Bab 5: Mata yang Tersenyum

216 53 6
                                    

Satu bulan kemudian...

Ijab kabul baru saja selesai, kedua pengantin juga sudah sungkeman kepada dua pasang orangtua. Saatnya acara pindah ke ruang makan, untuk menikmati jamuan yang telah disediakan.

Ruby menggendong Nadine yang sedang terlelap menuju ruang makan, namun perhatiannya teralihkan ketika melihat Rama yang menarik Raina ke halaman belakang dimana kolam renang berada.

Sesampainya di depan kolam renang, Rama langsung mencium Raina dengan panas, membuat Ruby yang melihatnya jadi merona hingga harus memalingkan muka.

Wajar saja jika pengantin baru ingin berduaan, Ruby harus membiasakan diri dengan kemesraan pasangan itu karena ia akan tinggal bersama mereka untuk mengasuh Nadine.

Ruby melanjutkan langkah ke ruang makan namun terhenti ketika Raka menghampirinya.

"Ruby, apa kamu lihat Raina dan Rama ada dimana?" Tanya Raka tanpa basa basi.

Pertamakali bertemu Raka sebulan yang lalu, Ruby sempat kaget karena melihat Raska versi muda yang ketampanannya hampir mengalahkan sang ayah. Sikap ramahnya membuat Ruby merasa canggung. Karena baru kali ini bertemu dengan keluarga kaya raya yang bersikap begitu ramah pada orang yang bekerja pada mereka.

Sejak itu, Ruby berusaha untuk tetap membiasakan diri, karena keluarga majikannya memang rupawan semua. Bahkan bayi di gendongannya ini juga sudah menunjukkan bibit kecantikan sejak dini, jika besar nanti pasti Nadine akan jadi rebutan para lelaki.

Mendengar pertanyaan Raka, sejenak Ruby terdiam, menimbang apakah dia harus bilang dimana majikannya berada. Padahal sepertinya mereka ingin menghabiskan waktu berdua.

Tapi, mata tajam Raka yang sedang fokus menatapnya menunggu jawaban membuat Ruby merasa tidak nyaman.

"Ee...anu...itu....saya melihat mereka di depan kolam renang." Akhirnya Ruby menjawab jujur, sambil berdoa dalam hati bahwa Raina atau Rama takkan memarahinya.

Setelah mendapat jawaban, Raka berjalan menuju connecting door yang menuju ke kolam renang. Lalu dengan suara keras dia berteriak.

""Woy pengantin baru! Mesra-mesraannya nanti aja, kalian ditunggu di ruang makan!"

Ruby yang tak menyangka Raka akan berteriak sekeras itu tersentak kaget, bahkan Nadine yang tadinya tidur juga terbangun dan langsung menangis kencang.

Dengan segera Ruby berusaha menenangkan Nadine yang mulai rewel.

Raka bergegas menghampiri Nadine dan Ruby kemudian mengelus puncak kepala Nadine.

"Aduh, Nadine kebangun ya. Maafin Paman ya sayang, habisnya orangtuamu mesra mesraan ngga tahu tempat, harus ada orang yang mengerem kebucinan mereka biar ngga kelewat batas." Raka melemparkan senyum jahil pada Ruby yang hanya bisa melongo memandangnya sambil terus berusaha menenangkan Nadine.

"Aku kasihan padamu. Kamu akan tinggal bersama mereka, harus melihat bucinnya Rama dan Raina tiap hari. Pasti melelahkan. Kamu yang sabar ya." Raka berpura-pura menepuk pundak Ruby dengan penuh simpati. Sama sekali tak menyadari darah Ruby yang berdesir akibat sentuhan sopannya.

Tak lama kemudian Rama dan Raina muncul. Melihat Nadine yang rewel Raina segera mengambil bayinya dari gendongan Ruby dan membawanya ke kamar bayi untuk disusui.

Sementara Rama melemparkan tatapan jengkel pada Raka.

"Raka, untuk kedepannya saya harap kamu nggak ganggu saya lagi waktu sedang berduaan dengan Raina. Dia sudah resmi jadi istriku." Rama mencoba memberi peringatan.

Raka mengangkat sebelah alisnya. "Memangnya kenapa kalau sekarang dia istrimu? Sampai kapanpun dia tetap adikku. Kami berbagi makanan sejak dalam kandungan Ibu. Mengapa aku tak berhak menganggu kalian?"

Risalah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang