Semenjak pindah ke rumah yang saat ini ditempati, keseharian Seokjin yang dulunya suka berbelanja dan berkumpul dengan teman-teman kini berubah menjadi sering membuat aneka kue atau jika luang akan berubah menjadi seorang florist. Taman di depan rumah yang tidak terlalu luas bahkan sudah disulap seperti taman bunga persis di rumah lamanya agar jika sewaktu-waktu ada orang yang ingin memesan bunga ia tinggal memetiknya. Seokjin fikir 'tak perlu membuka kios florist jika saat ini adalah era digital'. Dan begitulah perempuan itu selalu berakhir menjajakan karyanya lewat sosial media.
"Sedang apa?"
"Merapikan bajumu"
Namun hari ini perempuan dua anak itu enggan untuk memasak atau sekedar menyirami bunga. Tampak sekali jika Seokjin sedari tadi memilih bersih-bersih terutama area kamar miliknya. Kehadiran sang suami membuat Seokjin sibuk menyajikan nuansa baru agar Namjoon merasa nyaman di rumah baru mereka.
Namjoon hanya duduk di pinggiran kasur, menyaksikan sang istri sibuk memilah baju sambil sesekali tersenyum. Entah sudah berapa lama ia tidak merasakan momen seperti ini. Melihat Seokjin yang semangat mengurus hal-hal berkaitan dengan mereka berdua menyebabkan efek kupu-kupu terbang di perut Namjoon. Hahaha seperti mereka kembali muda.
"Oh astaga lihat apa yang kutemukan"
Seokjin berbalik dari kegiatan menata baju dan duduk di sebelah Namjoon. Ditangan perempuan itu sebuah map coklat dipegang lantas dilemparkan pada Namjoon. Awalnya laki-laki itu mengernyit heran tentang isi map tersebut. Ketika dibuka ternyata isinya ada surat cerai dirinya dan Seokjin.
"Kau masih menyimpan surat ini dengan baik rupanya Jin"
Keduanya terkekeh mengingat bagaimana surat cerai itu bisa terbit sepuluh tahun lalu. Dengan gemas Namjoon memeluk istrinya lantas menciumi wajah Seokjin di beberapa bagian hingga perempuan itu protes tidak terima.
"Lepaskan, kerja sana kau Namjoon dasar pengangguran"
"Galak sekali. Kita ini kan sudah tua, aku mau jadi petani saja sepertimu. Kau bilang Jihoon juga tak pernah telat mengirim uang"
"Yak, florist yang menanam bunga itu berbeda ya dengan petani sayuran seperti maksudmu"
"Apa bedanya, sama-sama menanam Seokjin"
Dan kedua insan yang dimabuk asmara karena baru dipertemukan itu berakhir dengan saling menggelitik hingga Seokjin lebih dulu mengeluarkan air mata karena kegelian.
.
.
~BLIND~
.
.
"Ada donor mata untuk Jungkook, aku akan menyetujui operasinya"
"Kau sudah gila Jin-ie?"
Suasana tegang meliputi pertemuan antara Seokjin dan Namjoon di balik ruang jenguk tahanan. Pagi-pagi sekali laki-laki itu sudah mendapat penjenguk. Namjoon senang-senang saja karena tau itu pasti Seokjin, namun tak pernah ia kira jika istrinya akan datang dengan omong kosong.
"Namjoon, bukankah kita menginginkan ini sejak lama? Untuk apa lagi terus ditunda"
"Ya, tapi tidak saat ini. Jin... sekarang semuanya sedang kacau"
Kini giliran Seokjin yang terdiam. Sebenarnya apa yang dikatakan Namjoon memang benar, akan terlalu egois jika dipaksakan sekarang namun mengingat pembicaraannya dengan Yoongi memang sudah seharusnya Seokjin membuat keputusan.
YOU ARE READING
[TAEKOOK] BLIND
FanfictionSemua yang aku lihat dan aku alami selama ini bukanlah sebuah kenyataan. Ini semua hanya kebohongan yang berhasil disembunyikan oleh mereka yang aku percayai selama ini. Kenapa mereka melakukan semua ini? Satu fakta yang aku benci adalah... Kenapa...