Part 6

1.8K 76 0
                                    

Velyn menuju ruang rapat dan dia melihat tim Phantom sudah kumpul, dia suka tim yang datang tepat waktu.

Tanpa buang waktu, Velyn menjelaskan lokasi yang akan mereka datangi. Misi ini cukup sulit, dia meminta mereka untuk berhati-hati dan saling melindungi.

Dia tidak mau anggotanya terluka apalagi mati terbunuh di lokasi, setelah menyampaikan posisi masing-masing barulah dia membubarkan mereka.

Dia menuju ruangannya dan menyiapkan senjata yang akan dia gunakan nanti, barulah dia tiduran di sofa lalu memejam mata sejenak sambil menunggu waktu.

Setengah jam kemudian, dia bersiap-siap ke lokasi karena lokasi yang cukup jauh jadi dia harus berangkat sekarang.

Tim Phantom dan dia berangkat berpisah, dia tidak suka pergi semobil dengan rekan kerja karena dia lebih leluasa dan nyaman di mobil sendiri.

3 jam kemudian mereka sudah tiba di lokasi, mereka beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, karena lokasi penyerangan mereka berada di jalan sempit tapi ujung jalan itu sangat lebar.

Mereka menyebar sesuai posisi yang dia arahkan, setelah di posisi masing-masing barulah mereka bertugas membunuh siapa saja yang berniat kabur dari kejaran mereka.

Kalau membunuh bagi mereka sangat legal, apalagi target mereka sekumpulan orang yang merugikan masyarakat dan meresahkan warga sekitar.

Di tempat ini bunyi pistol terdengar, baku hantam juga terjadi. Dia menghabisi semua lawannya dengan mudah, walau sesekali peluru mengores lengannya.

Dia masih bersyukur peluru tidak bersarang di tangannya, jika hal itu terjadi dia siap-siap menyiapkan telinganya untuk mendengar segala ocehan dari sang Mama.

Luka gores dari peluru itu hal wajar, dia kurang memprediksi saja. Setelah misi selesai, dia menyuruh anak buahnya yang terluka termasuk dia untuk langsung ke rumah sakit terdekat.

Sehabis mengobati luka mereka, mereka kembali pulang ke markas polisi. Mereka sampai di sana pukul 3 pagi, dia mengucapkan terima kasih atas kerjasama mereka.

Setelah itu dia menuju kamarnya, dia tahu kalau Shani masih terlelap jadi tidak ada salahnya juga kalau dia ke kamar untuk beristirahat.

Setibanya di kamar, dia melihat wajah damai Shani yang tertidur dalam keadaan naked. Shani memenuhi perintahnya, lalu dia tidak mau ganggu Shani tidur jadi dia memutuskan untuk tidur di sofa.

Jam 6 pagi, Shani terbangun. Dia melihat ke samping tempat tidurnya ternyata kosong, lalu dia kaget melihat Velyn tidur di sofa.

Cantik dan ganteng sekali, batin Shani kembali memuji.

Shani melihat Velyn hingga tatapan dia jatuh ke lengan yang ditutupi perban, dia kaget melihat hal itu.

Dia segera turun dari kasur, tapi dia lupa untuk pelan-pelan hingga dia meringis kesakitan di bagian bawahnya.

Velyn yang mendengar suara rintihan mulai membuka matanya, walaupun masih mengantuk dia harus memastikan sesuatu.

"Kamu kenapa, Shan?" tanya Velyn saat melihat Shani diam di samping tempat tidur.

"Tidak apa, maaf ganggu kamu tidur dan lengan kamu kenapa?" balas Shani diakhiri dengan pertanyaan.

"Luka kecil saja, kamu sudah sarapan?" tanya Velyn dibalas gelengan.

"Sebelum sarapan, morning sex dulu ya Shan. Aku kangen tubuhmu," pinta Velyn diangguki Shani walaupun Shani masih sakit bawahnya.

"Sini Shan," suruh Velyn ke Shani.

Shani mendekati Velyn yang duduk di sofa, lalu Velyn menyuruh dia berjongkok di hadapannya. Dia nurut saja, tidak lama Velyn mengeluarkan juniornya dan mengarahkan ke mulut dia.

Shani tidak paham maksud Velyn, lalu Velyn menyuruh dia memasukkan juniornya ke dalam mulut dia lalu mengemut atau menjilati layaknya makan permen gagang.

Shani kaget saat Velyn meminta dia melakukan hal itu, melakukan sex saja dia baru pertama kali apalagi mengemut atau menjilati junior orang lain.

Velyn tahu Shani kaget, dia mengerti reaksi orang yang belum pernah melakukan sex sama sekali sama halnya dengan dia. Kalau dia tidak agresif atau memulai semua hubungan sex, sampai saat ini dia yakin tidak melakukan hubungan badan.

Shani mendongak untuk menatap Velyn sebentar, lalu dia menundukkan kepalanya kembali dan memasukkan junior Velyn ke mulutnya, selalu dan selalu dia tidak bisa menolak.

Velyn tersenyum melihat Shani yang selalu menurut, dia sangat suka slut seperti Shani. Dia mengelus kepala Shani, Shani tidak terganggu malah dia suka dengan sentuhan dia.

Walau Shani masih pemula, setidaknya Velyn bisa mengajari dia. Sejujurnya Shani yang nurut saja sudah senang, dia tidak mau menyakiti slut kesayangannya ini.

Bagi Shani, melakukan hal ini sangat tidak enak. Dia merasa tenggorokannya tersodok tapi dia berusaha untuk tidak memaksa terlalu dalam.

Apa Shani punya niatan untuk kabur? Tidak, dia tidak punya niatan itu. Dia malah lebih takut kabur dari Velyn daripada kabur dari orang yang membelinya.

Entah kenapa firasat dia mengatakan, dia akan lebih menderita jika dia kabur ditambah dia tidak tahu di mana dia sekarang dan bagaimana dia kabur.

Jadi menuruti segala perintah Velyn selama dia tidak mengalami penyiksaan yang berlebihan, dia rela apalagi wajah Velyn sangat enak untuk dipandang.

"Aahh, eennaakk Shan, lleebbiihh cceeppaatt,"

Tidak lama Velyn orgasme di dalam mulut Shani, membuat Shani tersedak karena cairan itu tiba-tiba masuk begitu saja.

Uhuk uhuk!

"Telan semua, Shan," perintah Velyn.

Shani terpaksa menelan semua orgasme Velyn yang berada di dalam mulutnya, walau itu tidak enak sama sekali.

Velyn tersenyum, dia mengeluarkan juniornya dari mulut Shani membuat Shani menatapnya.

Velyn berdiri lalu melepaskan semua pakaian yang dia gunakan, Shani yang melihat dia membuka pakaian langsung memalingkan wajahnya ke samping.

"Ngapain malu, baby. Kamu sudah lihat semua yang ku miliki, begitu juga sebaliknya," kata Velyn santai berbeda dengan Shani yang memerah wajahnya.

Velyn terkekeh melihat Shani yang malu, benar 'kan apa yang dia katakan? Mereka sudah melihat tubuh satu sama lain. Jadi bagian mana yang harus malu?

"Yuk ke kasur," ajak Velyn lalu dia menuju kasur lebih dulu.

Velyn langsung berbaring di kasur sambil menatap Shani yang perlahan menghampirinya, jujur saja dia lupa kalau dirinya lelah sehabis misi apalagi rasa lelah itu digantikan saat dia melakukan sex dengan Shani.

"Aku harus ngapain, Ve?" tanya Shani bingung.

"Aku mau kita sama-sama dipuaskan, jadi lakukan seperti tadi tapi vaginamu di atas mulutku," balas Velyn menatap Shani yang mematung.

"Apa ada yang salah, baby?" tanya Velyn membuat Shani tersadar dari kekagetan dia.

"Maaf, aku hanya kaget," balas Shani menunduk.

"Kamu tahu? Aku paling benci lihat dirimu menunduk, sekarang lakukan saja yang aku minta," tegas Velyn diangguki Shani, Shani tidak mau Velyn marah kepadanya.

TBC...

15. My Lovely SlutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang