Hai? Bagaimana kabarmu? Ku tebak kau pasti sangat merindukanku, benar bukan? Tunggu saya sebentar lagi. Jangan khawatir, kau adalah yang ku cinta.
Sudah empat puluh tujuh hari sejak saya meninggalkanmu sendiri di Jogja. Permintaan ku, bolehkah kau menungguku sebentar lagi? Sekali lagi, yang harus kau tahu adalah bahwa saya mencintaimu, benar-benar mencintaimu. Maaf, maaf belum bisa ku ucapkan secara langsung. Namun, ku harap ini bisa menahan orang-orang yang akan mendekatimu dan mengganti posisiku.
Perlu kau tahu, bahwa tidak ada yang berubah sejak saya jatuh hati denganmu, saya tetap selalu bahagia setiap mengingat hal-hal kecil tentangmu. Saya bersyukur dengan teramat akan kehadiran mu, saya tidak meminta apapun selain kita selalu baik-baik saja.
Bagaimanapun keadaannya, kau selalu menjadi alasan untuk bertahan sampai sekarang.
Dititik terbaik dan terburuk ku sekalipun, saya tetap akan memilihmu. Tapi yang menjadi pertanyaannya, apakah kamu juga menginginkannya?
Mau bagaimana pun nantinya, saya selalu mau belajar tentang melewati hari-hari buruk denganmu agar kita bisa selalu sama-sama bertahan.
Satu lagi, jika kau merindukanku carilah saya di balik pohon, sembilan belas langkah dari bagian kanan tempat kita biasa bertemu. Pantai Parangtritis. Apabila kau tak menemukannya, tataplah senja yang biasa kau temui. Karena saya menyukai tatapanmu.
Dengan surat ini, saya harap bisa membalas pertanyaan-pertanyaanmu termasuk kabarku. Saya baik-baik saja. Saya harap kau juga begitu.
Bumi, Ily Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐞𝐣𝐚𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐎𝐤𝐭𝐨𝐛𝐞𝐫
Teen Fiction𝐒𝐞𝐣𝐚𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐎𝐤𝐭𝐨𝐛𝐞𝐫 🪐: 𝟖𝟓% 𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐅𝐢𝐤𝐬𝐢 𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒂𝒅𝒊𝒔 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒏𝒚𝒊 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒎, 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒏𝒕𝒆𝒓𝒂𝒎 𝒑𝒂𝒈𝒊, 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒎𝒃𝒐𝒔𝒂𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒊𝒂𝒏𝒈, 𝒔𝒆𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒏𝒋𝒂...