Chapter 23

242 39 11
                                    

Chanyeol bergeming shock. Selera Areum luar biasa. Diluar kata normal.


🌸➖🌸➖🌸

"Tidak ada murid lain yang sebebas itu mengunjungi kamar kalian, dan hanya Kyungsoo dan Gaeun yang tertangkap CCTV bolak-balik ke kekamar kalian hari itu. Gaeun sudah jelas, dia teman sekamarmu. Dan kyungsoo juga sangat dekat dengan kalian berdua, ia beberapa kali berkunjung sebelum kau pergi." Terang guru Han memandang Areum, gadis itu membisu usai menonton cctv didepan kamar mereka di Jeju tepat hari kejadian. Areum tidak tahu bagaimana dan kapan ular mainan itu berada di tasnya. Ia tidak memeriksa ranselnya, kecuali malam hari sebelum ia berangkat.

"Tidak mungkin saem, i...itu pasti bukan mereka. Mungkin cleaning service yang iseng, iya kan?" Meski hanya Gaeun dan Kyungsoo yang mengetahui fobia Areum, mereka berdua adalah sahabatnya. Ya, sahabat—apakah sebutan itu tidak berarti apapun? Apakah hanya sebuah kata kosong tidak berarti, kecuali bagi dirinya?

Han Saem menggeleng cepat, "Mereka sudah diperiksa. Dia juga tidak mengenalmu dan tidak tahu apa yang terjadi padamu. Mana mungkin mereka."

"Kenapa Saem baru mengatakan ini sekarang?"

"Kami ragu, apalagi kalian bertiga berteman dekat dan mereka murid yang baik. Jadi coba tanyakan pada mereka lebih dulu, kuharap keduanya bisa jujur. Tapi kalau kau mau aku akan memanggil mereka berdua sekarang juga."

"Tidak perlu, saem. Apa Saem mengatakannya pada Baekhyun oppa?"

"Tidak. Belum, aku masih ragu. Lebih baik kau sampaikan sendiri, ia akan mendengarkanmu. Kau tahu, Baekhyun selalu ketat jika menyangkut dirimu. Aku juga tidak menyangka hanya ular mainan bisa serumit ini. Mereka berdua termasuk murid berprestasi, tidak mungkin dikeluarkan karna perkara ini. Aku sangat berharap kau bisa menyelesaikan permasalahan diantara kalian bertiga dan juga mendamaikan hati Baekhyun."

"Baiklah. Aku akan bicara dengan mereka. Terima kasih saem."

Areum paham tentang kekhawatiran pihak sekolah. Terlebih keduanya berprestasi, dan Gaeun dari keluarga terpandang. Benar, ia harus mendapatkan jawaban langsung atas tuduhan itu pada kedua sahabatnya. Jika benar salah satu dari mereka pelakunya, mengapa? Mereka berdua tidak punya alasan melakukan itu padanya. Areum mengenal mereka dengan baik. 

Atau...tidak?

"Ya, hati-hatilah. Terkadang teman hanya sebuah label tanpa arti. Kalau ada sesuatu beritahu aku."

Percakapan dengan Han Saem terus berputar di kepala Areum, baru saja ia keluar dari ruangan guru Han, salah satu guru penanggungjawab. Areum menatap kosong lantai koridor dengan tatapan tak percaya atas apa yang dikatakan gurunya itu terkait insiden ular mainan yang berada di ranselnya. Benar itu hanya ular mainan. Namun apapun yang menyangkut ular membuat perut Areum mual.

Padahal Areum sempat melupakan kejadian itu dan tidak ingin mengambil pusing, baginya itu adalah kecelakaan pembawa berkah, berkat itu Areum bertemu Baekhyun dan berada di hotel yang sama dan... Ciuman itu. Sialnya gara-gara kondom itu hubungan mereka kembali rusak.

Areum menaiki undakan tangga menuju kelas, tepatnya dilantai dua. Jam istirahat belum lama berakhir. Areum yakin pelajaran sudah berlangsung dan ia sedikit telat. Ia mengembuskan napas berat, bertanya-tanya kapan waktu yang tepat untuk membicarakan hal itu pada kedua sahabatnya. Sepulang sekolah? Bagaimana kalau mereka tidak jujur? Atau bisa saja itu bukan salah satu dari mereka. Ia memijat pelipis. Akhir-akhir ini ada banyak hal mengganggu pikirannya.

"Yak!"

Seruan seseorang memaksa Areum mendongak. Lagi-lagi anak bernama Lee Chaerin dengan tampang angkuhnya berdiri didepan, menghadang jalannya ditengah tangga.

"Kau tetap mendekati yeolliku, aku sudah memperingatimu, gadis genit." tukas Chaerin tajam dengan mata menyipit.

"Yeolli?" Areum mengerut bingung.

"Park Chanyeolku!" tegasnya penuh penekanan.

Lantas Areum memgembuskan napas kasar, hubungannya dengan Baekhyun memburuk, dua temannya pun terancam sekadar label, lantas ia kini di cegat oleh siswi bermarga Lee yang menganggap dirinya saingan cinta. Mengapa orang suka salah paham padanya? Tetapi Areum sendiri tidak berniat meluruskan, baginya itu tidak penting dan Areum tak suka meladeni mereka.

Ah, Areum ingin pulang dan tidur. "Kepalaku pusing. Ambil saja yeolli-yeollimu."

"Kau jalan berdua dengannya. Dasar jalang!" pekik Chaerin.

"Jalang! Aku bukan jalang, kalau kau suka ambil saja dan tempeli sepuasmu." bentak Areum tak kalah keras.

"Kau pasti senang,kan? Yeolli terus mendekatimu sekarang, huh. Kalian bahkan berciuman, sialan. Tapi tetap saja bibir Yeolli itu punyaku." Ia menyibak rambut dengan gaya. "Dasar wanita manja tukang goda. Kau dan warna pink mu sama-sama norak."

"Apa katamu?! Aku tidak menggodanya, pergilah dan sadarkan otak korslet yeollimu itu, kalian berdua cocok. Sama-sama korslet dan tukang tuduh!" Pekik Areum sebal. Ia terlalu malas membahas tragedi ciuman itu.

"Apa?! Gadis centil! Beraninya kau mengataiku korslet, kau pasti takut padaku makanya mengatai kami cocok kan?! Padahal dibelakang kau asik mendekatinya!"

Keras kepala. "Ha-ha." Areum tertawa mengejek. Jengah, ia pun melangkah melewati Chaerin.

"Yak! Penggoda!" Chaerin menarik kuncir Areum dari belakang.

"Yak! Sakit!" pekik Areum menahan kuncir rambutnya dari jambakan gadis kasar itu.

"Rasakan!" Chaerin menarik Areum dan mendorongnya hingga membentur tembok.

"Ah brengsek!" Areum memekik. Tak kalah, ia pun berusaha menggapai rambut panjang siswi itu. Menariknya dengan tak kalah kuatnya.

"Aaa sakit!" Chaerin protes, semakin mengencangkan tarikannya.

Areum menginjak sepatu Chaerin, menarik kepala Chaerin kebelakang, Chaerin merasa kulit kepalanya perih tertarik seperti akan copot. Pun sama dengan Areum. Chaerin melotot padanya sambil membenturkan Areum ke tembok, lantas menggigit tangan Areum.

"Yak!" pekik Areum.

"Perempuan kurang ajar! Jangan dekati yeolliku!"

"Argh." Areum meringis saat kepalanya membentur tembok. Lantas ia menendang kaki Chaerin. Memutar. Menyikut perut wanita itu dari samping.

"Ah" Chaerin meringis mundur. Salah satu kakinya tidak menginjak tangga dengan benar. Pun ia kehilangan keseimbangan.

Chaerin memekik, satu tangannya memggapai tangan Areum. Netra Areum melebar, tubuhnya tertarik oleh bobot Chaerin. Tanpa bisa dicegah keduanya pun jatuh berguling ditangga.

Salah satu murid memekik pelan, bergeming memegang pagar dengan tangan berkeringat dingin. Sejak tadi ia mengamati dalam diam dari lantai atas, tak sengaja menyaksikann saat ia dalam perjalanan menuju toilet.

"A...Areum...Chae...rin," gumamnya lirih, lantas berlari mencari bantuan terdekat. Napas siswa itu berubah sesak dengan mata berkaca-kaca.

"Ah, sa...sa...kit." ringis Chaerin lirih, berusaha megangkat wajahnya yang mencium lantai, hidung gadis itu mengeluarkan darah. Badan dan kepala Chaerin pun sakit. Gadis itu menarik kakinya yang menimpa perut Areum.

"A-Areum." Chaerin menggoyangkan tubuh terlentang Areum yang tak sadarkan diri.

"AREUM! AREUM!"

Mendengar keributan, beberapa guru dan murid dari kelas terdekat pun keluar. Menghambur oleh tontonan didepan mata. Bisik-bisik mulai menjalar, para siswa kelas tiga itu mengetahui Areum dan Chaerin. Nama keduanya cukup tenar dengan alasan berbeda.

Salah satu guru pria mengangkat tubuh lemas Areum. Chaerin memekik. Ada noda darah dilantai, milik Areum. Gadis itu memucat, menegang kaku ketika tubuhnya terangkat oleh seorang guru lelaki. Pun keduanya dilarikan kerumah sakit terdekat. Takut jika sesuatu yang buruk menimpa.

🌸➖🌸➖🌸
To Be Continue
Publish 1 : 20 Maret 2022
Publish revisi : Sabtu, 29 Juni 2024

Little Neighbor [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang