Kira-kira seminggu kemudian dan aku kembali untuk bekerja, berlatih dan mengerahkan semua kemampuan aku untuk bekerja yang terpaksa aku lakukan. Itu adalah pelatihan dasar dan aku tidak benar-benar membutuhkannya, tetapi Yoongi ingin memastikan bahwa aku benar-benar siap untuk pekerjaan aku. Aku bersyukur bahwa tubuh aku yang berusia tiga puluh tahunan masih dalam kondisi yang baik dan aku masih dapat menerima pembelajaran dengan mudah, jika tidak, aku akan berada dalam suasana hati yang sangat buruk pada akhir itu semua."Waktu sudah hampir habis, harusnya kau sudah menyelesaikan tes essai itu," desak Yoongi, beringsut lebih dekat kearahku.
Aku bisa mendengar alarm berdetak di atasku, mengingatkan aku bahwa aku memiliki tujuh detik tersisa untuk membawa tes essai ini menguntungkanku.
"Sudah selesai dilakukan dengan baik!" Seru Mina menggambil kertas essaiku tiba-tiba.
Aku menatap Mina dengan tatapan kesal, "Aku masih memiliki waktu 7 detik lagi untuk memastikan aku menjawab dengan benar."
"Kau tidak perlu melakukan itu, aku tau kau pasti akan menjawab semua essai itu dengan benar Jisoo-sii" jawab Mina, "kau bahkan memberikan contoh padahal disini tidak disuruh untuk itu." lanjut Mina sambil menunjukkan kertas essai ku.
"Tapi tetap saja, kau menggambil hak ku dalam 7 detik untuk memastikan jawabanku." kesalku pada Mina
"Unnie ini hanya 7 detik jangan melebih-lebihkan." seru Mina tak mau kalah.
"Itu hanya 7 detik Jisoo, bersikap lunak-lah pada rekan kerjamu." Seru sebuah suara.
Aku hampir meledak karena shock, jantungku yang masih berpacu berdebar kencang saat aku melihat Seokjin di pintu masuk. Dia berjalan masuk ke ruangan, kepalanya terangkat tinggi dan percaya diri. Biasanya, udara seperti ini akan membuatku kesal, tapi sekarang tidak lagi.
Dia berhenti di depan Yoongi dan berjabat tangan dengannya. Baik Seokjin dan Yoongi berbagi pandangan dan kemudian tiba-tiba mereka tertawa keras.
"Sepertinya dia membuat dirimu baik-baik saja," Seokjin tertawa terbahak-bahak, menepuk bahu Yoongi.
Yoongi sedikit meringis dan mendorong Seokjin.
"Kau seharusnya melihat bagaimana keras kepalanya dia sebelumnya, dia cepat belajar dengan baik" kata Yoongi. "Seharusnya memang aku tidak perlu memberinya pelatihan seperti ini, jika tau akan membuat kepalaku meledak saat menghadapi istrimu itu."
Aku meletakkan tanganku di pinggul, terengah-engah.
"Kau yang memaksa pelatihan ini Yoongi-sii ," koreksiku, "Ditambah lagi, aku tidak keras kepala"
Menanggapi hal ini, Seokjin dan Yoongi hanya menggelengkan kepalanya dan mengatur rahangnya. Mereka berdua mencibir seperti anak laki-laki kecil, tapi sadar saat aku meletakkan tanganku di pinggul lagi dan mengatupkan rahangku. Seokjin memalingkan muka dariku, mata berkeliaran dengan polos ke langit-langit, bersenandung seolah dia tidak peduli pada dunia. Yoongi tiba-tiba menjadi sangat tertarik pada kakinya dan mulai mengosok-kan sedikit dari sisi ke sisi, matanya dengan saksama terpaku pada mereka saat dia melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (Jinsoo)
RomanceApa yang terjadi jika kamu bangun tidur di samping kamu bukan suami kamu yang selama ini kamu yakini, tapi kenapa orang itu berkata bahwa dia suaminya?? Malam pernikahan Kim Jisoo adalah segalanya baginya. Suaminya Baekhyun adalah teman lamanya, pi...