"Kakak!"
"Paman!"
Dua suara anak kecil yang riang menyambut Raka saat dirinya melangkah masuk ke rumah sang ayah.
Dua pasang kaki berlarian ke arah Raka, berlomba siapa yang lebih dulu sampai padanya.
Dan ketika dua anak kecil berumur tujuh tahun itu sampai di hadapan Raka di waktu yang bersamaan, Raka langsung mengangkat keduanya dalam pelukan. Sejak mengikuti jejak Raska yang rutin melatih diri di pusat kebugaran, kini Raka punya badan yang berotot dan stamina yang kuat. Menggendong dua anak berumur tujuh tahun dalam sekali angkat bukan masalah baginya.
"Mana hadiahku?" Dua anak di gendongan Raka bertanya serempak.
Raka tertawa. "Kalau aku tak bawa hadiah bagaimana?" Ia bertanya usil.
"Nggak boleh!" Rizvan dan Nadine berkata serempak lagi. Keduanya langsung menyilangkan tangan sambil cemberut. Terkadang kelakuan mereka sangat mirip seperti saudara kembar dan bukannya paman dengan keponakan.
"Paman udah janji mau ngasih Nadine boneka boba yang ada lampunya!" Nadine berkata menuntut.
"Kakak juga janji sama Ivan buat beliin robot Ironman yang bisa terbang dan nembakin laser!" Rizvan tak mau kalah.
Raka tersenyum. Dia tak pernah lupa hadiah yang ia janjikan pada Nadine dan Rizvan. Hari ini adalah ulang tahun adik dan keponakannya, tentu saja Raka sudah menyiapkan hadiah yang mereka inginkan.
"Kalian turun dulu ya, hadiahnya harus diambil di mobil." Dengan perlahan Raka menurunkan Nadine dan Rizvan dari gendongannya.
Setelah kaki mereka menjejak lantai, dua anak yang selalu dimanjakan semua orang itu berlarian ke halaman belakang dimana pesta ulang tahun mereka diadakan.
Raka tersenyum melihat mereka. Lalu berbalik hendak pergi ke mobil sebelum langkahnya terhenti ketika suara seorang perempuan memanggil namanya.
"Raka! Make a haste. Pestanya sebentar lagi dimulai." Rinjani melongok dari pintu geser yang menuju ke kolam renang, menyuruh Raka bergegas.
Raka menoleh pada gadis yang sebulan lalu dilamarnya itu. Gadis yang berhasil menyentuh hatinya dan membuatnya membayangkan masa depan bersama.
"Okay, wait for me." Raka bergegas ke mobilnya untuk mengambil kado Rizvan dan Nadine. Ia tak sabar ingin segera kembali pada keluarganya yang sedang berkumpul, terutama ia ingin cepat kembali ke sisi seseorang yang membuat Raka merasa tak bisa jauh darinya.
Sesampainya di mobil, Raka membuka bagasi, dan mengeluarkan dua paperbag berisi kado.
Baru saja Raka menutup bagasi mobil, satpam penjaga gerbang rumah Raska menghampirinya.
"Mas Raka, maaf. Ada orang yang mencari Mas Raka di depan gerbang," ucap sang satpam.
Raka mengerutkan kening. "Mencariku? Pak Rozak nggak salah kan? Mungkin mereka mencari ayahku."
Setahun terakhir Raka memang sudah tinggal terpisah dari orangtuanya. Dan hampir tak pernah lagi ada orang yang datang ke rumah ini untuk mencarinya.
"Tidak, Mas. Mereka dengan jelas bilang mencari Mas Raka bukan Pak Raska." Rozak meyakinkan.
Raka menghela napas panjang. "Baiklah, aku akan menemuinya."
Sambil menenteng hadiah untuk adik dan keponakannya, Raka pergi ke gerbang rumah. Di sana, seorang perempuan remaja tanggung berusia sekitar 13 tahun memakai jins dan kaus dengan rambut cokelat kemerahan sebahu berdiri di depan gerbang memunggunginya.
Raka berjalan mendekat, melewati gerbang yang terbuka sedikit. Hingga ia berhadapan dengan punggung anak remaja itu.
"Anda mencari saya?" Tanya Raka pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risalah Hati
Roman d'amourRaka Wirasona, sejak kecil telah bersumpah mengabdikan hidupnya untuk kebahagiaan ibu dan adiknya. Namun semua berubah ketika ia beranjak dewasa dan bertemu ayah kandungnya, yang ternyata masih hidup dan sehat. Sejak itu, hidupnya berubah. Raka ta...