Delapan

8.2K 189 30
                                    

Tergantung-gantung ya guys, hahaha

Hobby aja kalo disuruh gantung cerita 🙈

Next....


***

Pagi ini Hana sudah bersiap untuk berangkat ke kampus, dia ada matkul pagi.

"Siap, saatnya berangkat," Ucap Hana dan segera turun kebawah.

"Udah mau berangkat sayang?" Tanya Santi.

"Iya bun, Hana berangkat dulu ya," Ucap Hana.

Setelah berpamitan dengan sang bunda, Hana pun keluar dan hendak mengeluarkan motornya.

"Berangkat sama aku," Ucap seseorang yang kini menggenggam tangan Hana.

"Loh Radit, kok nggak ke kantor?" Tanya Hana heran.

"Udah tadi, tapi inget kamu ada jam kuliah, jadi aku pulang," Jelas Radit, dia merangkul Hana dan membawanya masuk kedalam mobil.

"Ya ampun, ngapain pakek balik lagi sih, aku bisa berangkat sendiri sayang," Ujar Hana.

"Nggak, kamu mau bawa motor kan, no baby girl, aku nggak izinin," Ucap Radit.

"Biasanya juga berangkat naik motor," Ucap Hana.

"Itu dulu sebelum aku pulang dan sekarang aku udah disini, jadi kamu harus berangkat sama aku," Ucap Radit.

"Aku-kamu ceunah, ngambek pasti," Ucap Hana.

"Hmm," Radit fokus dengan laptopnya, dia sedang mengerjakan sesuatu.

"Sayang, pengen mie ayam," Rengek Hana dengan memeluk tangan Radit.

"Tumben, belum sarapan ya?" Ucap Radit.

"Belum, pengen mie ayam,"

"Ya udah, kita mampir dulu ya beli mie ayam, nggak terlambatkan," Ujar Radit.

"Nggak kok, yang dideket kampus aja ya," Ucap Hana.

"Iya sayang,"

Setelah beberapa menit, mereka sampai dikedai penjual mie ayam yang ada didekat kampus Hana.

Hana pun memesan dan kembali duduk bersama Radit. Dia bersandar pada Radit.

"Manja banget sih," Radit mencubit gemas pipi Hana, pasti efek datang bulan sehingga Hana menjadi sangat manja.

"Radit, nanti malem kerumah ya," Pinta Hana.

"Iya sayang, lagian rumah cuma sebelahan juga," Ucap Radit.

Setelah selesai makan, Radit mengantarkan Hana hingga depan gerbang kampus.

"Belajar yang rajin ya baby, Radit kerja dulu," Ucap Radit sambil mengecup kening Hana.

"Iya, kerja yang bener, awas sampe macem-macem," Ujar Hana.

"Hahaha, iya sayang ku,"

"Bye," Hana membuka pintu sambil melambaikan tangannya.

Radit tersenyum menatap Hana yang keluar dari mobil. Radit mengamati Hana dari dalam mobil hingga wanita itu masuk dan dia kembali ke kantornya.

Sedangkan dikampus.

"Happy amat bun, dianterin calon suami ya," Goda Dina.

"Apa sih Din, ayo masuk," Hana menggandeng tangan Dina dan masuk kedalam kampus.

"Eh, ada pengumuman apaan tuh dimading, lihat yuk!" Dina menarik tangan Hana untuk mendekati mading.

"Aduh sempit Din, males ah," Ucap Hana.

"Ayolah, hei hei, kasih jalan dong" Orang-orang menatap mereka dan langsung memberi jalan sambil menatap mereka dengan tatapan tidak mengenakkan.

"Apaan sih?" Dina langsung diam, sedangkan Hana sampai memiringkan kepalanya untuk mengerti apa maksud yang ada dimading itu.

"Hei.... Siapa yang nyebarin ini!" Dina langsung marah dan mengambil kertas itu dan menyobeknya.

"Kenapa lo marah Din, kayanya bener kok kalo temen lo tuh kaya gitu," Ucap salah satu dari mereka.

"Apa buktinya?" Tanya Dina dengan amarah.

"Buktinya udah jelas, lo lihat temen lo, dia nggak pernah mau deket sama pria manapun, dia selalu nempel sama lo, oh... atau jangan-jangan kalian berdua sama ya, dan kalian malah pacaran hahaha, serasi banget," Ujarnya dengan nada mengejek.

"Gue? Lesbi?" Tanya Hana dengan menunjuk dirinya sendiri.

"Hahaha, duh, lawak kalian," Ucap Hana.

"Nggak usah ngelak deh, emang benerkan," Ucap seorang mahasiswi.

"Nggak kok, gue nggak mau deket sama pria dikampus ini karena udah punya calon suami," Jelas Hana santai.

"Halah, bilang aja kalo lo tuh cuma ngelak aja," Ucap mereka.

"Mau bukti?" Tanya Hana.

"Mana buktinya!" Ujar mereka bersamaan.

"Oke, kalian diem dulu ya," Hana mengelurkan ponselnya dan menelpon Radit.

Tut...Tut...Tut....

"Halo baby girl, kenapa?"

Hana sengaja tidak menjawab, dia juga menyuruh mereka semua untuk diam dengan isyarat.

"Sayang, ada apa, kok diem aja?" Tanya Radit dengan nada cemas.

"Aku kesana ya,"

"Iya, mading," Jawab Hana dan langsung mematikan sambungan teleponnya.

"Gimana?" Tanya Hana.

"Kita nggak percaya kalo cuma kaya gitu," Ucap mereka.

Hana acuh tak acuh, dia keluar dari kerumunan dan menunggu Radit didepan agar Radit bisa melihatnya.

Mereka menunggu selama 15 menit, Hana tidak peduli kalo kelasnya akan segera mulai sekitar 20 menit lagi, dia akan menunggu Radit dan membungkam mereka semua.

Tidak ada dua menit, sebuah mobil memasuki area kampus dan keluarlah seorang pria tampan, siapa lagi kalo bukan Radit. Dia mendatangi Hana dengan wajah cemas.

"Why baby girl? Ada yang luka? Ada yang nyakitin kamu?" Tanya Radit dengan cemas, Hana mengangguk.

"Siapa, apa yang luka?" Hana menunjuk dadanya.

"Hati, siapa yang udah ngelukain hati kamu?" Tanya Radit geram.

"Nih," Dina menunjukkan kertas yang tadi dia robek tapi masih bisa dibaca.

"Apa! Siapa yang udah nyebarin ini! Jawab!?" Bentak Radit, mereka diam, tidak ada yang menjawab.

"Dengerin baik-baik ya, Hana itu normal, dia calon istri ku, ingat DIA CALON ISTRI KU!" Ucap Radit penuh penekanan.

"Perlu kalian tau, siapapun yang berani menganggu Hana, dia akan berurusan sama saya!" Lanjutnya.

"Bubar kalian!" Mereka semua langsung bubar meninggalkan Radit, Hana dan Dina.

"Udah, nggak papa ya sayang ku," Radit mengecup seluruh wajah Hana, Dina hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

"Sekarang masuk ya sama Dina," Hana mengangguk.

"Din," Panggil Radit, Dina yang paham langsung mengacungkan jempol, dia mengajak Hana pergi.

Radit pergi dari sana tapi bukan keparkiran, melainkan keruang dekan.

Apa yang mau Radit lakukan.?

Entah, hanya Radit yang tau.










My Baby Girls 17+ (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang