Bab Empat

307 47 33
                                    

Setelah kami selesai mengutip buah jambu yang itu, kami buru-buru pulang dan berkumpul lagi. Kami sengaja tidak membawa buah jambu banyak-banyak agar tidak ketahuan kalau pohon itu tumbang karena ulah kami. Kami pun membuat rujak, waktu pun berlalu begitu cepat. Sore tiba Arya kembali pulang kerumahnya karena besok harus masuk sekolah.

Singkat cerita, aku juga tidak mau menceritakan masa kecilku yang bisa di katakan cukup bahagia, aku akan langsung saja sampai dimana aku sudah lulus sekolah dasar dan akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama. Tapi satu hal yang membuatku sedih, bang Danu harus pindah kekota ikut bersama kedua orang tuanya. Danu mendatangiku kerumah, kami duduk di bawah pohon mangga dimana kami membuat rujak waktu itu.

"Abang minta maaf ya, abang gak bisa jagain Putra lagi." Ujar Bang Danu.

"Gak apa-apa bang, tapi abang akan sering kesini kan?" ujarku.

"Setiap libur sekolah kalau ada waktu, abang akan sering main kesini." sahut Danu.

Kami berpelukan, lalu Danu berbicara lagi. "Arya mungkin akan menjagamu, jangan kasar-kasar sama dia ya."

Aku tertawa, tapi sosok abang yang aku sayangi cuman Danu. Kenapa harus pergi? Tapi mau bagaimanapun itu keputusan orang tuanya. Danu pun akhirnya pergi, setelah berpamitan dengan nenek dan kakekku. Ibu bang Danu memeluk dan menciumku, lalu memberiku uang jajan. Mereka pergi, aku pun melambaikan tangan ke Danu, Danu pun melambaikan tangan. Hidupku berubah menjadi sepi kembali, Arya datang menghampiriku dan memberiku biskoit cokelat.

Aku mendongak kearah Arya dan mengambil biskuit itu. Arya suduk dan merangkulku. "Sudah jangan sedih, masih ada babangmu yang ganteng ini."

"Ppppfff, wuuueeeeek.... Ganteng dari mana?" ujarku saat itu.

"Heleh, udah akuin aja. Sudahlah, makan biskuitnya. Aku tau kalau kau sedih suka makan biskuit, aku janji ga akan ninggalin kau. Kau juga jangan ninggalin aku, kau gak mau aku nangis kan?" ujar Arya.

"Iya..." sahutku singkat.

"Ya sudah jangan lakukan itu... Kita pergi main yuk, temen-temen pada nungguin." sahut Arya.

Aku mengangguk, kami pergi ke bendungan bersama teman teman lain. Mereka mandi-mandi di sana kebetulan air juga sedang surut, jadi mereka pergi mandi. Aku tidak ikut mandi tapi bajuku basah kuyub gara-gara Dewi, Rianti, Dea, Ahmad, Yudi, Arya, Geri, Deni, Bima dan Anton menyipratiku dengan air. Kepalang basah akupun nyebur keair yang setinggi pinggang kami. Hari sudah sore, kami pun pergi kembali kerumah.

Arya kembali kerumahnya, ke esokan paginya kami pergi mendaftar untuk masuk ke sekolah menengah pertama. Aku dan bibik ku satu sekolah lagi, aku SMP swasta sementara itu teman-temanku yang lain di SMP Negeri. Ada beberapa anak-anak satu kampung juga yang sekolah di sekolah yang sama denganku. Singkat ceritanya kami selalu pergi sekolah bareng-bareng, namun Ahmad, Dewi, Rianti, Dea, dan Arya lebih dulu sampai di sekolah sementara aku masih harus mengayuh sepeda beberapa kilo lagi. Lumayan jauh, namun tidak terasa karena kami beramai-ramai pergi sekolahnya. Tidak lama akupun sampai di sekolahku dan bibiku sekolah. Pelajaran pertama dimulai, seperti biasanya kelas sangat sepi dan tenang saat jam pelajaran. Saat jam istirahat tiba semua berhamburan keluar. Di sekolah menengah pertama aku tidak hanyak teman, bahkan yang satu kampung denganku tidak akrab, hanya saja ada dua orang yang deket denganku. Namanya Andi dan Dean, Dean sangat baik tampan dan anak orang kaya. Sementara Andi anaknya biasa saja tapi mudah bergaul.

Namun ada satu kakak kelasku yang berteman dengan mereka, namanya Rio... Rio menyapa Andi dan Dean. "Andi, Dean..."

"Hai kak Rio, mau kemana?" Seru Dean.

"Mau ke kantin, yuk kekantin..." sahut Rio.

"Bentar bang... Aku ajak Putra dulu," sahut Dean.

Lalu Andi dan Dean menghampiriku. "Put, kekantin yuk."

BL- MY PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang