4 Years Later...
Suara derap kaki lantas terdengar dari luar kamar.
Semakin lama, derap yang pelan berubah menjadi langkah cepat.
Ceklek.
Pintu sebuah ruangan terbuka, menampilkan pemandangan yang cukup menyejukkan mata.
"Mom!"
Suara khas dari perempuan kecil berumur tiga tahun itu, berhasil membuat sebuah lengkungan cantik di wajah seorang wanita.
"Good morning, my love."
Ucapnya seraya mendekat dan menggendong putrinya dengan perlahan.
Tatapan nya terlihat begitu tulus saat memandangi wajah putrinya yang sangat mirip dengan seseorang di masa lalu.
Seseorang yang bahkan masih ia rindukan dan ia cintai, sampai detik ini.
Belum ada yang berhasil menggantikan posisi itu di hatinya sendiri.
"Giselle, let's breakfast!"
"Iya mah, Giselle masih di kamar Mirabelle."
Giselle tak mendengar sahutan lagi dan beralih pada putri kecilnya.
"Sweety, mom berangkat kerja dulu ya... This is the last day. Besok kita pergi. Abel mau ikut mom kan?"
Mirabelle mengangguk kecil seakan akan ia paham.
"Mom pergi ya sayang. Jangan nakal. Goodbye!"
Giselle mengecup pipi tembam nya dan menaruh kembali putrinya ke atas tempat tidur.
"Mom, abel love mom!"
Celotehan itu terdengar jelas sampai ke telinga Giselle sebelum kembali menutup pintu.
"Love you too, honey."
Balas Giselle dengan tersenyum.
Ia harus segera berangkat bekerja, mengingat ini adalah hari terakhirnya juga.
Ia akan meninggalkan negara ini dan kembali ke negara masa lalu nya.
Giselle akan bekerja dengan ayahnya disana dan meninggalkan ibunya sendiri disini.
Ia harap, ini adalah keputusannya yang terbaik setelah empat tahun.
Ia tak berharap akan kembali bertemu, namun ia takut dengan kesempatan yang ada dan membuat dirinya akan bertemu dengan seseorang itu.
🔔🔔🔔🔔
"Non, enggak masuk?"
Sebuah gelengan terlihat.
"Kenapa? Ada pikiran, ya?"
"Enggak ada kok."
Winter menyelipkan senyuman tipis dan mengalihkan kembali tatapannya.
"Terus, kenapa diluar? Masuk ke rumah yuk, non."
Lagi lagi, Winter hanya tersenyum menanggapinya.
Pelayan itu menjadi sedikit iba melihat Winter yang berubah drastis seperti ini.
Karena seseorang, trauma itu menjadi membekas dihati bahkan dipikirannya.
"Nyonya, nona gak mau masuk. Padahal ini siang siang begini. Saya takut kulit nona merah merah."
Pelayan tersebut mengetahui tuan rumahnya.
"Biar saya aja yang bujuk."
Ucap wanita paruh baya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [ÆSPA X NCTDREAM]
Teen Fiction"Ayo kita putus." "Sekali gue bilang enggak, ya enggak! Lo paham gak sih?!" *** "Kenapa lo gak mati aja sih?! Lo bisa apa!" "Aku minta maaf." *** Berawal dari rasa cinta yang lama lama membusuk dan berubah menjadi kebencian. Bisakah hubungan itu kem...