Epilog: Bukan Istri Idaman

189 38 3
                                    

Ruby menggeliat pelan, mulutnya terbuka lebar saat menguap. Sofabed ini memang tak senyaman tempat tidurnya, namun yang penting ia bisa merebahkan badannya di sini.

Setelah mengantar Renatta naik taksi ke sekolah dan memastikan suaminya makan lalu minum obat, Ruby merasa kelelahan. Akhirnya ia memilih rebahan di sofabed, siapa sangka dia malah terlelap selama beberapa jam.

Merasa segar dan tenaganya pulih kembali, Ruby membuka mata lalu mengerjap beberapa kali. Tapi kemudian ia tersentak kaget saat menoleh ke samping dan mendapati pemandangan yang ia lihat pertamakali adalah wajah suaminya.

Ruby mengerutkan kening. Ngapain Raka duduk di lantai dan bertopang dagu di sofa memandanginya yang sedang tidur? Ruby melirik ke jam dinding yang menunjukkan pukul 3 sore.

"Tidurmu nyenyak?" Tanya Raka sambil tersenyum.

Ruby menguap lagi sedikit, lalu mengangguk. "Lumayan. Kamu udah enakan badannya?" Ruby balas bertanya. Ia tempelkan punggung tangan di kening suaminya, sudah tidak demam.

Raka meraih tangan Ruby yang sedang mengecek suhu badannya, lalu pria itu mengecup tangan sang istri membuat Ruby merona.

"Aku baik-baik saja. Kenapa kamu tidur di sini bukannya di kamar?" Tanya Raka lagi.

Ruby bangun perlahan sambil berpegangan lalu duduk menyender di sofa, Raka juga bangun dari lantai dan duduk di sebelah Ruby.

"Aku nggak mau ganggu istirahat kamu. Kan kamu lagi sakit." Ruby menjawab.

Raka tersenyum, merasa tersentuh dengan perhatian Ruby. Padahal Raka yakin ia bisa istirahat dengan lebih baik jika Ruby tidur di sampingnya. Apalagi pernyataan cinta Ruby tadi pagi masih terngiang indah di telingnya.

Pria itu meraih tangan sang istri lalu menautkan jari jemari mereka.

"Kamu tahu nggak apa yang kupikirkan saat melihatmu tidur tadi?" Tanya Raka.

Ruby menunduk melihat tangan mereka yang tertaut, hari ini Raka suka sekali memegang tangannya. Lalu Ruby menggelengkan kepalanya. Bagaimana ia bisa tahu isi pikiran Raka? Dia kan bukan cenayang.

"Saat melihatmu tidur, aku merasa sedikit tak percaya karena kaulah istriku. Padahal kamu sungguh jauh berbeda dengan kriteria istri idamanku dulu."

Ruby mengerutkan keningnya, sejak awal ia sadar dia bukan wanita idaman Raka. Namun kenapa pria itu membahasnya sekarang setelah mereka mengakui perasaan masing-masing? Sementara Raka masih melanjutkan kalimatnya.

"Dulu, aku pengen punya istri yang penurut agar aku mudah mengurusnya karena dia akan selalu mengikuti perkataanku. Aku juga pengen istriku punya sifat yang lemah lembut kayak Ibu dan adikku. Tapi Tuhan malah menjodohkanku denganmu." Raka tersenyum tipis saat mengatakannya.

Ruby terdiam sesaat mendengarnya. Lalu memandang Raka sambil bertanya. "Maksud kamu, aku bukan istri idaman seperti yang kamu inginkan?"

Raka mengangguk tanpa ragu membuat Ruby merasa sedikit sedih.

"Kamu galak tapi penyayang. Kamu sering banget membantah ucapanku, bahkan nggak jarang kita berselisih karena kamu nggak setuju dengan apa yang kulakukan. Kamu juga lebih jago berantem daripada aku. Kamu jauh banget dari kriteria cewek idamanku."

Ruby mulai cemberut, ia menarik lepas tangannya dari genggaman Raka. Merasa kesal. Ia mengelus perutnya sendiri, berusaha menahan hasrat untuk menampar suaminya.

"Ya maaf deh kalau aku nggak sesuai sama standar istri idaman yang kamu impikan." Ruby berkata pelan setengah menggerutu.

Raka tersenyum melihat istrinya cemberut. Karena bibir Ruby yang manyun terlihat menggemaskan dan membuat Raka ingin menciumnya. Tapi dia belum selesai mengungkapkan isi hati. Jadi Raka melanjutkan ucapannya.

Risalah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang