bagian 12.

39 6 1
                                    

Ballroom five star.

Menyilangkan jari pada kedua tangan, pria berjas lengkap_ duduk seorang diri sembari menunduk. Selembar surat bertinta hitam terlempar tak jauh dari keberadaannya.

Hari di mana seharusnya jadi hari Daesung membuka lembaran baru berubah jadi hari terburuk. Pesta pernikahan yang harusnya terlaksana beberapa jam lalu, telah batal. Pengantinnya tak pernah muncul. Kendati begitu Daesung yakin Hong-ju akan menemuinya ditempat ini.

Gadis itu tak seharusnya meninggalkannya seperti seorang bodoh ditempat mereka akan mengikat janji suci. Han Daesung begitu frustasi. Merasa apa yang terjadi disebabkan olehnya. Mungkin Hongju menyadari tak dicintai.

Dalam isi surat yang ditinggalkan, gadis itu mengatakan ia pergi bersama seseorang yang bisa menghargainya.

.

Pembicaraan di mobil.

"Tidak bisa! Aku harus kembali. Sayang, kau pulanglah dulu bersama ayah."

"Biarkan saja anak payah itu. Dia sudah dewasa." Sahut tuan Han sembari mengeratkan pegangan pada tongkat bertahta berlian.

"Ayah, jangan menambah kekesalan ku! Ayah pikir ini salah Daesung? Setelah membaca surat yang wanita itu tinggalkan, ayah masih memihaknya? CK. Dia sungguh tak tahu diri. Harusnya dia berterima kasih pada keluarga kita. Dia hanya anak pembantu." Geram gadis berpipi chubby bermata besar.

Selama pembicaraan berlanjut, kendaraan terus bergerak.

"Tutup mulutmu! Hentikan omong kosong mu. Cara bicaramu seperti orang tak berpendidikan." Ayah Han murka. Menghentak tongkat yang dipegang. Suami wanita itu hanya menyimak.

"Ayah benar-benar keterlaluan." Kesal Minah. "Kenapa malah memihaknya. Dia sengaja mengungkit kecelakaan itu untuk menghancurkan hati Daesung. Benar-benar kejam."

"Diam. Atau, pulang jalan kaki." Ancam Han Kangmin. Kepalanya berdenyut memikirkan bagaimana menghadapi kolega dan kini putri keduanya menambah kekesalan.

_

Hotel Dinasty.

Diatas ranjang, wanita berambut pendek terlihat mengaitkan pengait bra. Membenarkan letak payudara. Potongan pakaian juga kembali dikenakan. Setelahnya berjalan kearah pria yang sedang memandang keluar jendela.

Tangan wanita itu mengikat pinggul si pria. Manja menyandar nyaman disana.
"Jadi, ini benar akan jadi pertemuan rahasia terakhir kita?" Tanyanya muram. Pria itu mengangguk tanpa memperhatikan.

"Tunggulah beberapa saat lagi baru keluar." Pinta si pria.

"Tidak bisakah kau lupakan saja rencana balas dendam mu? Aku takut kau terluka."

"Kalau takut terluka, aku takkan sejauh ini. Pria tua itu harus merasakan apa yang pernah kurasakan."

"Baik. Aku akan mendukung, kalau memang sudah keputusanmu. Tapi bagaimana dengannya? Kalau sampai dia tahu kau__"

Sstt!
Si pria meminta wanita tutup mulut.
Tidak terima, si wanita mengurai pelukan. Dengan mata basah, ia menarik tas selempang hendak meninggalkan si pria.

Ketika pintu kamar dibuka, hal tak terduga terjadi. Pria berlensa tebal, bertampang dungu telah menanti dengan kepalan tinju dan wajah murka. Dibelakang pria dungu, beberapa pria membawa kamera terus menjepret si wanita.

"Ka.. kapan__"

Mendengar keributan, pria yang masih memandang keluar jendela pun beralih. Menghampiri asal suara. Wajahnya tak kalah kaget saat tahu hubungannya dengan bawahan tertangkap basah. Namun hanya sepersekian detik, sebab setelahnya pria yang diketahui sebagai Shinhwa itu kembali berlaku wajar.

Imperfections (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang