Bab 16

185 29 2
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya...

Maaf, typo bertebaran..

Happy reading...

°°°°

Alana, gadis cantik itu saat ini sedang berdiri di depan rumahnya dengan tatapan sendu. Kenapa dia merasa kosong berada di rumah ini? apa itu karena tidak ada lagi yang menunggu dirinya? pikir gadis cantik itu.

"Lo udah balik turnamen?" tanya seseorang yang berhasil membuat lamunan Alana buyar. Dia menatap kakak keduanya yang saat ini sedang berdiri di depan pintu rumah dengan tatapan tak terbaca.

"Bang Mirza nggak ngasih tau?" tanya Alana yang sukses membuat Dhika menatap sang adik heran.

"Gue nggak jadi ikut turnamen, soalnya kaki gue ter-...."

"Terus kenapa nggak pulang ke rumah kamu?" tanya Benazir dari dalam rumah yang langsung saja memotong perkataan sang anak.

"Aku nginap di rum-..."

"Ngapain nginap di rumah orang? nggak punya rumah kamu?" tanya Benazir lagi dengan nada sinis.

"Maaf Ma," jawab Alana pelan, dia cukup malas untuk berdebat saat ini.

"Maaf maaf, dasar serakah," celetuk Benazir sambil menyiram Alana dengan segelas air yang dia bawa dari dalam rumah. Dhika yang melihat hal itu cukup kaget, terlebih lagi dia yang melihat kondisi Alana yang sedikit pucat.

"Ma, dia pucat loh Ma," tegur Dhika yang merasa sedikit iba kepada gadis didepannya ini.

"Kamu nggak usah belain dia, asal kamu tau ya. Semua harta kakek kamu itu jatuh ke tangan dia, Mama yakin dia pasti ngomong yang nggak-nggak sama kakek kamu," kata Benazir yang sukses membuat kedua anaknya kaget.

"Ke aku? aku aja nggak tau loh Ma," jawab Alana berusaha membela diri, tidak mungkin harta sebanyak itu jatuh ke tangannya.

"Nggak usah munafik Alana, Mama yakin kamu yang has-..."

"Apa ini yang bikin kalian benci aku selama ini?" tanya Alana menatap sang ibu dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Itu bukan urus-..."

"Ma, Alana capek. Capek banget, kalau mau ngomel, mau nuduh Alana yang nggak-nggak. Nanti aja ya," potong gadis itu lagi sambil berjalan masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan kemarahan sang ibu.

"Yang Mama bilang tadi beneran?" tanya Dhika menatap Alana yang sudah berjalan masuk ke dalam rumah.

"Iya, semua harta itu ternyata jatuh ke tangan dia. Bukan ke tangan Om kamu, Heri," jawab Benazir yang geram sendiri dengan tingkah Alana.

Dhika cukup kaget mendengar perkataan mamanya tadi. Dari dulu kakeknya memang paling dekat dengan Alana, karena gadis itu adalah anak perempuan satu-satunya keluarga mereka. Tapi tetap saja tidak adil jika harta sebanyak itu hanya jatuh ke tangan gadis itu.

Sedangkan di sisi lain, Alana saat ini sedang duduk melamun di atas ranjangnya. Tatapan gadis itu begitu kosong menatap foto keluarganya. Alana tidak ikut berfoto waktu itu karena tidak diberitahu oleh sang ibu.

Jadi karena itulah Alana memilih untuk meminta tolong kepada Bram untuk mengedit foto tersebut, agar dirinya juga ada di foto keluarganya. Satu hembusan napas lelah keluar dari mulut gadis cantik itu.

"Gue beneran anak kandung keluarga ini nggak sih?" tanya Alana pada dirinya sendiri.

"Capek banget ya Allah," lirih gadis cantik itu sambil membaringkan tubuhnya diatas ranjang.

I'm AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang