Chapter 10: Mysteries And Maladies

217 26 4
                                    




"KAMU BUKAN KIM SEOKJIN!!"

Dan aku mendesaknya ke dinding. Dia terdesak di dinding dan kemudian tubuhnya mengilang seperti di sapu angin.

Dan kemudian, dengan kengerian yang masih berdiri di depanku, duniaku menjadi hitam.


"Jisoo Unnie, unnie.."

Sebuah suara terdengar. Ketika mataku terbuka, aku kembali ke ruangan kerjaku dengan jendela kaca yang besar dan lantai marmernya. Air mataku mengalir di pipi dan dada ku naik turun, tetapi aku tidak lagi berlumuran darah dari anak laki-lakiku. Untuk sesaat, aku sangat terkejut untuk kembali dalam keadaan normal sehingga aku hampir terlonjak untuk mencari Noah dan Jeno. Tapi kemudian Mina berada di depanku, menggigit bibirnya dan menatapku khawatir.

"Unnie kau baik-baik saja?" dia bertanya padaku dengan lembut.

"Iya sepertinya aku hanya bermimpi." jawabku dan menggapus air mata yang menggalir di pipiku.

"Kau yakin?" tannyanya lagi dan aku hanya menganggukan kepala tersenyum kepadanya mencoba untuk membuatnya tidak khawatir. "Aku mendegarkanmu berteriak di tidurmu, dan berulang kali aku coba membangunkanmu tapi kau tidak bangun."

Jadi aku mengigau. Kenapa aku bermimpi sangat aneh?

"Sungguh tidak apa-apa, aku hanya bermimpi buruk. Jadi kau sudah selesai dengan urusanmu?" aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

Dia tersenyum lega dan duduk kembali di kursi yang dia duduki tadi pagi "Iya sudah selesai, maafkan aku Unnie karena sudah meninggalkanmu terlalau lama." dia meminta maaf dengan lembut.

"Tidak apa, aku sepertinya terlalau lelah membaca dan kemudian tertidur." aku menggeleng pelan dan tersenyum kearahnya.

"Jadi jika ingin berbagi denganku, kau boleh bercerita tentang mimpi burukmu padaku. Mungkin kau bisa lebih tenang." dia memberi saran.

"Tidak,...aku.."

"Tidak apa unnie, aku tidak akan memaksa jika memang kau tidak mau bercerita." potongnya dan kemudian dia memegang tanganku "Apakah itu berkaitan dengan sesuatu tentang ingatanmu?"

Ternyata dia masih tidak menyerah.

"Tidak, hanya.. saja,." akau berhenti kemudian memandang Mina yang masih menatapku dalam dan berharap "baiklah aku akan bercerita padamu tentang mimpiku." Aku menyerah.

Mungkin tidak ada salahnya aku bercerita tentang mimpi burukku padanya bukan. Jennie bilang aku dan Mina adalah teman dekat, jadi seharusnya tidak masalah aku menceritakan mimpiku padanya. Dan mungkin dengan aku bercerita padanya dia bisa memiliki prespektif lain tentang penjelasan mimpiku tadi bukan?

"Tentu aku akan mendengarkanya." ucap Mina bahagia akhirnya.

Aku mulai bercerita tentang aku pulang kerumah mendapati rumah dalam keadaan gelap dan menemukan Rose yang terbujur kaku di lantai dengan banyak darah yang tergenang di lantai, tentang aku berusaha berlari panik mencari anak-anakaku. Dan menemukanya di sebuah ruangan dengan keadaan terikat. Aku menceritakan semua yang aku ingat tentang mimpiku padanya. Bahkan di akhir saat Seokjin berhasil membunuh kedua anak-anakya. Dan kemudian aku berteriak yakin bawha itu bukan Kim Seokjin.

Aku mencoba menghirup udara untuk memaksa adegan gelap keluar dari kepalaku. Aku tidak pernah ingin mendengar anak laki-laki kecil itu menangis untukku seperti itu lagi. Aku tidak pernah ingin melihat mereka mati sebelum diriku. Dan aku tidak pernah ingin melihat Kim Seokjin dengan mata hitam mengerikan itu.

"Oh unnie, tidak usah terlalu dipikirkan itu hanya bunga tidur." dia mencoba menghiburku.

"Aku hanya tidak mengerti adegan terakhir..." bisikku, memegangi kepalaku yang berdenyut.

DESTINY (Jinsoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang