Halo Semuanya apa kabar? Semoga sehat selalu ya... Oh iya maafin aku yang sudah lama tidak menulis cerita baru, karena lagi sibuk dengan Real Life... Oke kita langsung saja dan selamat membaca...
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Sebelumnya perkenalkan nama ku Iman Saputra, Aku biasa di panggil Putra di desaku. Di desa kecil dimana aku tinggal bersama Kakek, Nenek, dan juga Bibik/Tanteku. Ayah dan ibuku sudah lama bercerai, sementara aku tinggal bersama kakek dan Nenek, ibu pergi merantau kekota untuk membangu perekonomian keluargaku.
Saat itu adalah dimana hari pertamaku masuk ke sekolah dasar, padahal usiaku belum tujuh tahun, saat ku di daftarkan masuk kesekolah dasar yang lumayan jauh dari desaku, aku masih berusia enam tahun. Kakek mendaftarkan aku masuk sekolah karena aku yang sering mengganggu bibik belajar. Hari pertama sekolah banyak murid baru yang mendaftar. Bahkan di hari pertama sekolah banyak yang menangis, karena takut kepada guru dan tidak mau di tinggal oleh orang tua mereka. Aku merasa beruntung, karena satu sekolah dengan bibik dan teman yang tinggal di desaku juga.
Ada Dea, Dewi, Ranti, Ahmad, dan Danu. Ranti menyapaku. "Putla, cekolah disini juga?"
Aku menoleh dan menyahut. "Iya Ranti, aku tadi di sama kakekku. Kau cama ciapa?"
"Kami tadi baleng-baleng, sama mamaknya Dea, bapaknya Dewi, bapaknya Danu, dan Ahmad." sahut Ranti.
"Ya udah, yok kesana. Itu Ahmad nangis kayaknya." Ujarku.
Ranti mengangguk, lalu kami berdua menghampiri Ahmad. Dewi yang melihat kami langsung berbicara. "Tengoklah We, Ahmad Nangis di tinggal pulang bapaknya."
Aku yang masih suadara sepupu dengan Ahmad langsung menenangkan. "Udah ngapa jangan nangis, malu tau sama orang... Belik jajan lah kita yok. Eh, Danu mana?"
Ahmad pun tidak menangis lagi, ia langsung mehapus air matanya. Ahmad berbicara. "Danu itu, Abangmu pun dia gak kau urus."
Ya Danu abang sepupuku, tapi dia bandelnya minta ampun. Kami pun jadi ikutan bandel karena dia. Tapi memang dasarnya kami juga sudah bandel sih, ga perduli kami laki-laki atau perempuan. Tiga bulan lamanya sudah kami bersekolah, hingga pada suatu hari sekolah kami kedatangan murid baru pindahan dari kota.
Ibu Jihan mempersilahkan masuk murid baru itu. "Arya, sini masuk."
Murid bernama Arya itu masuk kedalam kelas. Terlihat dari penampilannya saja aku sudah tau kalau dia anak orang kaya. Lihat saja botol minuman di saku tasnya, tasnya juga bagus, tidak seperti tasku yang yaaaah, tapi lumayan lah. Arya kemudian memperkenalkan dirinya di depan kelas.
"Selamat pagi teman-teman semuanya, namaku Arya..." ujarnya.
"Pagi...." sahut kami serentak.
"Arya kamu duduk di sebelag Yudi ya..." ujar bu Jihan.
"Iya bu..." Arya kemudian duduk di samping Yudi. Ya Yudi adalah anak satu kampung ku juga, tapi aku tidak dekat dengannya.
Tidak tau mengapa, aku hanya dekat dengan kedua sepupuku, dab tiga perempuan itu. Dewi, Dea, Ranti, Danu, dan Ahmad. Kami memulai pelajaran dasar, membaca, menulis, menghitung, dan lainnya. Jam istirahat pun di mulai. Seperti biasa semua murid berhamburan keluar dari kelas. Hanya aku yang selalu terakhir keluar dari kelas. Danu, Ahmad, Ranti, Dewi, dan Dea memanggil.
"Putra, ayo keluar jajan." seru mereka.
Aku yang malas keluar kelas pun berjalan pelan. Perlu di ingat, kami masih kelas satu sekolah dasar ya. Aku melihat Arya memperhatikanku sejak tadi, habis itu aku buang muka langsung. Kami pergi membeli nasi pecel milik ibu Ranti, pada jaman aku SD, harganya masih seratus rupiah. Sementara kakek memberiku uang jajan lima ratus rupiah. Itu sudah banyak banget pada masa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL- MY PAST
NouvellesMasa Lalu bagian mana yang tidak aku ingat? My New Story My Past... Iman Saputra