"M-maaf."
Hanya satu kata itu yang mampu Suhee ucapkan saat ini. Ia benar-benar malu dengan apa yang telah diperbuat putrinya.
Tidak menunggu respon dari para tamunya, Suhee bergegas ke kamar sang putri. Ia langsung membuka pintunya tanpa mengetuk lebih dulu.
"Kau benar-benar sudah membuat Ibu malu, Lisa." Suhee mendekati putrinya yang duduk di ranjang, masih menangis.
Dilihat dari air wajahnya, juga dari sorot matanya yang tajam, Lisa tahu ibunya pasti sangat marah dan kecewa.
Sesungguhnya Lisa tidak ingin berbuat demikian namun Lisa juga kecewa karena tindakan ibunya tersebut sangatlah egois. Menjodohkannya tanpa pemberitahuan terlebih dulu, itu sungguh-sungguh egois.
"Maaf Bu. Tapi aku tidak ingin dijodohkan dengan dia!"
Suhee mendecih dan membuang pandang mendengarnya. "Apa alasanmu tidak ingin dijodohkan dengannya?"
"K-karena aku sudah punya pacar dan Ibu tahu itu." Balas Lisa.
Lagi-lagi Suhee mendecih namun sekarang ditambah dengan gelengan kepala. "Siapa pacarmu? Park Soo-hyun? Lelaki tak beradab dan bajingan itu? Iya? Dia? Ibu tidak akan merestui! Mau jadi apa kau dengannya, hah?"
Mendengar kalimat pedas sang ibu untuk kekasihnya membuat Lisa sakit hati dan tidak terima. Jelas ia memberikan pembelaan untuk kekasihnya. "Soo-hyun tidak seperti itu, Bu."
"Kau hanya belum tahu dan terlalu dibutakan oleh cinta. Dia bukanlah lelaki baik."
"Lantas Ibu tahu darimana kalau Soo-hyun tidak baik?" Tanya Lisa. Sepengetahuan Lisa, ibunya hanya pernah satu kali bertemu dengan Soo-hyun itupun Lisa yang mempertemukan mereka.
"Sebelum kau mengenalkan dia pada Ibu. Ibu sudah pernah bertemu dengannya." Jawab Suhee.
Lisa menautkan alisnya, tak menyangka kalau Suhee pernah bertemu dengan kekasihnya bahkan sebelum ia mengenalkan lelaki tersebut. Penasaran, lantas ia kembali bertanya. "Kapan?"
"Satu Minggu sebelum kau mengenalkannya pada Ibu." Kata Suhee. Ia lalu menerawang pada kejadian beberapa bulan lalu. "Kau ingat saat Ibu pulang dari pasar dengan separuh belanjaan yang rusak?"
Lisa mengangguk pelan, ia ingat kejadian itu. Waktu itu Suhee pulang dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Bajunya kotor, belanjaannya rusak padahal itu bahan-bahan untuk berdagang, dan parahnya terdapat luka lecet dibeberapa bagian tubuh sang ibu.
Suhee sempat bercerita bahwa ia seperti itu karena diserempet oleh pemuda sombong yang tidak bertanggungjawab. Lisa sangat marah waktu itu namun ia tidak tahu mencari orang yang menabrak ibunya ke mana.
Lisa memicing curiga. Jangan-jangan yang menabrak ibunya waktu itu ...
"Ya. Orang yang telah menabrak Ibu adalah Soo-hyun." Ucap Suhee memvalidasi dugaan Lisa.
Lisa menggeleng. "T-tidak mungkin."
"Kau tidak percaya pada Ibu?"
"Bukan aku tidak percaya. Tapi kenapa Ibu baru bilang sekarang?"
"Karena Ibu tidak ingin kau terluka. Kau terlihat sangat mencintainya." Ucap Suhee, ia tampak menarik napas dalam sebelum melanjutkan. "Dia bukan lelaki baik, Alisa. Dia bajingan. Asal kau tahu waktu itu ia nyaris menabrak Ibu karena dia sedang berkendara sambil bercumbu dengan teman wanitanya. Ibu bisa mengetahuinya karena jendelanya terbuka."
Lisa menggelengkan kepala lagi.
Suhee menatap sendu. Sesungguhnya ia tak tega mengatakan kebenarannya. Namun ia tidak bisa membiarkan putri sematawayangnya jatuh pada lelaki yang salah. Selama ini ia menunggu waktu yang pas untuk memberitahu Lisa dan mungkin sekaranglah waktunya. Ia lalu meraih kedua tangan Lisa dan menggenggamnya. "Percaya pada Ibu, Nak. Ibu tidak mungkin berbohong."
Lisa diam. Ia sangat terkejut sehingga tidak tahu harus merespon seperti apa.
"Niat Ibu menjodohkanmu dengan Jungkook selain karena janji di masa lalu, karena Ibu tahu Jungkook adalah yang terbaik untukmu. Kita sudah mengenalnya lama dan Ibu yakin dia bisa menjagamu."
"Tapi, Bu. Lisa tidak mau."
"Kenapa kau tidak mau?"
"Banyak alasannya dan salah satunya karena aku masih muda. Aku tidak ingin menikah karena hal tersebut akan menghambat segalanya. Aku ingin menikmati masa mudaku, lalu bekerja dan membahagiakan Ibu." Tutur Lisa. Ia sangat berharap ibunya akan mengerti bahwa ia tidak ingin menikah muda. Lisa juga ingin mencaritahu kebenaran yang diucapkan ibunya tentang Soo-hyun. Bukan Lisa tidak percaya. Hanya saja Lisa ingin memastikan terlebih dulu.
Namun jawaban sang ibu meluluhkan harapannya. "Dengan kau menerima perjodohan itu dan menikah dengan Jungkook itu sudah sangat membuat Ibu bahagia."
Suhee lebih mengeratkan genggamannya. Matanya berkaca-kaca kala melanjutkan. "Ibu sudah tua, Nak. Ibu sudah tidak ingin apa-apa lagi. Yang Ibu inginkan hanya melihatmu menikah dan bahagia bersama keluargamu."
Lisa sangat menyayangi Ibunya. Di dunia ini hanya ibunya yang ia punya. Lisa tidak tega jika harus Mematahkan harapan ibunya, padalagi itu juga merupakan harapan mendiang ayahnya.
Hati Alisa tercubit. Apalagi ketika ibunya kembali memohon. "Tolong terima perjodohan itu. Demi Ibu, demi mendiang Ayahmu dan demi kamu sendiri, Nak."
Karena pada dasarnya Lisa merupakan anak yang baik dan sangat penurut. Maka sejenak
memejamkan mata untuk mengumpulkan keyakinan lalu menarik napas dalam, gadis itu berujar. "Baiklah, Bu. Lisa mau menikah dengan Jungkook."Lisa tidak tahu keputusannya ini benar atau tidak tapi yang jelas ia hanya tidak ingin ibunya sedih dan kecewa. Ia melakukannya hanya demi sang ibu.
Suhee yang mendengarnya lantas menerbitkan senyum sambari menyeka air matanya lalu ia memeluk Lisa. "Kamu memang anak yang baik sayang."
Dan Lisa hanya membalas dalam hati. 'Semoga keputusanku ini benar.'
***
"Maaf sudah menunggu lama dan maaf atas sikap Lisa tadi." Ujar Suhee ketika ia mendudukkan kembali dirinya di atas sofa ruang tamu. Di sebelahnya juga sudah ada Lisa yang hanya diam dan terus menundukkan kepala.
"Ah tidak apa-apa eon, kami mengerti. Lisa pasti terkejut dengan perjodohan ini." kata Ahrin seraya tersenyum. Ia sangat memakluminya, sebab reaksi serupa juga sempat Jungkook tunjukkan sebelum anak laki-lakinya itu mengetahui siapa orang yang akan dijodohkan.
Suhee menyenggol pelan lengan Lisa bermaksud agar anaknya itu membuka mulut setidaknya untuk mengucapkan permintaan maaf.
"Bibi, paman, Jungkook, maafkan aku atas ucapanku tadi." Ujarnya masih dengan memunduk. Kemudian gadis itu terlihat menghembuskan napas kasar, sebelum kembali melanjutkan. "Aku bersedia menerima perjodohan dan menikah dengan Jungkook."
Sebuah senyum lantas terbit di bibir masing-masing yang mendengar. Dan tentunya di bibir tipis milik Jungkook.
Jelas saja pemuda itu sangat bahagia tatkala kalimat tersebut ke luar dari belah bibir gadis pujaaannya. Walau Jungkook tahu kalau Lisa menerima perjodohan karena keterpaksaan, tapi bolehkan jika Jungkook menjadi egois untuk kali ini saja? Ia sudah sangat lama memendam perasaan cinta ini, dan saat-saat ini adalah yang sangat ia nanti-nantikan.
Lagipula Jungkook yakin bahwa dirinya bisa membuat Lisa mencintainya juga. Hanya memerlukan waktu sedikit lagi saja dan Jungkook akan berusaha dengan keras agar bisa membuat Lisa membalas mencintainya.
Kemudian suasana di ruangan itu kembali mencair dan obrolan demi obrolan kembali tercipta.
Tapi tetap sepasang muda mudi itu masih banyak diam. Lisa diam sambil menunduk karena memikirkan bagaimana ia menjelaskan perjodohan ini pada kekasihnya seraya memutuskan hubungan mereka. Sementara Jungkook terdiam karena memikirkan cara bagaimana ia menggapai dan meraih cinta Lisa.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband | lizkook
Fiksi Penggemar[M] Jika dalam mencintai tidak membutuhkan alasan bagaimana rasa itu dapat tercipta. Agaknya kalimat tersebut juga bisa diterapkan pada lawan katanya; yaitu benci. Bukankah cinta dan benci itu beda tipis? Na Alisa tidak tahu mengapa ia sangat memben...