Saat ini Karina mengajak Yoshinori untuk lebih dulu pulang ketimbang kedua pria paruh baya yang masih asik mengobrol tak tahu waktu, cewek Yoo itu mengajak Yoshi untuk menghangatkan badan. Bukan, bukan hal yang aneh-aneh.
Tapi, mengajak Yoshinori untuk minum wedang ditempat biasa Karina dan Giselle beli, wedang terenak yang pernah Karina rasakan. Karena jaraknya dari restauran tempat mereka bertemu tak terlalu jauh. Jalan kaki 10 menit cukup. Cukup pegal bagi Yoshinori.
"Karina, aku pegel. Bisa stop dulu?" Pinta Yoshinori memegangi dengkulnya, sembari menetralisir nafasnya.
"Padahal dikit lagi tuh." Kata Karina menunjuk stand yang dimaksud.
Yoshinori menarik nafas, mencoba menyemangati dirinya sendiri. "Yauda kalo gitu kita lanjut." Katanya menggandengnya tangan Karina.
Sampai disana Karina menyuruh Yoshinori untuk duduk dan membiarkan Karina memesan wedang.
"Ibu, Karin kesini." Katanya Karina menyapa si penjual wedang, yang sudah akrab dengan dirinya.
Ibu penjual melongo kaget, pasalnya perempuan di depannya itu hampir satu bulan tidak mampir ke warung wedangnya. "Karin, kemana aja kamu? Lupa sama ibu ya?"
Karina tertawa. "Engga lho Bu. Aku sibuk banget ni, aku persen kaya biasa ya dia." Katanya sembari Menampilkan telunjuk dan jari manisnya.
"Sama Giselle kemari nya?"
Menggeleng sebagai balasan. "Dengan pacar." Bisik Karina lalu terkekeh.
"Wah, Karina sudah besar. Nanti biar ibu yang antarkan jangan Kotaro. Biar tahu pacar Karin seperti apa."
"Oke. Aku kesana ya Bu."
Lalu Karina menyusul Yoshinori dan duduk di depan cowok Jepang itu.
"Lama kamu."
"Aku habis temu kangen sama ibunya, udah lama aku ga kesini. Biasanya sama Giselle, dan bosen. Akhirnya kesampaian juga apa yang aku mau."
"Ke wedang ini?"
Karina mengangguk." Ke wedang ini bareng pacar."
Lalu Karina cekikikan melihat telinga Yoshinori yang sudah memerah. Pacarnya itu memang terlalu gampang untuk di gombali, Karina gemas sendiri.
"Lho ini pacar Karina. Tampan. Ibu suka liatnya cocok dengan Karina yang cantik."
Tahu-tahu Ibu sudah datang dengan dua wedang yang ditaruh di atas meja.
"Iya lho, pacar Karin memang ganteng."
"Yah, padahal aku juga bisa jadi pacar ka Karin. Aku ga kalah ganteng dari mas itu." Tiba-tiba Kotaro--sang anak-- menyahut dari belakang membuat sang ibu menampar pelan punggung sang anak.
"Kamu ini, balik ke tempatmu atau ibu ga kasih uang jajan sebulan."
Sebetulnya Karina tahu ibu Kotaro itu adalah orang kaya yang terlalu gabut. Beliau itu bisa saja bersantai duduk manis di rumah menunggu uang dari sang suami dan alih-alih membuat sebuah restauran atau tempat yang besar, beliau ini malah membuat stand kecil menjual wedang.
Karina tahu karena ibu Kotaro yang menceritakan sendiri. Jangan beri tahu siapa-siapa. Rahasia Karina. Giselle pun tak tahu.