Bab Dua

468 63 19
                                    

Saat kami asik bermain, geng anak orang kaya pun datang bergabung bersama kami. Tapi permainan mereka berbeda, mereka bermain balap mobil-mobilan. Ya Arya, Yudi, Geri, Bima, Anton, Deni, dan Bayu. Mereka sebenarnya mau dekat dengan kami semua, hanya saja kami yang merasa sedikit tidak pantas bermain dengan mereka pun hanya diam saja. Arya datang kepadaku dan memberiku sebungkus biskuit.

Dia menyodorkannya padaku. Aku hanya diam dan menunjuk diriku sendiri. Kemudian aku berbicara. "Apa?"

"Buatmu." sahut Arya.

"Aku pikir kau tidak bisa bicara, habis ngasih gitu-gitu aja gak pakai ngomong buat siapa gitu." ujarku saat itu.

"Iya buatmu." sahut Arya.

"Makasih..." sahutku.

Mereka yang melihat Arya memberiku biskuit berbicara, terutama Yudi. "Kau Ar, bagi dong biskuitnya."

Arya pun membagi bagikan biskuit miliknya. Lalu aku membagi biskuit pada Danu, Ahmad, Dewi, Dea, dan Rianti. Lalu Rianti berbicara. "Tak kirain sombong, tapi agak sok gitu gayanya."

"Udah biarinlah, yang penting gak petakilan kek kita. Bahahahha," seru Danu.

"Kau aja kali, kami cuman ngikut." sahut Ahmad.

Kami pun memakan biskuit itu, tiba-tiba saat kami asik bermain mendung pun datang. Arya berteriak. "Woi, mendung. Ayo pulang..."

Deni menyahut. "Duluan aja, kami mau mandi hujan."

Arya kemudian tidak jadi pulang malah terus bermain bersama kami dan teman-temannya. Aku berbicara. "Yudi, bawa temanmu pulang itu, nanti sakit pulak. Pilek kena hujan,"

Yudi menoleh ke arah Arya, lalu kemudian berbicar. "Iya Ar, kau pulang aja. Nanti bapak sama mamakmu marah pulak."

"Biarin ajalah, orang aku lagi enak main kok." sahut Arya.

Arya tidak mau pulang, lalu aku berbicara. "We, pulang ajalah yok. Nanti sore kita mengaji kan?"

Dewi pun menyahut. "Iya ya, yoklah."

Kami pun memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing. Arya melihatku dan mengikutiku sampai kerumahku. Aku yang kaget berbicara. "Lah, kau ngapain kesini?"

"Aku ngikutin kau tadi," sahut Arya.

"Teros mau kemana emangnya? Mau ngapain maksudku?" Sahutku saat itu.

"Emang gak boleh aku main main sama kau, Put?" sahut Arya.

"Ya boleh boleh aja sih, tapi kan nanti bapakmu marah." Sahutku.

Danu sudah pulang kerumahnya, kalau belum aku sudah minta bang Danu mengantar Arya pulang. Tapi di luar sudah mulai hujan, mau tidak mau aku pun menyuruh Arya masuk kedalam. "Ya udah, hujan juga di luar. Masuklah,"

Arya masuk kedalam rumahku yang sederhana, kursi tidak ada. Yang ada hanya dipan beralaskan tikar, dan kami pun duduk di sana. Arya melihat sekeliling, dan seisi rumahku. Lalu ia berbicara. "Kau gak punya TV?"

"Enggak, cuman radio itu. Kenapa?" Sahutku.

"Terus kalau nonton TV dimana?" tanyanya lagi.

"Dirumah Danu, kalau gak di rumah wawak sebelah itu. Tapi pelit kalau wawak sebelah itu, suara Tv nya kecil kali." sahutku.

Arya hanya mengangguk, lalu aku mengeluarkan buku sekolah dan mengerjakan tugas dari sekolah. Lalu aku berbicara. "PR mu bagaimana?"

"Nanti aja dirumah, malam juga bisa. Ini kalau gak reda juga hujannya gimana mau berangkat ke mesjid buat mengaji?" Sahut Arya.

BL- MY PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang