"Lara!"
Gadis yang sedang berjalan menuruni tangga itu berhenti, menoleh saat mendengar seseorang memanggil nama orang yang dikenalnya.
"Kamu kok udah disini aja? Perasaan tadi Ibu ngeliat kamu di lapangan deh dari lantai atas, pake pakaian olahraga juga, udah ganti pake seragam putih abu aja, cepat banget." Dia dibuat bingung kala guru itu berhenti di sampingnya, menepuk pundaknya dan berbicara panjang lebar.
"Ngomong-ngomong gimana sama lomba kemarin? Ibu belum dapat info sih tentang pemenangnya tapi- "
"Saya Alora dari kelas IPS, Bu. Maaf...?" Alora menunjuk dirinya sendiri dengan canggung, ragu-ragu menatap wanita di sebelahnya.
"Loh-? Alora? Lah, Ibu kirain tadi Lara duuh, hahahha maaf ya, ga sadar ibu tuh." Guru itu tertawa membuat Alora ikut tertawa kecil walau terlihat jelas bahwa sekarang dia sedang kebingungan. Apanya yang lucu. Ini membingungkan.
Guru itu lalu menepuk pundaknya lagi, "Gimana dong, habisnya kamu rambutnya di gerai sih, jadi Ibu kirain Lara, kan biasanya yang rambutnya tergerai itu Lara kalau kamu mah Ibu ingat rambutnya selalu di kuncir." Wanita yang tidak lain adalah Guru Biologi itu tertawa di ujung kalimatnya.
Dia tersenyum kecil pada Alora, "Ya udah kalau gitu, maaf yah, Ibu duluan." ujarnya dan melambai sekilas, sebelum akhirnya kembali berjalan menuruni tangga dengan sisa senyumnya.
Guru itu berjalan menjauh meninggalkan Alora yang terdiam di anak tangga ke tiga dari bawah, dia memerhatikan sekitar, lorong lantai satu sangat sepi, hanya ada suara samar sepatu Ibu guru tadi yang terdengar dikejauhan.
Gadis itu meraih handphone yang berada di saku seragamnya, membuka kamera dan memerhatikan dirinya sendiri di sana.
"Salah Danny pokoknya, pake ngambil ikat rambut gue," dia mengerutu, "mau make yang lain gue ga punya, mau beli juga ya di sini mana ada yang jualan ikat rambut, ck. Malas banget." Ucapnya seraya menyisir rambut panjangnya dengan jari, kembali berjalan dengan bibir yang manyun karena kesal.
***
Alora berdiri dengan ragu-ragu di depan ruang kelas yang para penghuninya sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, dia mengumpulkan nyali untuk mengintip kedalam, mencari orang yang akan dia ajak bicara.
Sedang sibuk memerhatikan seisi kelas, pundaknya tiba-tiba ditepuk dari belakang, membuatnya terkejut dan refleks menoleh.
"Eh?" Ketegangan dan raut keterkejutan tidak bisa ia sembunyikan. Perhatikan orang yang baru saja mengagetkannya.
Sosok tadi ikut mengintip kedalam kelas dan kembali memerhatikan dirinya, cowok itu memasukan tangannya Kedalam saku celana dan menatap bingung padanya.
"Alora, kan? Ngapain?" Tanyanya dengan alis terangkat.
Yang ditanya tampak memasang ekpresi datar, berusaha terlihat santai padahal aslinya sedang panik karena ketahuan mengintip, walau sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan, di dalam juga tidak ada yang sedang mandi.
"Dia nih temannya Alfan bukan, sih?" Gadis itu bertanya pada diri sendiri, dia lalu berdehem pelan dan bersiap menjawab pertanyaan cowok itu.
"Iya. Gue lagi nyari Danny Araham, lo kenal?"
Cowok itu, Gerrant, mengangkat sebelah alisnya, "Danny, ya? Kenal. Mau gue sampein kalau lo nyari?"
Alora mengangguk "Iya, tolong."
"Oke sebentar." Balasnya dan berlalu memasuki ruang kelas itu.
Alora memerhatikan cowok itu berjalan menuju bangku baris ketiga yang berada dekat tembok, terlihat sosok Danny yang sedang asik bercerita dengan anak cowok lainnya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET 5TORY US
Novela Juvenil"Alora, ayo saling bercerita tentang lima rahasia yang enggak bisa ataupun ragu untuk kita ceritakan ke orang lain." Alfan mengucapkan itu dengan yakin. "Kita berdua?" tanya Alora memastikan, dan tentu saja membuat Alfan mengangguk. "Tentang kita."...