Bab 7

236 44 3
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya..

Maaf, typo bertebaran...

Happy reading...

🙂🙂🙂

Kaila, gadis itu saat ini sedang berdiri di depan rumah Alana dengan senyuman penuh arti. Ia mengetuk pintu rumah besar itu dengan semangat. Hingga pintu tersebut terbuka dan memunculkan mama Alana dari dalam.

"Kaila? ada apa ke sini?" tanya Benazir lembut, bahkan kepada putrinya sendiri dia tidak pernah bicara selembut ini.

"Cuma mau ketemu Alana Tante, mau ngasih tugas biologi ini aja sama dia," jawab Kaila sambil tersenyum tulus, seolah dia adalah orang yang paling tulus di dunia ini.

"Loh? kenapa kamu kasih tugas? emang dia tadi nggak masuk?" tanya Benazir yang sudah menunjukkan kekesalannya kepada putrinya.

"Mmm, itu Tante, aduh aku nggak enak ngomongnya," jawab Kaila yang terlihat berfikir.

"Ada apa? bilang sama Tante," desak Benazir.

"Mmm, itu Tante, tadi Alana bolos saat jam pelajaran biologi. Terus tadi guru juga ngasih tugas, jadi aku inisiatif aja mau ngasih tau tugas sama dia," jawab Kaila sepenuhnya berbohong. Karena faktanya Alana tidak masuk tadi karena gadis itu yang terlambat dan harus menjalankan hukuman dari Bu Sukma.

"Anak itu," gumam Benazir kesal dan sukses menciptakan senyuman penuh kemenangan di wajah gadis itu.

"Alana!! ke sini kamu!!" teriak wanita paruh baya itu keras dan bahkan berhasil membuat Kaila kaget.

"Alana!!" teriak Benazir lagi.

"Ada apa sih Ma?" tanya Alana yang keluar dari dalam rumah menggunakan pakaian rumahan. Hingga ia sadar bahwa di sana juga ada Kaila yang sedang menatapnya remeh.

"Ada apa ada apa!! kamu bolos lagi? kamu ini mau sekolah atau ngapain hah!? kalau kamu nggak niat sekolah lebih baik kamu berhenti aja!! ngehabisin uang aja tau nggak!?" bentak wanita paruh baya itu sambil mencengkram bahu sang putri kuat.

"Bolos apaan, orang aku aja ta-.."

"Nggak usah ngejawab!! kamu ini ya kalau dibilangin ngelawan terus, ngejawab terus! mau jadi apa kamu hah!!?" bentak wanita paruh baya itu lagi.

Alana, gadis itu menatap kearah Kaila, sebenarnya gadis ini mau apa? pikir alana. Satu lagi, ia paling benci jika dimahari di depan orang lain. Apakah mamanya ini tidak mengerti akan hal itu.

"Jawab!! kenapa diam aja!!" lagi dan lagi, Benazir terus membentak putrinya. Bahkan tanpa ia sadari hal itu membuat hati putrinya terluka.

"Ini ada apa? kenapa Mama teriak-teriak?" tanya Mirza yang baru saja pulang bekerja.

"Ini nih, adik kamu! bolos lagi. Bolos aja terus yang dikerjain, kalau nggak niat sekolah mending berhenti aja. Udah jadi rengking terakhir di dalam kelas, pake bolos segala," omel wanita itu sambil mendorong kepala putrinya cukup keras.

"Lo ngerti nggak sih Alana kalau lo itu udah jadi beban di keluarga ini? lo seharusnya sadar diri," celetuk Mirza yang ikut-ikutan mengomeli sang adik.

Alana yang mendengar kata beban keluarga itu langsung menatap kearah sang kakak tidak percaya. Ternyata pria ini benar-benar sudah berubah, jika dulu dia selalu membela Alana. Maka sekarang pria ini tidak ada bedanya dengan mama dan juga Abang keduanya, Dhika.

"Mana tugasnya? sini," ucap Alana sambil merebut dengan kasar buku yang dipegang Kaila.

"Sekarang udah kan? sana pulang, lo nggak punya rumah? perlu gue suruh numpang tinggal di sini? kebetulan gudang gue di belakang nggak ke pake," lanjut gadis cantik itu yang sukses membuat wajah Kaila merah padam karena menahan emosi.

I'm AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang