Bab 10

236 43 0
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya...

Maaf, typo bertebaran...

Happy reading...

°°°°

Alana, gadis itu saat ini sedang berjalan di sepanjang koridor sekolah dengan lesu. Hari ini dia benar-benar lelah, mungkin karena sudah dua hari dirinya tidak tidur. Jika obat tidurnya tidak habis, mungkin Alana tak akan selemas ini.

"Ekhem!" dehaman seseorang sukses membuat Alana menghentikannya langkahnya dan menatap orang yang sedang menghadang jalannya.

"Apa?" tanya Alana malas menatap ketiga gadis didepannya.

"Ayo lah Al, gabung sama kita," ujar salah satu gadis itu yang bernama Tiwi.

"Gue nggak minat jadi tukang bully Tiwi, berapa kali sih gue bilang," jawab Alana jengah sendiri dengan ajakan Tiwi.

"Tapi kita nggak menindas mereka yang lemah, tapi menindas mereka yang jadi tukang tindas," celetuk Tiwi yang mendapatkan tatapan malas dari Alana.

"Gue nggak minat, nanti aja saat gue udah minat gue gabung sama lo," ujar Alana berlalu dari sana yang menciptakan senyuman penuh harap dari wajah Tiwi dan kedua temannya.

"Beneran ya Al?" tanya Tiwi yang hanya mendapatkan acungan jempol dari Alana. Setelah itu Tiwi dan kedua temannya pergi meninggalkan Alana yang masih menatap malas ketiga remaja itu.

Alana tak mengerti mengapa mereka sangat ingin dirinya bergabung menjadi tukang bully. Ya walaupun mereka tidak menindas yang lemah, tapi membela mereka. Karena misi mereka adalah membully mereka yang menjadi tukang bully.

"Kemana ya enaknya?" tanya Alana menghembuskan nefas lelah. Hari ini sekolah di pulangkan lebih awal karena para guru sedang rapat untuk lomba yang akan diadakan oleh SMA Biaksara Minggu depan. Alana tak ingin pulang, dia malas berada di rumah karena hanya akan mendapatkan cacian dari sang ibu.

"Gu-..."

"Al!"

"Apa!?" jawab Alana ngegas saat seseorang memanggil dirinya dari arah belakang.

"Dih santai kali anjir," celetuk pria itu sambil merangkul Alana yang terlihat sangat lesu.

"Capek Bram," gumam Alana yang merasa sangat nyaman berada dirangkulan Bram.

"Insomnianya kambuh lagi?" tanya pria itu melihat Alana yang benar-benar lesu.

"Tiap hari, cuma bedanya obat tidur gue habis jadi nggak bisa bobok," adu Alana menatap Bram dengan tatapan lelah.

"Ya udah duduk di sini bentar, jangan dipaksain jalan ntar lo pingsan lagi," kata Bram sambil menghembuskan nafas lelah.

Alana, gadis itu merasa sangat nyaman menyandarkan kepalanya di bahu Bram. Pria ini selalu berhasil membuat dirinya merasa nyaman dan bisa melupakan masalahnya untuk sekejap. Alana bisa menjadi dirinya sendiri jika sudah ada Bram karena tak ada yang ia sembunyikan dari pria itu.

"Lo masih tidur pake obat tidur Al? nggak baik buat kesehatan lo," ujar Bram merangkul bahu Alana dan mengusap kepala gadis itu pelan.

"Tau, tapi kalau nggak gitu gue nggak pernah bisa tidur," jawab gadis manis tersebut menghembuskan nafas lelah.

"Kan gue udah nyuruh lo terapi, kenapa belum di coba?"

I'm AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang