Sebelum baca, tolong bantu vote ya, terimakasih!
ʕ ꈍᴥꈍʔ
———————.
"Sebelum ke toko buku, ayo mampir sini dulu!" Lara berucap dengan semangat, matanya berbinar-binar. Menggandeng lengan Alora, ia menariknya masuk ke dalam toko aksesoris yang ada di dalam mall. Aroma parfum dan cahaya lampu yang terang menyambut mereka.
Keduanya berkeliling di semua rak dalam toko, melihat hampir semua benda yang dipajang. Alora melemaskan tubuhnya, melirik Lara yang masih bersemangat memilih antara jam tangan dan gelang. Suara musik lembut mengalun di dalam toko, menambah suasana ceria.
Berpikir sebentar sembari kembali mendekat pada sang adik, "Lo lebih suka yang mana?" tanyanya dengan bersekedap dada, matanya tertuju pada gelang berwarna biru langit yang dipegang Lara.
Lara menoleh, menjawab tanpa ragu. "Gelang."
"Ok," Alora mengangguk, "gue lebih suka jam tangannya. Kalau gitu kita beli masing-masing satu aja, nanti kalau lo mau pakai jamnya bisa pinjem di gue."
Lara tampak berbinar, mengangguk setuju. Dengan senyuman, gadis itu menoleh pada karyawan toko, berbicara tentang benda yang akan mereka beli.
"Ini barangnya, terimakasih telah berbelanja." Karyawan itu menyerahkan satu buah paperbag kepada Lara yang menerimanya dengan senyuman dan ucapan terimakasih.
Setelah menghabiskan waktu di dalam mall dengan mengelilingi beberapa toko, Alora yang merasa muak tetapi juga senang mengajak Lara keluar dari bangunan itu. Udara segar di luar terasa sangat menyegarkan.
Hari telah tiba di ujungnya, senja. Alora dan Lara berjalan beriringan di sepanjang jalan komplek, udara sore yang sejuk menerpa wajah mereka, membawa aroma bunga kamboja yang harum. Lara bercerita tentang rencananya untuk semua jadwal belajar dan ekstrakurikuler band yang diikutinya, suaranya ceria, penuh semangat. Alora hanya mendengarkan, sesekali mengangguk, matanya menerawang jauh, seolah-olah terjebak dalam pikirannya sendiri.
"Alora, gimana sama gelangnya?"
Alora menoleh, "kenapa sama gelangnya?" Tanyanya bingung.
Lara tampak memperhatikan gelang berwarna biru langit di pergelangan tangannya. Memutar-mutarnya pelan. "Emm, kalau lo pengen pakai gelangnya juga–"
"Enggak." Alora menjawab cepat. Dia paham maksud ucapan Lara.
Adiknya itu menatapnya dengan heran, "tapi jamnya, masa iya kalau gue mau gue bisa tinggal pakai aja. Kalau gitu lo juga boleh minjam gelang gue lah!"
"Itu punya lo, udahlah lo pakai sendiri aja." Alora tetap menolak, tidak tertarik dengan gelang ditangan Lara. Kalau mau, dia bisa kembali dan membelinya sendiri.
"Issh tapi kita belinya bareng, jadi... ehh..." Lara menjeda kalimatnya, melirik Alora yang menatapnya dengan bingung. "Ok deh, kalau gitu itu jam lo juga. Kita bisa beli lagi lain kali!" Ucapnya dengan senyum cerah, kembali merangkul Alora, berjalan santai menyusuri komplek perumahan.
Alora tersenyum tipis, kembali mendengarkan celotehan Lara tentang film yang ditontonnya semalam.
Sekarang, Alora kembali menyadarinya. Sejauh apapun kita melangkah, selalu ada hal yang tidak pernah benar-benar berubah. Seperti cara Lara berbicara. Adiknya itu tetap sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET 5TORY US
Ficção Adolescente"Alora, ayo saling bercerita tentang lima rahasia yang enggak bisa ataupun ragu untuk kita ceritakan ke orang lain." Alfan mengucapkan itu dengan yakin. "Kita berdua?" tanya Alora memastikan, dan tentu saja membuat Alfan mengangguk. "Tentang kita."...