Sandaran Hati

161 28 10
                                    

Rizvan Wirakusuma, itulah nama yang diberikan padaku saat aku masih bayi merah. Katanya gabungan dari nama pemberian Kakak dan Ayah. Tapi, siapa yang peduli?

Lahir sebagai bayi reuni dari pasangan ayah dan ibu yang telah terpisah 25 tahun lamanya.

Aku punya dua kakak yang jarak usianya 24 tahun lebih tua dariku.

Apa? Kamu bilang aneh? Tunggu, ada hal yang lebih aneh lagi.

Aku punya keponakan yang berbagi ulang tahun denganku, ya, kami lahir di hari dan jam yang sama. Untungnya jenis kelamin berbeda.

Yang lebih gila, anak sulung dari kakak pertamaku umurnya 6 tahun lebih tua dariku. Dan dia memanggilku little uncle. Ugh, aku benci panggilan itu.

Sejak kecil aku tak pernah kekurangan. Aku punya orangtua yang menghujaniku dengan cinta dan kasih sayang, juga harta berlimpah.

Aku punya dua kakak yang bawel dan sering cosplay jadi orangtua, mereka selalu menasihati atau mengomeliku setiapkali kami bertemu. Ada saja yang salah dariku di mata mereka.

Untungnya aku punya keponakan yang seumuran yang bisa kujahili. Dulu aku ingin punya adik, tapi aku terlalu sayang sama Ibuku jadi keinginan itu kubuang.

Lagipula, aku tak pernah kekurangan stok bayi untuk dijadikan mainan. Dua kakak kembarku, yang sama-sama sudah menikah. Hobi banget bikin anak.

Jika jumlah keponakanku dari mereka ditotal, sudah bisa bikin satu tim sepakbola. Kakak pertamaku punya enam anak. Dan kakak keduaku punya 5 anak.

Tapi ini bukan cerita tentang mereka. Ini adalah ceritaku.

Cerita tentangku, yang pertamakalinya merasakan debaran cinta, saat melihat senyum seorang dara.

Rora, itulah namanya. Cantik, supel, dan periang. Saat dia tertawa, seluruh dunia tampak lebih cerah. Senyumnya membuat bunga bermekaran indah dan sekelilingku jadi jauh lebih berwarna.

Aku kedengaran gombal ya?

Tapi itulah kenyataannya. Senyuman Rora membuat darah mudaku berdesir. Suara tawanya bagai melodi dari komposer ternama, merdu mengalun bagai air yang mengalir.

Aku ingin melindungi senyum itu, aku ingin menjadi penjaga hatinya agar selalu diliputi tawa bahagia.

Sayangnya, dibalik senyuman riangnya, ada luka yang tersembunyi. Dibalik tawa yang ceria, ada airmata yang menggenangi hatinya. Dan dibalik kesehariannya yang terlihat biasa, ada cerita kelam yang hampir membuat Rora mengakhiri hidupnya.

Aku bukan pahlawan, yang bisa menyelamatkan hidup banyak orang.

Aku hanya seorang pria, yang mencoba menyelamatkan hidup gadis yang dicintainya. Apapun caranya.

****

Bagian terakhir dari trilogi Hati.
Kisah perjuangan Rizvan Wirakusuma demi orang yang dia cinta sepenuh jiwa.
Coming soon!

 Coming soon!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Risalah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang