Part 2

3.2K 113 0
                                    

Velyn keluar dari ruangan Evon lalu dia ke kamar miliknya yang berada di sini, lebih tepatnya ruangan itu di bawah tanah.

Hanya orang tertentu yang punya akses ke ruang bawah tanah, tidak sembarang orang bisa ke sana.

Setibanya di sana, Velyn membuka pintu dan memasukkan password. Jadi keamanan ruangan Velyn ada dua lapis, kalau password tentu saja Evon yang buat.

Velyn melihat seorang gadis cantik duduk terikat dan mulutnya masih di sumpel, sedangkan gadis itu yang melihat orang masuk langsung menoleh.

Velyn mendekati gadis itu lalu melepaskan sumpelan di mulutnya, dia tidak tega melihat gadis baik dan secantiknya dijadikan slut.

Tapi balik lagi, dia tidak mungkin mengabaikan kata Evon. Kata Evon itu mutlak, jika A maka A bukan B. Kalau dia mengabaikan kata Evon, maka gadis ini jadi korbannya.

Dia tidak setega itu membiarkan gadis yang tidak bersalah mendapatkan hukuman atas kesalahannya, dia menghela nafas lelah.

"Saya mohon lepasin saya," mohon gadis yang masih terikat.

"Permintaanmu untuk lepas dari ikatan bisa saya kabulkan, untuk lepas dari statusmu yang slut itu tidak bisa," balas Velyn santai, gadis itu menunduk.

Gadis ini sadar diri, kalau dirinya dibeli memang untuk memuaskan nafsu orang lain. Dia diam saja bahkan dia kaget saat Velyn dengan santainya melepaskan ikatan dia, dia menoleh ke arah Velyn.

"Nama dan umurmu?" tanya Velyn lembut menatap gadis itu.

Entah kenapa Velyn tidak bisa datar ke gadis ini, dia tidak tega berkata kasar apalagi datar kepadanya walaupun mereka tidak saling mengenal.

"Shani, 18 tahun," balas Shani menunduk.

"Beda 2 tahun denganku," gumam Velyn yang masih terdengar Shani.

"Lepasin pakaian kamu," tegas Velyn membuat Shani kaget.

"Aku malu," tolak Shani jujur, Velyn menghela nafas.

"Pilih diperkosa saya atau seluruh polisi di sini? Kalau pilih saya maka nurut, jika tidak saya bisa berikan kamu ke mereka," ancam Velyn menatap Shani, Shani menggeleng cepat.

Perkataan Velyn memang benar, jika Shani tidak mau disentuh dia maka Shani yang disentuh orang lain. Lebih baik Velyn mengatakan hal yang menyakitkan, supaya Shani mendengarkan dia.

"Jangan, aku mohon. Aku takut hiks," tolak Shani lirih, dia sungguh takut tapi apa hak dia atas tubuhnya lagi?

Shani benci hidupnya yang sekarang, seolah dipermainkan. Hidupnya yang sekarang bukan hidup yang bisa dia kendalikan, melainkan dia yang dikendalikan.

Velyn menghapus air mata Shani, sejujurnya dia benci manusia lemah yang suka nangis mungkin pengecualian untuk Shani dan keluarganya.

"Maka lepas pakaian kamu, saya tidak punya banyak waktu," tegas Velyn diangguki Shani.

Shani terpaksa dan malu melepaskan semua pakaian yang dia gunakan hingga dirinya naked, Velyn yang melihat surga dunia menjadi senang.

Velyn senang karena pilihan Evon sangat bagus, bahkan dia yakin tubuh Shani nikmat untuk disetubuhi.

"Kamu ingat, tugasmu melayaniku di ranjang. Jangan mau disentuh yang lain atau kamu akan aku hukum," tegas Velyn.

"Iya, Nona," balas Shani pasrah.

"Panggil aku, Ve," koreksi Velyn karena dia tidak suka dipanggil nona.

"Kamu sudah makan?" tanya Velyn dibalas gelengan.

Shani sangat lucu saat lapar, Velyn terkekeh. Dia menyuruh Shani mengikuti dia tanpa menutupi apa pun tubuhnya, Shani dengan pasrah mengikuti Velyn.

Shani rela dia malu jika Velyn saja yang melihat, dia lebih baik mati jika dia dilihat banyak orang dalam kondisi dirinya naked.

Jadi di kamar Velyn ini ada dapur mini, untuk bahan makanan selalu diganti sama Evon selama dia belum menempati kamar ini.

Di dapur, Velyn bertanya apa Shani punya alergi terhadap makanan tertentu. Shani menggeleng yang artinya dia tidak alergi makanan apa pun, Velyn mengangguk saja lalu menyuruh dia duduk.

Velyn mengecek isi makanan yang ada di kulkas, cukup lengkap bagi dia. Karena dia malas masak, jadi dia membuat nasi goreng. Tidak butuh waktu lama nasi goreng sudah matang, dia menaruh di satu piring saja.

Dia tidak lapar jadi buat apa masak banyak-banyak, setelah itu dia menaruh piring di meja makan. Lalu dia duduk bersebrangan, sebelum Shani makan, dia meminta Shani duduk dipangkuannya.

Shani kaget tapi dia tidak menolak, dia takut sama ancaman Velyn jika dirinya menolak semua kemauan Velyn. Diperkosa satu orang saja bisa membuat dia lelah hingga tidak bisa jalan apalagi dia yang digilir banyak orang, itulah yang dia pikirkan.

Shani duduk di pangkuan Velyn lalu Velyn menaruh dagunya di pundak dia, Velyn menyuruh dia makan dan tangan Velyn tidak diam saja.

Tangan kiri meremas payudara Shani sedangkan jari kanan dia dimasukkan ke vagina Shani, Shani yang makan tentu tidak bisa tenang.

"Makan dengan cepat karena aku tidak sabar memakanmu," bisik Velyn membuat Shani merinding.

"Vvveee aahhh lleeppaassiinn dduulluu aaahhhh," kata Shani sambil mendesah, suara desahan membuat Velyn senang.

Padahal Velyn baru pertama kali melakukan hal ini, tapi dia cukup ahli. Ya bagaimana tidak ahli, ruang sex anak buah Evon ada cctv dan parahnya lagi Evon sengaja pasang di ruang kerja dia supaya dia mau menerima slut.

Emang Papa kurang ajar seperti Evon, untungnya dia bisa menutup atau membuka akses cctv itu atas kehendaknya jadi layar pengintai dia bukan cctv ruangan itu saja.

"Tanganku akan terus begini, jadi kamu makan sekaligus menikmati saja," balas Velyn santai, dia tidak menghentikan kegiatan yang dia perbuat.

Shani hanya pasrah, dia makan sambil mendesah sesekali. Dia makan dengan cepat, karena makan seperti ini merupakan siksaan untuknya.

Beberapa menit kemudian, makanan Shani sudah habis. Dia juga lelah karena beberapa kali orgasme, saat dia selesai makan barulah Velyn menghentikan aktivitasnya.

Velyn mengendong Shani ala bridal style, membiarkan bajunya terkena orgasme Shani. Lalu dia membaringkan Shani di kasur, dia menatap Shani lama.

Velyn menatap tubuh indah Shani membuat dia tidak sabar menyicipi tubuh Shani, Shani yang ditatap membiarkan saja dirinya cukup lelah akibat pemanasan yang dia lakukan.

"Kamu masih virgin?" tanya Velyn diangguki Shani.

Tanpa bertanya juga, Velyn sudah tahu jawabannya. Apalagi Evon sudah memberitahu dia sebelumnya, dia bertanya hanya untuk memastikan.

"Ini akan sakit karena kamu masih virgin, tapi aku akan bermain lembut," lanjut Velyn, Shani diam saja dirinya sudah pasrah.

Tidak buang waktu lagi, Velyn melepaskan semua pakaian yang dia gunakan hingga naked. Shani yang melihat dia naked menjadi malu sekaligus takut, apalagi saat Shani melihat alat kelamin Velyn.

"Kamu tidak perlu takut, seperti kataku tadi aku akan bermain halus," kata Velyn menenangkan Shani, dibalas anggukan.

TBC...

15. My Lovely SlutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang