Juli

21 5 1
                                    

- rindu

Sejak kepergianmu bulan lalu, kini aku benar-benar sendiri. Aku tak mendapat kabar darimu, dan bodohnya lagi sembilan puluh hari bersama tau nomor handphonemu saja tidak, apalagi alamatmu.

Aku terlalu banyak cerita hingga aku lupa mendengarkan ceritamu. Aku merindukanmu. Kapan kau pulang? Kenapa kau tak menemuiku lagi?

Hujan mulai membasahi pipiku, senja sudah tak menampakkan keindahannya. Tuhan, dulu aku menyukai hujan tapi kau memberiku sang senja, lalu saat aku sudah nyaman dengan senja kenapa kau mengambilnya dariku? Jika tidak kau kembalikan setidaknya buat aku jatuh cinta lagi pada hujan.

***

Ayah, ibu, di mana kau sekarang? Kalian sama sekali tak mencariku? Tak memberiku kabar? Apa semudah itu kalian melupakan anakmu ini? Baik, baik kalau begitu.

Ibu, bagaiamana kau sekarang? Apa kau bahagia dengan keluargamu yang sekarang? Aku harap kau baik-baik saja.

Ayah, sudah delapan bulan sejak kau meninggalkan rumah kita. Aku sama sekali tak mendapat kabar darimu. Di mana kau berada sekarang ini? Aku ingin sekali mengunjungimu lalu menceritakan semuanya kepadamu. Aku benar-benar tak memiliki siapa-siapa. Semesta, bolehkah kau menunjukkan jejak ayah sekarang ini? Aku sangat merindukannya.

***

Raina, saya merindukanmu. Tunggu sebentar lagi lalu saya akan pulang menemuimu. Tenang, saya di sini baik-baik saja. Orang-orang di sini sangat ramah.

Beberapa hari yang lalu saya memutari Tana Toraja, di sini sangat indah Raina. Saya ingin mengajakmu ke sini apalagi ke Negri Di Atas Awan, sejuk sekali rasanya kau pasti akan nyaman, kau juga pasti akan meminta tubuhku untuk kau peluk agar melengkapi kenyamanan itu. Kalau nanti kita bersama saya ingin mengajakmu ke semua tempat terindah di Indonesia. Saya janji.

"Angga, besok kau ikut kami kembali ke Jogja, kan?" Pertanyaan itu membuat Angga keluar dari pikirannya.

"Maaf, saya tidak ikut kalian dulu. Saya mau lanjut ke rumah orang tua. Mumpung dekat dari sini."

"Oh oke, titip salam untuk bapak sama ibumu, jangan lupa bawa oleh-oleh nya, ahaha."

"Aman itu. Kalian hati-hati di jalan. Oh ya, setelah ini kita akan meliput di mana lagi?"

"Kita baru selesai, Ga. Istirahat dulu lah. Soal itu, nanti saja di pikirkan. Kau sepertinya terlalu semangat."

Setelah hening beberapa saat, Angga akhirnya mengajukan pertanyaan lagi. "Bang, kau tau tidak wanita yang kemarin saya bawa ke Gunung Rinjani?"

"Raina, bukan?"

"Iya. Kalau kau ketemu dia di Jogja saya titip salam ke dia. Sekalian kalau boleh, tolong berikan surat ini ke dia. Biasanya dia ada di pantai Parangtritis sekitar jam lima sore." Angga memberikan selembar kertas ke temannya-Reza.

"Oh, oke. Saya bakal coba cari dia. Tapi oleh-olehnya bolehkan?"

"Hahaha. Boleh lah, bang."

***

Sebentar, sebelum saya akhiri Juli ini, saya mau bercerita tentang Angga dan teman-temannya terlebih dahulu.

Angga ini seorang jurnalis. Bukan jurnalis pemburu berita tentang kehidupan selebritis dan sebagainya. Ia tidak tertarik dengan itu. Dia lebih suka yang agak berbeda. Mencari berita sambil berpetualang contohnya. Ia sangat menyukai alam, bisa dibilang dirinya bahkan sudah menyatu dengan alam. Ia terlalu sibuk dengan alam hingga lupa dengan kisah cinta yang belum ia bangun sama sekali.

Namun kini seorang Angga mulai merasakan jatuh cinta, sayangnya ternyata cinta ini membuat ia dilema. Di sisi lain dia suka berpetualang, dan di sisi lain dia juga tidak bisa meninggalkan cintanya. Memang belum menjadi miliknya, tapi kita doakan saja secepatnya.

Bisa di bilang, ini cinta pertama Angga. Dari sekian banyaknya wanita yang tertarik padanya, ia hanya bisa luluh untuk pertama kalinya oleh seorang wanita seperti Raina.

Angga memiliki tiga sahabat. Reza, Nando, dan Baron. Mereka semua seorang jurnalis yang di kenal dengan kekompakannya.

Reza adalah orang yang paling akrab dengan Angga, bisa di bilang selama ini ia salah satu orang yang paling di percaya oleh Angga. Secara mereka sudah berteman sejak kecil.

Nando. Nando ini orang yang periang, ia selalu bisa menghibur Angga di kala sedang berada di masa sulit, dia juga teman seperjuangan Angga saat kuliah.

Baron, dia ini sudah beristri. Umurnya sudah tiga puluh-an mereka di pertemukan oleh pekerjaan. Dia juga orangnya agak cuek, tapi diam-diam perhatian.

Mereka berempat sudah terjun di dunia jurnalistik sejak empat tahun yang lalu. Kalau penasaran dengan umur Angga, dia sebenarnya berusia dua puluh tujuh tahun, memang agak jauh dari Raina, tapi cinta tidak memandang usia bukan?


"Rindu, pada akhirnya hanya bisa titip pesan pada sang angin dan tersampaikan oleh semesta."

-rain

𝐒𝐞𝐣𝐚𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐎𝐤𝐭𝐨𝐛𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang