𝐏𝐃𝐌 : 4

387 42 5
                                    

DOSEN SEDANG menjelaskan tentang perpajakan di depan sana.

Namun pikiranku hanya mengarah padanya yang tak ada kabar selama tiga hari ini.

Harusnya aku sudah terbiasa dengan hubungan tanpa kabar darinya. Tapi ternyata tidak, aku merindukannya. Aku ingin tau apa yang sedang ia lakukan, bagaimana harinya dan apakah ia merindukanku. Aku ingin tau semua jawabannya.

Dinda adalah mahasiswi kedokteran, mungkin saja ia memang sibuk? Kekasihnya pun cerita padaku bahwa memang gadisnya tidak ada kabar.

Ia adalah Rakha, kakak kelasku juga dulu. Dinda dan Rakha memang sudah menjalin hubungan sejak mereka masih di SMA. Terkenal dengan julukan couple goals. Jika Dinda seseorang yang cenderung kurang berbicara, Rakha adalah seorang pria dengan segudang topik pembicaraan di kepalanya. Pria itu mengambil jurusan Hubungan Internasional.

Sebetulnya aku merasa tidak enak pada pria itu. Jujur saja ia memang sangat baik, bahkan sudah menganggapku sebagai adiknya sendiri.

Aku sudah mencoba sekuat mungkin untuk menahan perasaanku untuk wanita itu sedari kami masih duduk di SMA. Namun apa boleh buat, ketika Dinda menciumku malam itu, aku luruh, akal sehatku terpenggal. Aku membiarkan diri ini untuk ada dalam genggamannya.

Aku membereskan perlengkapanku saat dosen sudah keluar dari kelas. Mendiamkan diriku dulu sejanak. Setelah mantap aku berdiri dan keluar.

Tubuhku membeku sekejap.

Kulihat ia melambaikan tangannya padaku. Kemudian berjalan mendekat. Mengusik rambutku dan mencubit kedua pipiku. Bukannya marah, aku malah merasa melayang.

“Ga ada kelas lagi, kan?”

Aku menggeleng.

Ia tersenyum dan langsung mengamit lenganku. Membawanya ke parkiran dan membukakan pintu untukku. “Silahkan masuk, Nona,”

Aku menurut dan masuk. Senyum terus mengembang. Perasaan marah seketika melebur dan berganti dengan bahagia yang teramat.

“Aku kemarin ada praktik. Jadi nggak bisa ngabarin,” jelasnya, padahal aku sudah melupakan kesalahannya (lagi).

“Tak apa, aku mengerti.. um.. kita mau kemana?”

Ia tersenyum, “Yang perlu kau tau, aku ingin menculikmu!”

“Menculikku?”

Dinda mengangguk. “Iya, aku ingin berada dalam dekapanmu malam ini. Boleh?”

Bodoh. Tentu saja aku tak bisa menolak. “Of course, Baby,” []

Pelangi Di MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang