4.

545 63 4
                                    

Flashback 13 tahun lalu

Musim penghujan memang sudah sewajarnya akan dipenuhi oleh turun hujan hampir tiap harinya. Hari ini pun demikian, tapi bukan itu yang menjadi permasalahan utamanya.

Di suatu Panti Asuhan nampak seorang laki-laki sedang menggendong anak perempuan berusia 2 tahun. Laki-laki tersebut nampak kebingungan sambil berbicara dengan Ibu Tina, pengurus di Panti Asuhan tersebut.

Si laki-laki itu kemudian menyerahkan anak yang berada dalam gendongannya itu kepada Bu Tina, kemudian dengan perasaan yang nampaknya berat lalu ia meninggalkan si anak di Panti Asuhan tersebut.

Ternyata sedari tadi ada yang memperhatikan kedua orang dewasa itu berbicara. Anak itu adalah Oniel yang masih berusia 3 tahun.

"Bu Tina, itu capa?" tanya Oniel sambil menunjuk anak kecil yang sedang digendong Bu Tina.

"Ini namanya Adel, dia bakal jadi temen baru kamu di sini." jelas Bu Tina.

Oniel memandang Adel heran karena tangannya yang sedang diperban itu. "Dia kenapa?"

"Dia baru aja kecelakaan, orang tuanya meninggal. Dia udah gak punya keluarga lagi, makanya dititipin di sini."

Oniel yang sejatinya masih anak kecil itu tidak sepenuhnya mengerti, tapi melihat kondisi Adel yang seperti itu ia merasa kasihan.

>><<

Hari-hari awal di Panti Asuhan, Adel nampak sangat pendiam. Mungkin ia memang masih belum terbiasa tinggal bersama beberapa anak seusianya serta juga ada yang sudah berusia SMP, atau mungkin ia masih dalam keadaan trauma akibat kecelakaan yang ia alami.

Oniel yang pada dasarnya memiliki simpati lebih ini seringkali berusaha mengajak Adel untuk bermain atau setidaknya untuk jalan-jalan di sekitaran Panti Asuhan. Oniel sangat telaten meski Adel sama sekali tidak membalas komunikasi yang berusaha Oniel jalin.

"Bu Tina, Adelnya gak asik! Diajakin ngomong gak jawab telus!" keluh Oniel.

"Jangan gitu Syafa. Kamu ajak dia terus ya, nanti pasti dia ngomong kok."

Sewaktu kecil, Oniel memang dipanggil Syafa oleh yg lainnya.

"Abisnya aku kesel, kayak lagi ngomong sama Belbi." ucap Oniel merujuk pada boneka kesayangannya.

"Adel cuma lagi gak bisa ngomong aja, lagi malu-malu."

"Udah ah, aku mau main sama yang lain aja."

Saat berbalik dan baru selangkah melangkah, Oniel merasa bajunya ditarik. Ia pun menoleh dan ternyata yang menarik adalah Adel.

"Kenapa?" tanya Oniel.

Adel tetap saja diam seperti biasa, tapi ekspresinya nampak memelas seperti memohon tak ingin ditinggal pergi oleh Oniel.

Oniel melihat wajah memelas Adel dan mengerti apa yang diminta.

"Ayok deh main lagi, tapi kamu kalo diajak ngomong harus nyaut ya!" ucap Oniel dan Adel pun mengangguk.

>><<

Sudah hampir setahun sejak Adel tinggal di Panti Asuhan ini, dan ia nampak sangat dekat dengan Oniel. Mereka berdua nampak seperti kakak-adik yang tidak bisa dipisahkan, meski keduanya tidak memiliki ikatan darah.

Kehadiran Oniel di dekatnya setidaknya bisa meringankan beban Adel menghadapi kehidupan di Panti Asuhan. Oniel boleh masih berumur 4 tahun, tapi setidaknya ia sudah terbiasa karena dirinya sudah sedari bayi ada di sini, dibanding Adel yang belum ada setahun ini menghuni Panti Asuhan.

Menjalani kehidupan di Panti Asuhan memang berat. Bukan hanya tidak mengenal orang tua ataupun keluarga, tapi juga menghadapi kerasnya kehidupan.

Maklum saja, operasional Panti Asuhan sangat bergantung pada donatur dari orang-orang baik, tapi ada masa dimana Panti benar-benar kesulitan operasional. Jika begini keadaannya, bisa jadi anak-anak di Panti ini hanya makan nasi dengan lauk tempe dan kecap sambil berusaha meminta sumbangan dan kebaikan dari orang-orang baik.

Ti Voglio BeneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang