Chapter 47

24.3K 4.7K 264
                                    

Happy Reading❤️

***

"... Ricolas?"

Cowok itu sedikit terkejut mendengar gumaman Rayna. Darimana gadis itu tahu namanya?

Keterkejutan di gantikan senyuman. "Ternyata lo tahu nama gue."

"Ah!" Rayna gelagapan. Mengingat bahwa dia tengah di kejar, Rayna menoleh ke belakang.

"Tenang aja. Mereka udah di urus sama temen-temen gue." Suara cowok datang di atas kepalanya.

Rayna melihat mereka bertarung. Namun anehnya, para cowok yang mengerjarnya kalah begitu saja oleh teman-teman Ricolas yang hanya tiga orang.

Menyadari rasa aneh Rayna, Ricolas berkata. "Temen-temen gue jago bela diri. Jadi lo bisa liat, mereka kalah dalam beberapa menit. Padahal, lawan mereka lebih banyak."

Rayna hanya mengangguk. Rasa sakit di kepalanya sangat menusuk. Ia ingin melepaskan pelukannya dari Ricolas, namun tubuhnya lelah dan sakit-sakit. Apalagi kakinya yang berlari cukup jauh dan lama.

"Lo gak pa-pa?" tanya Ricolas seraya menunduk melihat wajahnya yang pucat.

Rayna menggeleng lesu. Keringat membasahi rambut kening dan pelipisnya. Nafasnya tidak teratur.

"Mau ke rumah sakit? Wajah Lo pucet banget."

"Gu-gue ... gue mau pulang," bisik lirih Rayna. Detik berikutnya, Rayna langsung pingsan.

"Hei!" Ricolas mengguncang tubuhnya dengan ekspresi terkejut. Ia langsung menggendongnya saat melihat gadis itu benar-benar pingsan.

Ricolas melihat ke arah teman-temannya. "Woy! Ayo cabut! Cewek ini pingsan!"

Mendengar itu, teman-teman Ricolas langsung membantu berdiri orang-orang yang mereka kalahkan sebelumnya.

***

Rayna terbangun dengan kepala pusing dan sekujur tubuh sakit. Apalagi kakinya yang pegal-pegal. Saat membuka mata, langit-langit gelaplah yang menyambut pandangan.

"Bangun?"

Suara bariton rendah itu membuat Rayna sedikit terperanjat. Ia menoleh ke satu sisi dan mendapati Ricolas yang tengah duduk santai sembari merokok. Mata Rayna melebar. Ia langsung terduduk dengan ekspresi tertegun. "L-o ...."

"Kenapa?" tanya Ricolas saat melihat reaksinya. "Lo lupa? Tadi lo pingsan. Karena gue gak tau rumah lo di mana, gue bawa lo ke sini."

Rayna memegang kepalanya yang pening. Saat mengingat kejadian sebelumnya, ketegangannya langsung mengendur. Rayna mengedarkan pandangannya. Ini adalah sebuah kamar, namun tidak ada apapun. Hanya satu buah tempat tidur. Corak-corak di dinding terlalu dark.

Sebenarnya Rayna agak takut kepada Ricolas dari sebelumnya, jadi ia berusaha untuk tidak terlibat dengannya dan menjauh. Tetapi, setelah cowok itu menolongnya, Rayna tidak bisa begitu acuh tak acuh saat ini.

Suasana sangat hening. Hanya ada suara nafas Ricolas yang tengah menghisap dan mengembuskan asap rokoknya. Rayna bisa mencium baunya. Setelah ragu-ragu beberapa saat, Rayna menatapnya. Ia langsung tersentak saat bertemu tatapannya. Rayna segera berkata. "Gu-e mau bilang terima kasih sama lo."

"Terus?"

"Terus?" beo Rayna seraya mengerjap bingung.

"Cuma makasih aja?" Ricolas memiringkan kepalanya sembari tersenyum.

"Lah? Terus apa? Gue gak bawa uang buat bayar lo. Kalo gue bawa uang mah, tadi gue gak bakal minta bantuan mereka, gak bakal di kejar, dan Lo gak usah nolongin gue."

Rayna Transmigrasi ✓ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang