Bab 38: Hal Gila

201 54 11
                                    

Ruby memarkirkan motornya di depan rumah Rudy. Lalu masuk lewat pintu belakang yang langsung menuju dapur. Terlihat Rosma, istri Rudy sedang mengaduk adonan di sebuah baskom besar di atas meja besar di dapur.

"Teh, ini bukti pembayaran pesanan kue tadi." Ruby menyerahkan struk atm yang tadi ia terima dari pelanggan.

"Oh iya, tolong taruh di laci penyimpanan saja, Ru." Kata Rosma yang masih sibuk dengan adonannya.

Ruby mengangguk. Ia berjalan melewati rak berisi aneka macam kue kering yang baru diangkat dari pemanggang dan sedang didinginkan.

Setelah menyimpan struk, Ruby mencuci tangan dan mengeringkannya dengan tisu, ia mengambil tray berisi kue kering yang sudah cukup dingin dan menatanya di dalam toples kosong yang tersedia.

Untuk sesaat dua wanita berbeda usia itu sama-sama diam, sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Hingga akhirnya Rosma menyadari ada yang aneh dengan Ruby. Gadis itu tampak lebih pendiam dari biasanya. Sebelumnya, Ruby akan selalu berceloteh setiap kali mereka membuat kue bersama. 

"Kamu kenapa, Ru?" Tanya Rosma.

Ruby menoleh pada kakak iparnya.

"Teh Rosma ingat sama Mas Raka nggak?" Ruby malah balik bertanya.

Rosma mengernyitkan kening, berusaha mengingat pemilik nama yang disebutkan Ruby.

"Mas Raka yang mana ya?"

"Itu loh, Teh. Anaknya Pak Raska, bosnya Kak Rudy." Ruby menjelaskan.

Mulut Rosma membulat membentuk huruf O. "Oh, anaknya Pak Raska. Memangnya kenapa dengan dia?" Tanya Rosma sambil menutupi adonan di baskom dengan kain lalu menyimpannya.

"Kemarin aku ketemu sama dia, aku kaget banget waktu tahu dia udah punya anak. Anaknya juga udah gede, sekitaran 12 atau 13 tahun gitu umurnya. Padahal selama aku kerja jadi pengasuhnya Nadine, setahuku Mas Raka itu masih lajang. Kak Rudy ada cerita soal ini nggak sama Teh Rosma?"

Rosma yang sedang mengambil adonan baru untuk dicetak menggeleng.

"Kamu kan tahu sendiri, ayahnya Riri nggak pernah cerita apapun soal keluarga bosnya ke Teteh. Walaupun Teteh ini istrinya," kata Rosma sambil mulai mencetak adonan.

Ruby mendesah, ia menutup toples kue kering yang isinya sudah penuh. Ruby diam memandangi toples di depannya, kecewa karena rasa penasarannya tak terjawab.

"Kalau aku tanya Kak Rudy, dia bakalan jawab jujur nggak ya?" Tanya Ruby lagi.

Rosma mengangkat bahu. "Kamu coba saja nanti saat kakakmu itu pulang."

Ruby mengangguk. Pertemuannya beberapa hari lalu dengan Renatta dan Raka mengusik pikirannya. Membuat semua upayanya untuk melupakan pria itu buyar, karena sejak hari itu ia tak bisa berhenti memikirkan Renatta dan Raka. Pertanyaan bagaimana Raka tiba-tiba punya anak menganggu benaknya.

"Oh iya, Ru. Kamu ingat pelanggan kita Bu Andi?" Tanya Rosma.

Ruby mengangguk. Bu Andi salah satu pelanggan setia mereka, selalu memesan kue dalam jumlah besar untuk arisan dan acara keluarga. Kalau dekat lebaran dia pesan lebih banyak untuk dikirimkan ke kerabat sebagai bingkisan.

"Anaknya Bu Andi, Rahayu, nelpon Teteh, katanya mau pesan kue untuk ulang tahun kantornya." Rosma mengelap tangan lalu mengambil ponselnya untuk menunjukkan foto logo sebuah perusahaan ke Ruby. "Dia minta kuenya berbentuk seperti ini, kamu bisa bikin?"

Ruby memerhatikan bentuk logo perusahaan itu dengan seksama. Membayangkan cara mengukir dan menghiasnya, apa saja bahan serta alat yang diperlukan. 

 "Kayaknya bisa Teh. Nanti Teh Rosma bikin bolunya bentuk persegi aja, lalu saya yang akan mengukir dan menghiasnya agar sesuai logo ini," setelah diam beberapa lama. 

Risalah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang