Mei

20 4 0
                                    

-rasa yang tiba-tiba

Kali ini aku akan berterima kasih kepada waktu. Untuk bulan kemarin, aku minta maaf.

Aku minta maaf pada Maret karena telah salah paham padanya, dan aku minta maaf pada April karena telah menganggap ia seakan bulan terburuk bagiku.

Aku juga ingin berterima kasih pada Maret dan April karena telah mempertemukanku dengan sosoknya. Tuhan, aku pikir semesta memberiku hadiah terburuk saat itu, ternyata diantara yang terburuk, aku mendapatkan hadiah terbaik yang sebelumnya tak pernah kudapatkan.

Semesta, tampaknya aku menyimpan rasa pada seseorang.

"Bumi Sandhya Kamal"

Ia seseorang yang sebelumnya kuanggap pengganggu ternyata kini berhasil membuatku nyaman dengannya. Entahlah, akhir-akhir ini saat aku menatap matanya yang berwarna hitam selalu berhasil membuatku tenggelam dalam pekatnya. Tuhan, bolehkah dia menjadi milikku?

Waktu berjalan sangat cepat, Hari-hari kujalani dengan menjaga di perpustakaan sekolah, selepasnya aku sering ke pantai ingin rehat sejenak ditemani oleh mentari yang sebentar lagi akan tenggelam.

Semakin lama rasa ini semakin dalam, ini pertama kali dalam hidupku. Bolehkah aku menyatakan bahwa aku menyukainya? Tapi, tidak mungkin. Apa pikirnya nanti? Aku kan seorang wanita, tak seharusnya menyatakan rasa duluan. Rasa gengsiku terlalu besar untuk itu, tapi disisi lain aku juga takut jika ada manusia lain yang menyatakannya duluan. Namun, apakah dia mempunyai rasa yang sama denganku?

Pendekatan yang selama ini ia lakukan pasti ada maksud tertentu bukan? Jika tidak keterlaluan, aku ingin mengatakan kalau dia juga mencintaiku.

***

Sudah lama aku tak mendapat kabar dari ayah. Ayah? Apa kau baik-baik saja? Aku merindukanmu. Aku ingin sekali memperkenalkan seseorang padamu, dia seorang lelaki cerdas, baik, pengertian, juga agak aneh. Tapi dia selalu berhasil membuatku terhibur. Apa kau tahu? Dia selalu saja melakukan hal konyol agar aku tertawa, dia juga selalu memberiku gombalan dengan kata-kata puitis nya. Aku suka. Ia persis sekali dengan ayah, mata hitam pekatnya benar-benar sama dengan matamu. Ayah, tidak masalah bukan jika aku mencintainya? Tenang saja, kau tetap menjadi yang pertama dihatiku.

Ah iya, apa kau tahu? Dia sangat lihai membuat gambar. Beberapa kali ia membuat sketsa diriku, hasilnya benar-benar mirip denganku. Di dinding kamar indekosku di penuhi dengan sketsa diriku, bukan aku yang menempelnya tapi dia sendiri yang selalu tiba-tiba datang dan memberikan sketsa itu lalu memaksa memajangnya. Aku tidak masalah, aku juga suka dengan itu. Jika boleh, aku ingin sekali meminta dia agar menggambar aku, ayah, dan ibu. Tapi melihat wajah kalian sekilas saja bisa langsung menusuk hatiku. Tapi satu hal yang kau tahu. Aku merindukanmu. Aku merindukan ibu. Aku merindukan kita.

"Raina Putri Langit"

"Jika kau adalah langit, maka aku adalah bumi.
Kita akan saling melengkapi."

- bumi

𝐒𝐞𝐣𝐚𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐎𝐤𝐭𝐨𝐛𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang