16+ (Murders, violence)
____
Happy Reading💕
***
Di sebuah kamar yang terbilang sempit, ada dua tempat tidur kecil dan bertingkat dua, bantal dan selimut terlihat usang dengan warna memudar, beberapa hiasan kertas kanak-kanak yang tergantung, lantai berantakan akan mainan yang sudah rusak.
Lalu di salah satu tempat tidur, ada seorang gadis kecil dengan wajah pucat, matanya tertutup rapat, keringat membasahi rambut di dahinya, wajahnya memerah karena demam, ringisan dan gumaman sesekali terlontar dari bibir mungilnya yang tak berwarna.
Di samping gadis itu, ada bocah lelaki yang tengah memeras kain untuk di letakkan di dahi gadis itu, wajahnya tanpa ekspresi, namun ada kecemasan, kekhawatiran yang kuat di matanya.
Ruangan itu di isi dengan nafas cepat gadis yang tengah demam, lalu dengkuran halus dua bocah yang tertidur di sisi lain, dan suara air di baskom kecil. Ruangan redup karena tiadanya lampu, hanya ada lilin yang hanya menyinari setengah ruangan sempit itu.
Setelah menyelimuti gadis kecil itu bocah lelaki itu mencium pipinya yang panas karena demam, lalu ia berdiri diam.
Tangannya berangsur-angsur terkepal melihat keadaannya gadis itu, matanya memerah dengan niat membunuh, tatapannya benar-benar menakutkan yang tidak sesuai dengan usianya. Lalu dia keluar dari kamar itu menuju dapur. Setelah menemukan apa yang di carinya, ia berjalan menuju kamar wanita gendut yang menjadi penyebab gadis kesayangannya terluka.
Bocah itu membuka kamar yang tidak di kunci dengan pisau di tangannya, menatap wanita gendut yang mendengkur keras, sudut mulut bocah itu di tarik membentuk senyuman kejam.
Tidak lama, ada suara tusukan beberapa kali dan suara teriakan yang berangsur-angsur hilang.
Di sisi lain, gadis yang tertidur gelisah itu bangun karena tenggorokannya yang tengah dahaga. Ia merasakan seluruh tubuhnya sakit karena pukulan sebelumnya, kepalanya pusing, menahan rasa sakitnya, gadis itu beranjak. Ia melihat kedua bocah tertidur lelap dan menghela nafas, melihat bahwa kakak laki-lakinya tidak ada, ia langsung keluar untuk menemukannya.
"Kakak?" panggil gadis itu seraya celingak-celinguk mencari keberadaannya.
Tiba-tiba, ia mendengar grasak-grusuk yang berasal dari kamar ibu pengasuhnya. Ia dengan takut-takut berjalan dan melihat bahwa kamarnya terbuka.
Walaupun ia takut karena ibu pengasuhnya sangat galak, namun karena keingintahuannya lebih besar, gadis itu dengan berani mencoba masuk melihat apa yang terjadi dalam.
"Ah!" Gadis itu menjerit ketakutan karena melihat apa yang tidak seharusnya ia lihat.
Bocah lelaki yang sibuk mengguliti mayat di hadapannya langsung menoleh dengan jantung menegang. Pupilnya langsung menyusut, "A-ami.."
Ami mundur ketakutan, melihat bahwa itu adalah kakaknya, ia terkejut dengan seluruh tubuh gemetar, "... Kakak?"
Orang yang di panggil kakak langsung berdiri dengan tubuh dan tangan berlumuran darah. Ia membuang pisaunya ke lantai menimbulkan suara nyaring di keheningan.
Ia mencoba meraih Ami dan menjelaskan dengan gemetar.
"A-ami.. aku.. jan-gan liat.."
Ami mundur melihat cairan kental merah yang berlumuran di lantai dan tubuh kakaknya. Lalu ia melihat ibu pengasuhnya yang sudah tidak bergerak dengan mata melotot, tubuhnya yang gendut terdapat banyak tusukan, kulitnya sudah tidak utuh lagi menampilkan daging di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayna Transmigrasi ✓ [Sudah Terbit]
Novela Juvenil[Sebagian Part dihapus untuk kepentingan penerbitan] *** Rayna Sasa Revalia, gadis dengan karakter blak-blakan, humoris, ceria dan sangat aktif. Dia harus meninggalkan orang tua serta kehidupan sederhananya di kampung karena sebuah kesialan sendiri...