20.

373 32 3
                                    

Minggu, 19 Oktober

"Makasih bang." ucap Olla sambil sedikit melempar helm yang baru saja ia pakai ke arah kakaknya, dan tanpa basa-basi lagi langsung pergi meninggalkan kakaknya itu.

Sang kakak yang melihat kelakuan adiknya itu hanya bisa menggelengkan kepala.

"Dasar bocah gak waras." batinnya sejenak sebelum kemudian memacu motornya untuk kembali ke rumah.

Selain memang kelakuan Olla yang terkadang agak agak, ia begini karena ia harus buru-buru karena tahu ia sudah sangat terlambat. Sudah sedari tadi ponselnya berbunyi karena diteror oleh teman-temannya yang lain karena hanya dia lah yang belum sampai juga padahal yang lain sudah lama menunggu.

Maklum saja sebenarnya di hari Minggu seperti ini Olla tidak terbiasa untuk bangun pagi, bahkan ibadah saja ia memilih untuk melakukannya di jadwal sore hari. Prinsipnya adalah "gue udah bangun pagi Senin sampe Jumat, kadang Sabtu juga kalau ekskul mulai dari pagi. Makanya khusus Minggu gue mau bangun siang!"

Namun awalnya hari ini ia sudah bertekad untuk bangun pagi, tapi sayangnya itu sekadar niat hampa karena malamnya ia malah memilih untuk begadang. Alhasil sekarang ia tergesa-gesa menyusul teman-temannya.

"Eh neng mau ke mana?" ucap seorang petugas menghadang jalan Olla saat melihatnya mau masuk area sambil berlari.

"Mau masuk lah pak, pake nanya segala!" ucap Olla kesal.

"Mana tiketnya?"

"Eh kudu pake tiket segala?" tanya Olla yang beneran tidak tahu.

"Ya iyalah, tuh di sana kalau belum beli." tunjuk petugas tersebut.

Olla mengalihkan pandangannya kepada tempat yang ditunjuk petugas tersebut. "Yaudah deh pak."

Tanpa berlama-lama Olla pun menghampiri loket pembelian yang ditunjuk petugas tadi.

"Mbak 1 tiket berapa?" tanyanya.

"5000 dek."

Olla pun langsung membuka dompetnya dan mengambil uang selembar 50rb miliknya.

"1 tiket mbak."

Petugas loket tersebut menerima uangnya dan mengeceknya sebelum menyerahkan tiket.

"Cepetan mbak, lama amat!" gerutu Olla.

Petugas tersebut hanya melirik Olla dan tersenyum simpul. Dalam hatinya tentu kesal terhadap jenis pembeli seperti Olla ini, tapi ia tidak boleh menunjukkan hal itu.

Olla sempat berpikir untuk bilang ambil aja kembaliannya, tapi ia urungkan karena lumayan uang kembalian sebanyak itu bisa untuk beli lumayan banyak makanan.

Setelah akhirnya mendapat uang kembalian dan tiketnya, Olla langsung kembali ke pintu masuk. Lagi-lagi setelah ia mendengar gemuruh di gedung olahraga ini, ia kembali berlari karena takut pertandingan sudah selesai.

Namun apesnya saat ia sedang berlari, tiba-tiba ia menabrak seorang bapak-bapak yang baru saja keluar dari toilet.

"Eh maaf pak, maaf." ucap Olla meminta maaf kepada bapak-bapak yang hampir terjatuh karena ia tabrak dengan cukup kencang itu.

"Jangan lari-lari makanya dek, nanti ada yang celaka."

"Iya pak maaf, saya buru-buru. Temen saja lagi tanding."

Lagi-lagi Olla yang tidak ada niat untuk berbasa-basi ini langsung meninggalkan bapak-bapak tersebut. Si bapak tersebut memperhatikan Olla dengan seksama dengan penuh keheranan dan membatin, lalu ikut berjalan menuju venue karena dia juga ingin kembali menonton pertandingan.

Ti Voglio BeneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang