Bab 1: Lamaran

465 68 3
                                    

Beberapa bulan kemudian....

"Aku akan menikah dengan Raina, hari ini juga!" Kata Rama dengan wajah sumringah.

"Apa?" Raka menatap Rama seolah pemuda di hadapannya ini sudah gila, hampir saja ia menjatuhkan Nadine di gendongannya karena kaget.

Raka menoleh pada ayahnya yang tampak gelisah. Raska mengangkat bahu, pertanda ia juga tak tahu harus berbuat apa.

"Kamu sudah gila, Ram? Ibuku dan Raina baru saja melahirkan, bagaimana mungkin kamu mau mengadakan pernikahan sekarang?" Raka geleng-geleng kepala, tak habis pikir dengan kelakuan Rama.

"Itu bisa diatur. Aku bisa minta Navya datang kesini dengan membawa baju pengantin dan peralatan makeup untuk Raina. Dan ayahku yang akan membawa penghulunya. Kita bisa mengadakan resepsinya nanti di Jakarta."

Raka terdiam, rupanya Rama telah memikirkan semuanya.

"Bagaimana dengan Raina. Apa kau sudah membicarakan hal ini dengannya? Apa dia bersedia menikah denganmu di sini? Di rumah sakit saat dia baru saja melahirkan Nadine?" Raska yang sejak tadi diam angkat bicara.

Rama membuka mulutnya namun tak ada kata yang keluar, diapun kembali menutupnya lagi. Melihat hal itu Raka sadar bahwa Rama sama sekali belum memberitahu Raina soal ini.

"Ya ampun, Ram. Gimana bisa kamu mutusin hal ini sendiri? Kamu sama sekali ngga mempertimbangkan keinginan Raina?" Raka bertanya gusar. Kalau saja saat ini dia tak sedang menggendong Nadine, dia pasti sudah mencengkram kerah baju Rama dan mengguncangnya dengan keras supaya pemuda itu sadar.

"Dan lagi, apa kamu sudah dapat restu dari ibuku?" Tanya Raka lagi, meski pertanyaan dia sebelumnya juga belum dijawab oleh Rama.

"Ibumu bilang dia tak mengijinkan Raina menikah sebelum melahirkan. Tapi kan sekarang Nadine sudah lahir. Berarti boleh dong." Rama bersikukuh.

Sebelum Raka sempat menanggapi ucapan Rama yang ia anggap konyol, Raska menepuk pundak Rama.

"Sebaiknya kau tanya dulu pada Raina dan Hana soal keinginanmu menikah hari ini juga. Jika mereka setuju, maka akupun takkan keberatan. Tapi jika mereka tidak setuju, maka restuku pun tak dapat kuberikan."

Raka mengangguk menyetujui ucapan ayahnya.

Rama terlihat kecewa, namun akhirnya ia mengangguk.

"Aku akan menemui Raina dulu. Setelah itu aku akan menemui Tante Hana." Rama mengulurkan tangannya pada Raka, meminta Nadine untuk dikembalikan ke pelukannya.

Dengan agak enggan, Raka menyerahkan keponakannya kepada Rama. Kemudian, sambil menggendong sang anak, Rama pergi ke ruang rawat Raina yang baru saja melahirkan.

Setelah Rama pergi, Raka dan ayahnya saling berpandangan.

"Ayah beneran akan setuju Raina menikah hari ini?" Tanya Raka.

Raska mengangkat bahu. "Entah mengapa, aku punya firasat bahwa ibumu takkan setuju. Jadi tak masalah aku setuju atau tidak, keputusan akhirnya di tangan Hana dan Raina."

Raka manggut-manggut mendengarnya.

Tiba-tiba seorang perawat menghampiri mereka.

"Keluarga ibu Raihana?"

Raka dan Raska serempak menoleh pada perawat itu. Dan menyatakan diri mereka sebagai keluarga Raihana.

"Ibu Raihana sudah dipindahkan ke ruang perawatan, dan sekarang beliau sudah sadar. Anda bisa menemuinya. Bayinya juga sudah dimandikan." Sang perawat memberi informasi.

Raska mengucapkan terimakasih pada perawat tersebut yang kemudian berlalu pergi meninggalkan mereka.

Raska memandang Raka sambil tersenyum. "Siap bertemu dengan adik laki-lakimu untuk pertamakali?"

Risalah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang