Yoshinori menggenggam begitu erat tangan Karina, guna menyalurkan rasa gugup yang melanda. Iya, mereka menunggu Papa Karina di salah restoran dekat univ. Cowok berdarah Jepang itu memejamkan matanya, lalu mengeluarkan napasnya pelan.
"Ga pa-pa. Tenang Yoshi, Papa ga akan apa-apain kamu. Tenang tenang." Karina berucap sembari mengelus punggung kekasihnya dan memberi senyum.
Beberapa menit kemudian suasana kembali mencekam. Papa Karina sudah berada satu meja dengan mereka, memasang wajah angkuhnya dengan mata menyelidik lurus ke arah Yoshinori.
Sedangkan yang di tatap menyentuh pipi dalamnya dengan lidah, agar tak terlihat gugup.
"Papa jangan liatin pacar Karina kaya gitu."
Sang Papa mendelik lalu tertawa kecil. "Pacar mu tampan. Cocok sama anak Papa. Nama mu siapa nak?"
Yoshinori lalu berdiri, membungkuk memberi salam, kemudian kembali ketempat nya. "Saya Kanemoto Yoshinori, Om."
Papa Karina terkejut. "Papa mu punya perusahaan dengan nama Kanemoto crop?"
Objek yang ditanya menyengir, bagaimana Papa Karina tahu tentang itu. "Iya Om, ko tau?"
"Ternyata ini anaknya, yang selalu di banggakan kalau sedang bertemu saya. Boleh juga kamu."
"Terima kasih Om."
Ternyata pertemuan dengan Papa Karina tidak semenegangkan yang di pikiran oleh Yoshinori. Beliau orang yang cukup ramah, selalu mencairkan suasana. Kecemasan Yoshinori hilang sudah ketika tahu sang Papa berteman baik dengan Papa Karina. Bukankah itu malah hal yang bagus?
..
"Hati-hati di jalan Om." Pesan Yoshinori sembari membungkukkan badannya, begitu Papa Karina memasuki mobil dan berlalu.
Karina yang di sampingnya tersenyum. "Kayanya Papa bakal bilang ke Om Kanemoto kalo kita pacaran deh. Papa kan lemes."
Yoshinori mengusap rambut Karina. "Bagus, nanti cepet-cepet di nikahin."
Dengan refleks Karina memukul pelan lengan Yoshinori dengan pipi yang sudah merah entah mengapa. "Jaga bicara kamu Yos, kalo beneran gimana? Aku belum jadi serjana. Gamau."
Tangan Yoshinori menggenggam tangan Karina, berjalan menuju motor yang terparkir. Lalu berhenti tepat di depan motor kesayangan. "Iya. Aku bakal nunggu kamu siap kalo ngajak nikah."
Karina tak lagi menjawab, cukup malu menanggapi keberanian Yoshinori tentang hal menikah. Lalu menaiki kursi belakang dan memeluk sang kekasih, menyenderkan kepalanya di punggung.
"Mau kemana?"
"Keliling dulu sebelum pulang ya."
Yoshinori mengangguk. "Siap tuan putri."
Lalu menjalankan motornya, di temani bisingnya kendaraan lain dan angin yang lumayan menyejukkan. Yoshinori tersenyum di balik helm nya, melihat Karina yang terlihat menikmati angin dengan mata terpejam.
"Cantik."
Bahkan sampai sekarang Yoshinori masih tak menyangka bisa mendapatkan hati seorang Karina, yang mana sangat begitu susah. Dari puluhan lelaki yang menyukai Karina, perempuan itu memilih dirinya. Betapa beruntung. Dan Yoshinori berjanji akan menjaga Karina sepenuh hati.