Bab Sebelas End

464 48 2
                                    

Tapi dari kejauhan ada yang mengintaiku, aku tidak yakin itu siapa, tapi dari postur dan gestur tubuhnya aku menganalinya. "Anton..."

Valent selesai membeli martabaknya, lalu kami kembali ke kost. Tapi tiba-tiba....

Buuuuk
Buuuuk

Seseorang memukul kami berdua, tapi Hanya aku yang di bawa, Valent tidak. Valent berusaha membuka matanya, pandangannya buram dan ia pingsan. Beruntung tidak lama, Dante, Danu, Arya, dan Leo sampai disana dan melihat Valent tergeletak di gang. Dante langsung mengangkat tubuh Valent. "Val bangun, Valent..."

Valent menunjukkan pergerakan, lalu membuka matanya. Ia memegangi bagian kepalanya yang sakit lalu Danu berbicara. "Apa yang terjadi?"

"Iman... Iman dimana? Iman..." sahut Valent saat sadar.

"Apa yang terjadi, katakan?" sahut Danu mulai Panik.

"Iman di culik, tadi kami beli martabak di depan. Tiba-tiba ada yang memukul kami, aku pingsan, tapi masih sempat melihat Iman di bawa sama dua orang." sahut Valent.

Seseorang mendengar dari luar, Nando Dan Albert. Lalu mereka lebih dulu mengejar penculik itu. Danu, Arya, dan Dante pergi mencariku. Sementara Leo menjaga Valent, Valent sedikit tidak tenang karena ia tidak dapat menjagaku saat itu. Sementara itu di tempat lain, aku terbaring di tempat tidur yang cukup nyaman dan empuk. Saat aku membuka mata, aku melihat Anton berdiri di jendela. Tangan dan kakiku terikat, lalu aku berbicara. "Apa yang kau inginkan pak Anton? Kenapa anda..."

"Yah tentu saja menikmati tubuhmu pertama, dulu aku menginginkanmu tapi kau menolakku dan berdalih kita murid dan guru... Sekarang kau juga ingin menolakku setelah aku jadi kepala sekolah?" sahut Anton.

Aku berusaha membuka ikatan tanganku dan kakiku. "Kau, jangan harap kau bisa memiliki tubuhku. Aku sudah menjadi milik orang lain,"

"Ahahahhaha, kalau begitu aku akan membunuhmu, sama seperti aku membunuh orang yang kau lihat saat itu. Tapi sebelum membunuhmu, aku akan bersenang-senang padamu terlebih dahulu." sahut Anton.

Aku tersenyum licik, aku memainkan trik dengannya. "Baiklah aku menyerah, lalukan apa yang ingin kau lakukan. Lagi pula, dulu aku mengagumi tubuh bapak, sekarang semakin tua anda semakin menggoda."

"Benarkah, kalau begitu mari kita lakukan..." sahut Anton.

"Eeeeeh, tapi kalau dalam keadaan seperti ini aku tidak akan bisa lebih panas lagi..." sahutku.

Karena memang pada dasarnya yang ada di otak Anton hanya ingin meniduri ku dan memilikiku, ia lupa bahwa kenyataannya aku adalah saksi kunci pembunuhan pemilik sekolah Trisakti bahkan ia juga membunuh anaknya sang pewaris tunggal.  Anton membuka ikatan kakiku, saat ikatan itu terbuka ikatan di tangan juga sudah berhasil aku buka. Aku tersenyum kearahnya, lalu...

Buuuk
Buuuk

"Aaaarghhh, kau... Keparat..." seru Anton kesakitan karena aku menendang Benda pusakanya.

"Dasar bodoh, kau pikir aku benar-benar menginginkanmu ha?" sahutku.

Aku dan Anton pun berkelahi di dalam kamar...

Wuuush

Bruuuuk

Praaaaaaang

Tubuhnya terlalu kuat, ia melemparku hingga mengenai cermin...

Aku berusaha bangkit, lalu aku kembali menyerangnya...

Wuuusssh

Bruuuuk

BL- MY PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang