pingitan selesai, hari ini Yoshinori maupun Karina bisa sama-sama melepas rindu setelah cowok Jepang itu mengucap janji. Sungguh grogi Yoshinori tak pernah separah ini, jantungnya benar-benar berdetak tak karuan seakan ingin keluar dari tubuhnya.
"Hoon, gimana nih kalo gue ada salah ucap nanti. Batal ga si?"
Jihoon lantas menimpuk cowok itu dengan kuas yang ada di atas meja rias. "Ya lo pikir aja deh monyet, kalo orang salah sekali masa langsung batal." Ucapnya dengan begitu kesal.
"Ya kan gue nanya baik-baik, gue ga jadiin lu di perusahaan Papa."
Gawat, ancaman Yoshi terlalu berharga untuk masa depan Jihoon. "Engga batal, asal ga tiga kali. Katanya."
"Pa, doain Yoshi ya?".
Papa hanya bisa mengangguk pasrah melihat anaknya yang terlalu hiperbola itu. Pasalnya dahulu sewaktu menikah Papa tak sepanik, segrogi Yoshinori.
Wajah Yoshinori semakin menegang, takut gagal dengan Karina dan memiliki anak banyak. Cowok itu terus merapalkan doa dalam hati.
Sedangkan di lain ruangan Karina menunggu sang Papa memanggilnya, membawa serta menyerahkan Karina sepenuhnya pada Yoshinori. Memikirkan itu membuat Karina sedih akan nantinya tak serumah dengan Papa.
Lalu ada Giselle yang senantiasa menangis tersedu-sedu melihat sahabatnya itu sudah dipinang dan akan berubah status menjadi seorang istri, Giselle juga ingin.
"Aduh, kenapa jadi lo yang nangis si Sel. Harusnya gue." Kata Karina menggelengkan kepalanya.
Giselle menarik cairan yang keluar dari hidungnya. "Lo gatau seberapa terharunya gue liat temen nikah. Gimana nanti gue yang nikah, pingsan ga si?"
Baru Karina membuka mulut, sang Papa sudah ada di depan pintu. Tersenyum dengan balutan jas, yang sungguh membuatnya terlihat awet muda dan tampan. Karina maupun Giselle terkesima.
"Ayo sayang, acaranya mau mulai." Papa mengulurkan tangannya pada Karina, dan tentu di sambut dengan sang anak.
"Aku takut Pa."
"Ga usah takut, jadi istri yang baik buat suami mu nanti ya?" Kata Papa mengingatkan.
Karina mengangguk.
"Anak Papa cantik sekali, persis seperti Mama dulu waktu Papa nikahkan." Katanya bangga mengecup kening putri kesayangannya.
Dengan langkah pelan dan bergandeng tangan dengan Papa, keduanya menurunkan tangga. Pasang mata menatap memuja kearah Karina, sungguh bak Dewi yang turun dari atas.
Begitupun Yoshinori, dirinya melebarkan senyum melihat sang pujaan. Karina nya sungguh cantik.
Lalu tiba-tiba saja keduanya sampai dengan Yoshinori, Papa menyerahkan tangan Karina kepada Yoshinori.
"Papa serahkan Karina pada kamu Yos."
Air wajah Papa keduanya sendu tetapi tertutup oleh senyum kala Yoshinori lancar mengucap janji di depan sana. Begitupun Giselle sudah menangis di dekapan Jihoon.
"Temanku nikah. Huhuhu."
"Lebay banget." Kata Jihoon menjitak dahi kekasihnya.
"Lu diem, ga usah merusak suasana hati gue."
Keduanya lantas mengalihkan pandangan, saat kedua mempelai disuruh menyatukan ranum. Giselle teriak histeris, saat bibir temannya itu tak lagi suci, sampai-sampai Jihoon terpaksa membekap mulut kekasihnya dan meminta maaf dengan sekitar.
"Kamu cantik, dan akan selalu begitu. Makasi ya Rin, sudah bertahan sampai ke tahap ini. Aku cinta kamu, dan itu berlaku selamanya." Ucap Yoshinori tersenyum.
Karina lantas memeluk tubuh Yoshinori dengan tangis. "Aku juga, makasi Yoshi. Ayo kita buat keluarga yang paling bahagia di dunia."
Keduanya tak menyangka pertemuan yang di awali sapaan Hello oleh Yoshinori membawa mereka ke tahap akhir, pernikahan.
Selesai.