memintaku merestui hubungan kalian."
"Ayah_" Jae-min tak pelak ikut bersuara. Memandang pria yang duduk bersebelahan dengannya dengan mata belalak. Kenapa harus diumumkan disini. Pikirnya.
"Bagus sekali." Tepukan tangan Dali menghilangkan keheningan setelah sempat kaku. "Kalau begitu, berarti uang sakuku akan bertambah'kan?" Yang segera direspon tatapan tajam Jae-min, Goong-min maupun Ji-hyun.
"Jin-ah, ikut ayah ke ruang kerja." Beranjak dari kursi. Ini kali pertama pria ini menyebut dirinya sebagai ayah bagi gadis yang sebelumnya tak pernah dianggap ada.
-
Barusan beberapa langkah Jin-ah dan Goongmin berlalu, Dali tampak sudah ingin mengekor.
"Kau mau kemana? Ikut aku!" Ji-hyun mengode Dali. Yang setelah keduanya berjalan hingga ke lorong lantai atas, Ji-hyun mengatainya. "Aku tahu kau kepala udang. Tapi siapa sangka kau lebih dungu dari dugaanku. Tak bisakah kau lihat situasi di meja makan tadi? Walau aku tahu yang kau pedulikan hanya kepentinganmu saja, tapi ini sungguh keterlaluan."
Omongan kasar wanita yang sedikit lebih pendek darinya memicu emosi Dali. Terlebih lagi gadis menyebalkan itu berkacak pinggang sambil mengatainya.
"Tchh. Menjijikkan. Orang sepertimu berani menguruiku? Apa kau sudah bercermin. Lihat bagaimana dirimu. Kau tak lebih baik dariku." Pandangnya remeh mulai dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.
"Apa katamu?"
Selanjutnya bisa kalian bayangkan apa yang terjadi? Adegan adu fisik tak terelakkan. Ji-hyun mencakar wajah Dali dan wanita itu balik menyerang dengan menjambak rambut hitam Ji-hyun. Surau lebat sebahu itu ditarik kasar hingga Badan Ji-hyun membentur ke dinding.
"Hentikan! Berhenti. Apa yang kalian lakukan saat ini sangat kekanakan." Jae-min bergerak cepat melerai pertengkaran. Berdiri menghadap Ji-hyun.
"Kau baik-baik saja? Terluka di bagian mana?" Pria bermata besar itu menelisik mendapati pipi Ji-hyun bercap telapak tangan. Dali sungguh lincah, dalam waktu relatif singkat hampir seluruh bagian wajah Ji-hyun berhasil ia serang. Belum lagi rambut yang ia cengkram ditangan. Pantas saja pandangan Ji-hyun berkaca-kaca. Dia pasti sangat kesakitan.
"Dia yang lebih dulu menyerang ku. Kenapa malah membelanya. Benar-benar menyebalkan." Dali melenggang pergi dengan wajah kesal. Ini belum selesai. Pikirnya. Rambut yang berada dalam cengkeramannya ia lepas, pun Ji-hyun_ dengan mata berkaca melenggang ke kamar.
_
_
_
Disebuah kafe yang terletak di wilayah Gangnam, dua pria tampak bersama. Mereka adalah Shinhwa dan Daesung. Diluar perseteruan mendapatkan cinta Jin-ah, keduanya terlihat berbaur dengan baik.
"Kau memang lambat. Setelah beberapa kali pertemuan, masih tak mengingatku?"
"Lalu bagaimana dengan kakak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfections (On Going)
FanfictionMemiliki masa lalu kelam, menjadikan Jin-ah maupun Daesung hidup terpisah dengan keluarga. Menutup diri dari keadaan sekeliling jadi pertahanan tersendiri, setidaknya begitulah pikir Daesung. Hidup seorang diri diusianya yang lebih dari setengah aba...