Pagi yang cerah, secerah senyuman yang tersemat di bibir tebal milik Lisa--yang baru saja menyelesaikan sesi memasak dan menghirup aroma sedap yang menguar dari sepiring nasi goreng seafood di tangannya.
Tapi eits, jangan salah paham dulu dan beranggapan bahwa Lisa melakukan itu karena ia sudah sadar, sudah menerima pernikahannya dan berubah haluan menjadi seorang istri yang baik, yang bersedia mengurusi suami serta kebutuhan rumah tangga.
Jika ada yang berpikir demikian? Kuberitahu berarti kau sudah salah besar. Sebab nyatanya, Lisa rela terbangun sepagi ini lalu bergelut dengan peralatan dapur serta bahan masakan--bukan untuk menyiapkan sarapan yang akan disantap berdua bersama sang suami tapi melainkan hanya untuk dirinya sendiri.
Perlu dicatat Lisa tidak sebaik dan sepeduli itu pada Jungkook.
Sebetulnya, Lisa enggan untuk bangun pagi-pagi begini apalagi harus beranjak dari kasur berukuran king size yang super empuk dan nyaman itu, sungguh ia tidak rela. Tapi rasa lapar yang tiba-tiba menyerang perutnya dengan begitu hebat membuat Lisa tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Bagaimanapun juga ia harus tetap mengisi perutnya sebab untuk menjalani hidup dengan orang yang dibenci sudah pasti memerlukan tenaga yang besar 'kan?
Kemudian meletakkan piring berisi nasi goreng di atas meja makan lalu menarik satu kursi untuk ia duduki, gadis itu mulai menyantap dengan tenang makanannya.
Yah setidaknya sebelum suara Jungkook yang memanggil namanya terdengar dan sukses mengganggu ketenangan Lisa yang sedang menikmati enaknya nasi goreng di dalam mulut.
"Lisa!"
Netra hazel gadis itu terpejam kuat guna menetralkan kedongkolan yang tiba-tiba saja mencuat. Lisa lalu menaruh sendok dan garpu di atas piringnya dengan kesal. Ia berujar sinis saat presensi Jungkook sudah berada di hadapannya. "Apa sih?!"
Jungkook seketika melonjak dan terdiam. Lho seharusnya yang marah itu 'kan Jungkook, sebab istrinya itu tidak membangunkannya sehingga Jungkook bangun terlambat, padahal hari ini, ia ada jadwal meeting penting. Tapi kenapa malah kini Lisa yang terlihat begitu marah padanya?
Jungkook menekan bibir bawahnya berupaya menahan kesal. 'Sabar, sabar, kau harus sabar, Jung. Karena menghadapi Lisa memang harus dengan penuh kesabaran.'
Meski sudah terlambat, tapi nyatanya tangan Jungkook malah menarik kursi dan mendudukkan diri di sana. Pemuda itu hanya ingin merasakan momen pertama sebagai pasangan suami-istri dengan Lisa. Lagipula wangi lezat dari masakan yang Lisa buat cukup membuat air liur Jungkook hampir menetes.
Pemuda itu kemudian berujar dengan volume lebih rendah. "Kenapa kau tidak membangunkan aku? Hari ini aku ada meeting dengan klien penting."
Lisa mendelik lalu berdecih sengit. "Mana kutahu! Lagipula mau kau kesiangan atau tidak, aku tidak peduli!"
Jungkook tercenung dengan kalimat Lisa. Ah benar juga ya? Lisa 'kan tidak tahu jika ia memiliki jadwal meeting penting hari ini. Namun daripada itu Jungkook jauh lebih tertohok lagi bahkan sampai mampu membuat sebuah goresan pada hatinya, karena fakta yang baru saja ia sadari. Istrinya itu memang tidak sepeduli itu padanya.
Duh ... Kenapa Jungkook bisa melupakan fakta itu? Sejak awal ia sudah tahu bahwa pernikahannya tidak akan mudah untuk dijalani karena kebencian sang istri. Seharusnya ia bisa membentengi serta menguatkan hatinya agar tidak mudah sakit seperti ini.
Namun tidak ingin larut dalam rasa yang tidak mengenakan itu. Jungkook lantas bergumam dalam hati, menguatkan diri sendiri. 'Sabar Jung, ini baru awal. Tidak boleh menyerah.'
Lalu pemuda itu mengganti topik agar suasana kembali kondusif. Bagaimanapun juga, ini merupakan pagi pertama mereka sebagai pasangan suami-istri. Setidaknya harus tercipta momen baik walau pastinya sangat sulit. "Sarapan untukku mana?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband | lizkook
Fanfiction[M] Jika dalam mencintai tidak membutuhkan alasan bagaimana rasa itu dapat tercipta. Agaknya kalimat tersebut juga bisa diterapkan pada lawan katanya; yaitu benci. Bukankah cinta dan benci itu beda tipis? Na Alisa tidak tahu mengapa ia sangat memben...