Bel istirahat berbunyi menggema seantero SMA Nusa Bangsa. Kegiatan belajar-mengajar terhenti tiga puluh menit untuk mengisi tenaga para siswa dan guru. Di kelas X IPA 3, semua murid langsung menutup buku matematika peminatan mereka. Jam pelajaran bersama pak Hartono terasa sangat lambat, entah karena bersama matematika atau pembawaan pak Hartono yang selalu serius.
Ketika bel berbunyi, semua wajah murid X IPA 3 seketika kembali cerah bahkan terlihat bersemangat untuk pergi ke kantin. Padahal dua menit yang lalu mereka terlihat lesu, dan sesekali menguap.
Salah satunya Anna, yang hingga kini masih saja menguap dan mata nya terlihat berat untuk terbuka. "Kal, gue ngantuk banget males ngantin mau tidur aja." Ucap Anna yang langsung menelungkupkan wajahnya ke meja.
"Yaudah, gue mau ke toilet ya Na."
Anna tidak berubah posisi dan hanya bersuara kecil mengiyakan Kallea. "Hm."
Mendengar jawaban Anna, Kallea langsung bangun dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Untuk sampai di toilet Kallea harus melewati banyak kelas di koridor IPA dan IPS, karena letak kelasnya yang hampir pojok.
Letak toilet yang berada di daerah X IPS, membuatnya mau tidak mau melewati koridor yang selalu ramai. Yang terkadang membuat Kallea risi. Dengan tatapan mereka yang menatap dari atas hingga bawah, ketika Kallea melewati mereka.
Benar saja, dari kejauhan koridor itu sudah terdengar ramai dan terlihat banyak laki-laki berlari, bermain gitar, atau sekedar duduk bermain handphone di depan kelasnya. Mereka semua terlihat menyenangkan sekaligus menakutkan.
Kallea terus melangkah dengan ciri khas nya. Sudah enam hari bersekolah di Nusa Bangsa, membuatnya merasa terbiasa dengan semua tingkah laku teman satu tingkatnya.
Akhirnya dia sampai di depan pintu toilet wanita. Tangannya baru saja memegang knop pintu, tetapi samar-samar Kallea mendengar suara tangisan yang membuatnya terhenti untuk membuka pintu toilet.
Rasa ingin tahu Kallea sangat tinggi. Sehingga dengan perlahan dia membuka pintu toilet, agar tidak menimbulkan suara. Ketika dia masuk, tidak ada siapa-siapa dalam toilet. Di rasanya, salah satu pintu tertutup dari lima toilet yang berjajar berisikan gadis yang sedang menangis itu.
Terdengar banyak tawa perempuan dan langkah kaki dari luar toilet. Mendengar hal itu, Kallea langsung berjalan menuju salah satu toilet yang masih terbuka. Tepat ketika Kallea menutup pintu toilet nya, banyak langkah kaki masuk dengan gelak tawa.
"Kerja bagus hari ini Ran, makasih udah bantu gue."
"My pleasure Mor."
Kallea berusaha untuk diam dan mengamati apa yang akan terjadi. Namun, gelak tawa itu berhenti. Terdengar derap langkah sepatu pentofel yang semakin kencang, mendekat ke arah Kallea.
"Bukan disitu si Nala, nih disini Mor." Salah satu dari mereka kemudian menggedor pintu yang dicari gadis bernama 'Mor'.
Maybe her is Amora?-batin Kallea.
Langkah kaki itu menjauh dari pintu toilet Kallea. Namun, terdengar gedoran pintu.
"Nala, keluar lo!""I-iiya."
Suara pintu toilet disisi Kallea terbuka, dan derap langkah kaki yang terdengar berat untuk melangkah. Lalu, sebuah tamparan terdengar. Disusul gelak tawa para gadis itu.
Mendengar hal itu, Kallea tidak tahan sejak tadi. Keringatnya terus bercucuran, menahan diri untuk tidak emosi terhadap kelakuan murid Nusa Bangsa yang dia yakini bahwa dia mengenalnya.
Dan akhirnya dia membuka pintu toiletnya, lalu mata nya menangkap empat siswi yang membuatnya tersenyum kecut. Empat orang siswi itu berdiri, melingkari seorang gadis yang menunduk lemah. Keempat siswi itu menoleh. Kemudian dua diantara terlihat terkejut dengan mata membola melihat Kallea, yang berdiri di hadapan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
accomplish
Teen FictionTerkadang banyak hal yang menghancurkan rencana-rencana yang sudah dibuat. Hidup tidak selalu berjalan mulus. Memang tuhan yang menentukan segalanya, baik buruk tuhan lebih tahu. Tapi terkadang, seorang gadis SMA yang masih labil dalam emosinya mera...