[05]

3.5K 419 9
                                    

Happy Reading Broo

Jam menunjukkan pukul 19.30 saatnya makan malam, sebenernya makan malam biasanya ngga nentu sih jam nya. Cuma ini makan malam sehabis sholat Isya biar waktunya udah santai santai.

Makan malam kali ini Chika hanya memasak mie instan ala kadarnya karena lelah dengan kegiatan hari ini. Mie instan dengan bahan pelengkap sayur sawi, cabe, telur, dan juga bakso telah siap disajikan di atas meja makan.

"Waw baunya sangat menggoda, terimakasih istriku sayangku padamu ai lov yu, mwah." Ara memamerkan wajah genit seperti Wanda, bencong yang biasa mangkal di perempatan jalan kompleks rumahnya dulu.

"Hih lo ketularan virus genit si Wanda ye?!? Jijik gue liat muka lo kek gitu."

"Wanda siapa sayang? temen kamu? cantik ngga? kenalin sama abang dong, siapa tau minat jadi istri ke lima"

"Sinting lo! Noh Wanda bencong perempatan, mau gue kenalin? Sok atuh kenalan, bisa diatur waktu dan tempatnya"

"Lah najis bencong anjir, ogah amat gue nikahin bencong. Gila seumur hidup dah gue."

"Udah tuh makan diabisin dulu, ngga usah banyak cingcong."

"Siap tuan putri yang cantik seperti kutil badak."

"Ye ye gue gamau nanggepin omongan orang gila, ntar gue ketularan gila lagi."

Ara maupun Chika telah menyelesaikan makan malam, lalu mereka berdua memesan meja makan dan mencuci alat-alat di wastafel.

"Ra gue ke kamar duluan, kalo lo mau ke kamar tuh matiin semua lampunya dulu baru tidur." Ara melirik sekilas ke arah Chika lalu mengangguk, setelah itu pandangannya kembali ke arah tv yang menampilkan siaran pertandingan sepakbola.

Sebenarnya di rumah ini memiliki 2 kamar tidur, tetapi kamar satunya sengaja dipenuhi barang barang cadangan dan alat alat tambahan agar mereka berdua tidur di satu kamar yang sama.

Setelah Ara menonton pertandingan hingga selesai, ia mematikan semua lampu yang ada di dalam rumah, kecuali lampu kamar.

Ara berjalan menghampiri Chika yang sedang berbaring di atas ranjang sambil memainkan ponselnya. Ia duduk di samping Chika, punggungnya bersandar pada kepala ranjang.

"Lah ngapain kesini, lo kan tidur di sofa. Ogah gue tidur satu ranjang sama lo!" sarkas Chika

"Chik kita kan udah sah jadi suami istri, lo tega ngusir gue trus nyuruh gue tidur di sofa? Tau ngga sih waktu itu tidur di sofa aja badan gue rasanya remuk, pegel pegel semua"

"Ah serah lo deh, gue mau tidur. Awas aja berani ngapa-ngapain gue, mau bogem, geplak, atau tendang? tinggal milih gampang kan"

"Yaelah Chik yang lain aja malam pertama pada romantis romantis gitu, lah ini apaan malah ada monyet ngamuk."

"APA LO BILANG?!? MONYET NGAMUK MATALO! Kalo ngga mau tidur di sofa yaudah tidur di lantai."

"Sama aja anjing, tambah parah malah"

"Ngomong kasar lagi bakal gue iket mulut lo, asal ceplas ceplos aja."

"Punya istri gini amat Ya Allah, udah galak, bego, cerewet, kasar lagi. Lengkap sudah penderitaan gue."

Percuma Ara memaki-maki Chika, gadis itu ternyata sudah tidur dengan posisi membelakangi Ara. AAARRGGGHH KESEL GUE, batin Ara.

Ia membaring di sebelahnya di atas ranjang tepat di Chika, biarlah Chika ngomel-ngomel yang penting badan Ara masih aman.

Dengan sengaja Ara memeluk tubuh Chika dari belakang lalu menduselkan kepalanya di bagian ceruk leher Chika.

Menghirup aroma tubuh Chika yang memang sangat harum alami tanpa parfum ataupun pengharum badan.

Baby Boy || ChikaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang