.
.
.Sampai sekarang Topan belum tersadar juga, kejadian dimana bedside monitor berbunyi itu bukanlah apa-apa, belum ada kemajuan dari kondisi Topan. Sekarang Johnny sedang ada di ruangan Jordave yang posisinya lumayan dekat dengan ruangan dimana Topan berada.
"Jor, udah lima hari. Lo masih gak mau jenguk Topan?" tanya Johnny.
"Jujur, gua pengen banget nemenin kak Topan, tapi gua gak sanggup ngeliat kondisi kak Topan yang kayak gitu, apalagi semua ini gara-gara gua," jawab Jordave.
"Terakhir kali gua liat kak Topan rasanya sakit banget, hari itu bahkan sampai sekarang gua selalu diselimuti rasa bersalah." lanjutnya.
"Tapi lo gak bisa kayak gini terus, Jor. Sekarang makan dulu, lo harus cepet-cepet sembuh."
Jordave menggelengkan kepala, "Kak Topan tidur di ranjangnya berhari-hari, selama itu juga dia gak makan, masa gua yang penyebab dari semua ini bisa enak-enakan makan?"
Johnny menghela nafasnya kasar lalu ia memijat pelipisnya, "Gua kayak ngurusin anak kecil, keras kepala banget lo dibilangin."
"Jordave, mau sampe kapan lo ngerasa bersalah terus? mau gimanapun semuanya udah terjadi, gak ada gunanya lo menyesali kejadian yang udah berlalu."
"Lo gak bakal ngerasain apa yang gua rasain." ucap Jordave.
"Tau apa lo soal perasaan gua?" ucap Johnny dingin.
Setelah itu tidak ada yang membuka suara lagi, hening. Tak lama Johnny berdiri dari duduknya.
"Gua mau nemenin Zendra dulu, lo jangan bergadang."
Jordave tidak menjawab, setelah Johnny keluar dia melamun. Rutinitas Jordave selama dirawat adalah, tidur setelah bangun tidur ia melamun, habis itu tidur lagi, lalu kembali lagi ke awal.
.
.
Di sepertiga malam ada seorang laki-laki yang memasuki ruangan Jordave, orang itu memandangi Jordave yang sedang tertidur dengan keringat yang membasahi mukanya. Ia menyeringai. Jordave membuka matanya perlahan, Jordave sedikit terkejut dengan kehadiran orang itu."Mau apa? jangan ganggu gua." tanya Jordave tanpa basa-basi.
Orang itu terkekeh pelan, "saya ingin mengakhiri penderitaan mu, Tuan Maverick." Orang itu mengangkat suntikan yang entah berisi apa ke depan mata Jordave. "Saya sendiri yang meraciknya, kau harus merasa terhormat hihihi..."
Jordave tidak menunjukkan reaksi apa-apa, dia sempat berpikir tidak apa-apa jika dirinya mati, tetapi dia memikirkan bagaimana perasaan Topan nantinya, dia takut membuat Topan merasa sedih untuk yang kebeberapa kalinya. Orang itu duduk di kursi yang ada di samping ranjang Jordave.
"Tapi tidak seru jika kau mati begitu saja, nanti saya tidak bisa melihat dirimu menderita lagi, hah.... saya pikir akan seru jika membuat dirimu menderita seumur hidup." ucap orang itu sambil memainkan suntikan yang ia bawa.
"Kau tidak berkelas sekali, Tuan Xaverga, apa sepanjang hidupmu hanya dipakai untuk mencari perhatianku saja?" ucap Jordave.
Ya, orang itu Zayan Xaverga, dia bertepuk tangan "Wow! Lihatlah gaya bicara mu, tidak seperti biasanya."
"Tutup mulut sialan mu itu, brengsek." ucap Jordave sangat dingin.
"Kau menyebalkan sekali." Zayan membuka ponselnya lalu menunjukan sesuatu kepada Jordave, "lihat kekasih mu yang tidak berdaya ini, huhu kasihan sekali dia, anak yang malang..."
Jordave mengeraskan rahangnya, "Apa yang kau mau?!" Zayan menunjukkan foto anak buahnya yang saat ini sedang berada di ruangan Topan.
"Melihat kau menderita, tidak ada yang lain." ucap Zayan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOPAN [JAEYONG]
Fanfiction"Love isn't just about man and woman" ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ⚠️WARNING⚠️ HOMOPHOBIC DON'T READ THIS STORY